Liputan6.com, Jakarta Selain terdiri dari rumah-rumah, sebuah desa butuh penghuni. Namun siapa sangka, di tengah fenomena kepadatan penduduk, ada sebuah desa yang justru kekurangan warga. Uniknya, desa kecil di Jepang ini sampai harus membuat orang-orangan sawah untuk mengisi kekosongan dan menciptakan suasana ramai di lingkungan mereka.
Baca Juga
Advertisement
Desa Ichinono, terletak di dekat Kyoto, Jepang, kini dihuni oleh kurang dari 60 orang yang didominasi oleh lansia. Penduduk di sana menghadapi fenomena unik angka kelahiran yang sangat menurun hingga hanya ada satu anak yang tersisa di desa itu. Demi menjaga kesan desa yang hidup, warga membuat boneka mirip manusia untuk ditempatkan di sekitar desa.
Kuranosuke Kato, seorang balita dua tahun, menjadi satu-satunya anak di Desa Ichinono, di tengah banyaknya boneka manusia. Di desa ini, boneka-boneka tersebut dirancang sedemikian rupa agar menyerupai kehidupan sehari-hari, mulai dari berpose di ayunan hingga duduk di sepeda. Kehadiran boneka yang mirip orang-orangan sawah ini bertujuan agar desa tetap terasa ramai dan “hidup” di tengah kekurangan penduduk.
Penduduk lansia seperti Hisayo Yamazaki, yang berusia 88 tahun, mengungkapkan keprihatinannya atas keadaan ini. Menurutnya, desa ini akan berakhir dengan “kepunahan” jika angka kelahiran terus menurun dan warga muda terus meninggalkan desa untuk mencari kehidupan di luar.
Berikut selengkapnya Liputan6.com ulas desa unik di Jepang ini melansir dari New York Post, Jumat (1/11/2024).
Boneka-Boneka Penghuni Desa
Di Desa Ichinono, boneka-boneka berukuran manusia asli berperan menggantikan warga yang hilang karena angka kelahiran menurun. Boneka-boneka ini diletakkan di berbagai sudut desa, dari area pertanian hingga tempat bermain anak-anak. Warga menciptakan fenomena unik dengan menempatkan boneka-boneka tersebut dalam posisi sehari-hari, memberi kesan bahwa desa masih berpenghuni.
Hisayo Yamazaki, salah satu penduduk tertua di desa tersebut, merasa terhibur dengan keberadaan boneka-boneka itu. Ia mengaku bahwa boneka ini sedikit banyak menutupi perasaan kesendirian di lingkungan desa yang sunyi.
“Kami mungkin kalah jumlah oleh boneka,” ujarnya sembari tertawa getir, menggambarkan betapa kesepiannya desa tersebut.
Advertisement
2. Penyebab Kekurangan Warga
Ichinono menghadapi tantangan berat dengan rendahnya angka kelahiran yang terjadi dalam dua dekade terakhir. Hampir semua anak muda meninggalkan desa ini untuk mengejar pendidikan atau pekerjaan di luar kota. Akibatnya, populasi desa menua dan hanya tersisa beberapa penduduk yang sebagian besar adalah lansia.
Hisayo Yamazaki mengaku banyak anak-anak di sana yang didorong oleh keluarga untuk menempuh pendidikan di kota besar. Hal ini menjadikan Ichinono bagian dari ribuan desa di Jepang yang terancam kehilangan generasi penerus.
“Kami khawatir mereka tidak akan bisa menikah lagi jika tetap terjebak di tempat terpencil ini,” ungkap Yamazaki, menyinggung betapa sedikitnya kesempatan yang tersedia di desa itu.
3. Harapan dan Kekhawatiran
Kepala desa, Ichiro Sawayama, menyampaikan kekhawatirannya bahwa Ichinono akan “punah” jika kondisi ini tidak berubah. Sawayama mengungkapkan bahwa pihaknya telah bekerja keras mencari solusi untuk meningkatkan angka kelahiran dan menarik generasi muda kembali ke desa.
“Jika desa ini dibiarkan seperti sekarang, satu-satunya hal yang menanti kita adalah kepunahan,” kata Sawayama.
Pemerintah Jepang juga mencatat bahwa lebih dari 20.000 komunitas di negeri ini memiliki penduduk mayoritas berusia di atas 65 tahun. Perdana Menteri Shigeru Ishiba baru-baru ini berjanji untuk memberikan dukungan lebih besar bagi daerah pedesaan seperti Ichinono. Dukungan ini diharapkan dapat menghidupkan kembali desa-desa yang kehilangan penduduk muda akibat urbanisasi.
Advertisement