Liputan6.com, Jakarta Perjuangan menjaga lingkungan menjadi tantangan berat bagi Rasman dan anggota Kelompok Tani Hutan (KTH) Pabangbon di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor. Pasalnya, mereka menyadari bahwa lahan yang memberikan kehidupan telah lama mengalami kerusakan.
Kerusakan lahan di kawasan perhutanan Desa Malasari disebabkan oleh aktivitas tambang yang dilakukan oleh warga setempat. Para penambang yang juga merupakan penduduk sekitar, mengeruk sumber daya alam demi keuntungan pribadi tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjang.
Advertisement
Rasman secara terbuka mengakui bahwa ia dulunya terlibat dalam perusakan alam melalui aktivitas pertambangan. Kesadaran akan kerusakan hutan yang dirawat sejak nenek moyang mengubah pandangannya.
Kesadaran ini mendorongnya untuk berhenti menambang dan beralih menjadi petani, dengan harapan dapat memulihkan hutan yang telah dirusaknya.
"Kami dulunya bagian dari penambangan hutan dan sekarang kami sadar bahwa hutan kami semakin rusak, sehingga perlu mengembalikan fungsinya," ungkap Rasman pada pertengahan September 2024.
Setelah lebih dari setahun bekerja keras, Rasman berhasil mengajak sejumlah warga untuk bergabung dalam kelompok tani hutan.
"Dulu, mereka juga penambang seperti saya. Kami tidak bisa melarang mereka, jadi kami mencari cara agar mereka tetap bisa mendapatkan penghasilan," ujarnya.
Upaya Rasman meyakinkan warga agar meninggalkan aktivitas tambang cukup berhasil. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan peluang dari pemerintah melalui Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 4 Tahun 2023 tentang Pengelolaan Perhutanan Sosial. Aturan ini diperkuat oleh Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2023 mengenai Perencanaan Terpadu Pengelolaan Perhutanan Sosial.
Dengan dukungan perhutanan sosial, Rasman dan anggota KTH Pabangbon kini memiliki kesempatan untuk mengelola 150 hektare lahan, dengan total 167 anggota dalam kelompok ini. Dan ketika harapan mulai terwujud, Rasman menyadari bahwa kelompoknya memiliki keterbatasan pengetahuan tentang tanaman.
Sampai akhirnya mereka menjalin kerja sama dengan Yayasan Bakau Manfaat Universal (BakauMU) dan BRI untuk mendapatkan bimbingan.
Kolaborasi dengan BRI dan Yayasan BakauMu
Melalui kolaborasi BRI bersama BakauMU, perlahan KTH Pabangbon semakin bertumbuh. Kehadiran BRI dan BakauMU tidak hanya memberikan bantuan, keduanya juga terjun langsung memberikan edukasi dan pendampingan setiap harinya.
Ketua Yayasan BakauMU, Muhammad Nasir menjelaskan bahwa hutan di Desa Melasari merupakan lokasi ke-14 yang sudah dijalankan sejak 2023 lalu melalui program BRImenanam Grow & Green. Adapun BakauMU bersama BRI menargetkan lokasi penanam di lahan kritis.
"Kolaborasi atau kerja sama dengan BRI di Desa Melasari, ini untuk melaksanakan program BRI Menanam-Grow and Green. Kami memang memfokuskan terhadap pemulihan lingkungan," jelasnya.
Ada sejumlah kriteria dalam upaya BakauMU dan BRI dalam menjalankan program pemulihan lingkungan. Nasir menegaskan, kriteria penting dalam pemberian bantuan dan pendampingan adalah lahan dan kelompok tani hutan harus memiliki legalitas.
Sementara itu, Senior Manager CSR BRI, Adi Rifqi Husada menegaskan, program BRI Menanam-Grow & Green merupakan inisiatif bagi pemulihan lingkungan. Selain itu, Program BRI menanam Grow & Green juga tidak hanya fokus pada penanaman hutan.
Sejauh ini BRI juga telah melakukan pemulihan lingkungan pada wilayah perairan, baik penanaman mangrove dan transplantasi terumbu karang.
"Kami memiliki program BRI menanam-Grow & Green, dari program ini kami memiliki kegiatan transplantasi terumbu karang, penanaman mangrove, dan terakhir penanaman tanaman produktif di lahan kritis," ungkap Adi.
Advertisement
Rangkul 22 Kelompok Tani
Sebagai hasilnya sejak dijalankan pada 2023, program BRImenanam Grow & Green berhasil merangkul 22 kelompok tani dan nelayan dengan total 1.044 Kepala Keluarga (KK). Kemudian BRI juga telah menanam dan memelihara sebanyak 55.300 pohon, adapun pohon yang ditanam diantaranya mangrove, cemara laut, dan tanaman produktif, seperti durian, alpukat, pala dan lainnya.
Selanjutnya, BRI berhasil melakukan transplantasi 2.430 fragmen terumbu karang di beberapa Pulau di Indonesia. Secara keseluruhan, program ini berpotensi menyerap karbon sebesar 12.167,29 Ton CO2e per tahun.
(*)
Baca Juga