Sudah Ada di Pipeline, 3 Perusahaan Mercusuar Siap Debut Tahun Ini

Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Iman Rachman mengungkapkan tiga perusahaan dengan aset jumbo yang disebut lighthouse company atau perusahaan mercusuar, siap debut tahun ini.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 01 Nov 2024, 18:27 WIB
Ada sebanyak 190 saham menghijau sehingga mendukung penguatan ke level 4.483,45.

Liputan6.com, Jakarta Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Iman Rachman mengungkapkan tiga perusahaan dengan aset jumbo yang disebut lighthouse company atau perusahaan mercusuar, siap debut tahun ini. Iman mengatakan, tiga perusahaan itu sudah antre di pipeline penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO), salah satunya berasal dari sektor energi.

Iman menjelaskan, tiga perusahaan jumbo itu sudah termasuk dalam 28 emiten yang berada di pipeline IPO per 25 Oktober 2024. Merujuk POJK Nomor 53/POJK.04/2017, terdapat 16 perusahaan dengan aset skala besar di atas Rp 250 miliar, termasuk 3 perusahaan lighthouse. Kemudian 10 perusahaan dengan aset skala menengah antara Rp 50 miliar sampai Rp 250 miliar. Sisanya 2 perusahaan dengan aset skala kecil di bawah Rp 50 miliar.

"Inshaallah (sekitar) November-Desember tahun ini, (target IPO) 3 lightshouse yang memiliki market cap Rp 3 triliun dengan free float 20 persen bisa terpenuhi," kata Iman dalam Capital Market Journalist Workshop di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT), dikutip Jumat (1/11/2024).

BEI optimis jumlah perusahaan tercatat yang masuk kategori lighthouse dapat bertumbuh seiring dengan meningkatnya minat perusahaan-perusahaan di berbagai sektor untuk memanfaatkan pasar modal sebagai sumber pendanaan. BEI senantiasa akan memberikan dukungan yang diperlukan untuk mendorong pencatatan saham perusahaan-perusahaan yang potensial untuk berkembang di Pasar Modal Indonesia

Sebelumnya, Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna menjelaskan perusahaan-perusahaan yang masuk kategori lighthouse, selain memiliki aset di atas Rp 3 triliun, yakni memiliki free float atau porsi saham yang dimiliki publik setidaknya 15 persen. Bursa sendiri terbuka untuk mengakomodir kebutuhan pencatatan saham perusahaan mercusuar.

"Perusahaan yang kita anggap lighthouse company, itu kita selalu targetkan. Pada prinsipnya, ke semua yang besar-besar (itu) kita approach. Pokoknya sepanjang tahun ini paling tidak yang kita kategorikan lighthouse itu bisa tercatat di antara (target) 200-250 pencatatan efek pada 2024," kata Nyoman.

 


BEI Segera Launching Single Stock Future, Catat Tanggalnya

Karyawan mengamati pergerakan harga saham di Profindo Sekuritas Indonesia, Jakarta, Senin (27/7/2020). Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,66% atau 33,67 poin ke level 5.116,66 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

PT Bursa Efek Indonesia (BEI) berencana menggelar Grand Launching Single Stock Future (SSF) dalam waktu dekat. Meski belum ada tanggal pasti, Direktur Utama BEI, Iman Rachman mengatakan kemungkinan grand launching akan diselenggarakan pada pertengahan November 2024.

Iman membocorkan, ada 3 anggota bursa (AB) yang bergabung dalam grand launching. Dia berharap, grand launching SSF nanti bisa dibarengi dengan transaksi.

"Nanti 11-14 November InshaAllah SSF akan grand launching dengan 3 anggota bursa (AB). Kita harap juga sudah ada transaksi pada saat launching," kata Iman dalam Capital Market Journalist Workshop di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT), dikutip Jumat (1/11/2024).

Sebelumnya, Bursa telah melakukan soft launching produk Kontrak Berjangka Saham atau Single Stock Futures (SSF) pada 12 Agustus 2024. Bursa menargetkan transaksi SSF tembus 1 juta kontrak pada tahun depan.

Produk SSF dapat dimanfaatkan oleh investor untuk melindungi nilai portofolio dan mendapatkan keuntungan pada saat harga saham sedang naik maupun turun.

Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik menuturkan, SSF merupakan perjanjian atau kontrak antara dua belah pihak untuk menjual atau membeli suatu saham di masa depan dengan harga yang telah ditentukan.

 


Produk Derivatif BEI Lain

Pekerja tengah melintas di bawah papan pergerakan IHSG usai penutupan perdagangan pasar modal 2017 di BEI, Jakarta, Jumat (29/12). Perdagangan saham di penghujung tahun ini ditutup langsung Presiden Joko Widodo (Jokowi). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Berbeda dengan produk derivatif BEI lainnya yang didasari oleh indeks saham dan surat utang negara, efek yang mendasari SSF adalah saham. SSF juga memiliki satuan kontrak yang paling rendah dibanding produk derivatif lainnya, sehingga modal yang dibutuhkan investor untuk dapat mulai berinvestasi SSF lebih kecil.

"Jadi yang menjadi underline-nya ini nanti adalah saham. Ini adalah salah satu produk atau instrumen yang bisa digunakan oleh investor untuk mendapatkan keuntungan baik pada saat market bullish maupun sedang bearish," kata Jeffrey dalam pemberitaan sebelumnya.

Saat ini, kontrak yang diterbitkan dalam SSF mencakup 15 seri efek yang menggunakan 5 saham sebagai underlying. Saham-saham tersebut adalah ASII, BBCA, BBRI, MDKA, dan TLKM.

Beberapa kelebihan yang dimiliki oleh produk Single Stock Futures, yaitu investor dapat mengambil posisi beli (long) atau jual (short) suatu saham sehingga dapat memperoleh potensi keuntungan saat harga saham tersebut sedang naik atau turun.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya