Liputan6.com, Jakarta - Ketua Presidium Penyelamat Organisasi dan Muktamar Luar Bisa Nahdlatul Ulama (PO & MLB NU) K.H. Abdussalam Shohib mengatakan MLB NU siap dilaksanakan dalam waktu dekat di Surabaya, Jawa Timur.
"Pra-MLB akan dilaksanakan bulan Desember, di Surabaya titik juang para pahlawan. Pra-MLB direncanakan dihadiri oleh PWNU se-Indonesia atau yang mewakili," kata Gus Salam, sapaan karibnya, seperti dilansir Antara.
Advertisement
Gus Salam menyatakan bahwa selama dua pekan ini Presidium PO dan MLB NU berbagi tugas melakukan silaturahmi dan konsolidasi dengan ulama, kiai sepuh, masyayikh, tokoh dan para senior Jam’iyyah Nahdlatul Ulama.
Ia menjelaskan presidium sengaja tidak memperlihatkan pergerakannya karena menghormati terselenggaranya beberapa hajatan besar di Indonesia, yakni pelantikan Presiden dan Wakil Presiden RI, disusul Kabinet Merah Putih secara bertahap, kemudian konsolidasi kepemimpinan bertema Retret Kabinet Merah Putih di Magelang menjadi sejarah baru model dan pola kepemimpinan nasional.
"Kepada beliau-beliau, presidium berbagi perspektif tentang dinamika ke-Indonesia-an dan ke-Jamiyyah-an Nahdlatul Ulama, memohon doa restu dan dukungan atas gerak langkah menjalankan 'Risalah Amanat Bangkalan', yakni Penyelamatan Organisasi dan Muktamar Luar Biasa NU," tuturnya.
Gus Salam melanjutkan dalam dua pekan berjalan menuju 10 November, Hari Pahlawan, para santri Nusantara arus bawah gegap gempita mengekspresikan dan merefleksikan doktrin Resolusi Jihad 22 Oktober 1945 yang dikenal dengan Hari Santri Nasional (HSN).
Menurut dia, Hadratussyeikh K.H. M. Hasyim Asy’ari yang mengajak semua kala itu bergerak gagah berani, tegak berdiri, menatap awas dan jeli, tiada gentar menghadapi musuh dan anasirnya untuk menegakkan kedaulatan, kebebasan, kemerdekaan, kemandirian, dan keadilan untuk bangsa dan agama.
Kesamaan Pandangan
Begitu juga pada road show silaturahmi itu, presidium merasakan adanya kesamaan pandang dari para ulama, kiai sepuh, masyayikh, tokoh dan senior NU. Mereka merasakan ada something wrong dari penyelenggaraan jam’iyyah. Ada mismanajemen yang fatal dan prinsipil dalam pelaksanaan.
"Ada pergeseran pelaksanaan norma dan landasan etis dalam mukadimah Qonun Asasi, Khittah NU dan AD-ART, serta aturan teknis organisasi. Ada penurunan spirit, mentalitas dan moralitas dalam berjamaah dan ber-jam’iyyah yang ditampakkan oleh pimpinan dan pejabat PBNU," katanya.
Faktanya, kata Gus Salam, perpecahan jam’iyyah bersifat terbuka terjadi meluas dari Sabang hingga Merauke, terutama di Jawa. Dalam perpecahan itu tersimpan hubungan yang tidak sehat, saling merendahkan, hingga saling menjatuhkan.
Apabila kondisi semacam ini terus berlangsung bisa membahayakan arah perjuangan Jam’iyyah Nahdlatul Ulama yang didirikan ulama pondok pesantren dan para aulia.
"Atas perspektif dan ungkapan perasaan beliau-beliau itu, memantapkan presidium untuk segera menggelar muktamar luar biasa NU," katanya.
Advertisement