Liputan6.com, Jakarta - Gresik, sebuah kota penuh jejak sejarah Islam, menyimpan kisah-kisah menakjubkan para Walisongo. Salah satunya adalah kisah pertemuan Sunan Giri dengan seorang tokoh spiritual Hindu, Begawan Mintu Semeru.
Cerita ini menggambarkan ketegangan dan perdebatan spiritual yang kerap terjadi di masa penyebaran Islam di Tanah Jawa.
Dikutip dari tayangan video di kanal YouTube @santri.langgar, kisah ini bermula saat Begawan Mintu Semeru merasa terusik dengan pengaruh Sunan Giri.
Sang Begawan, seorang tokoh spiritual dengan keahlian yang diakui dalam kepercayaan Hindu, memutuskan untuk menantang Sunan Giri dalam adu kesaktian. Ia mendatangi Kedaton Sunan Giri dengan tekad bulat untuk membuktikan keunggulannya.
Begawan Mintu Semeru dikenal memiliki kekuatan luar biasa. Kehebatan spiritualnya sering diperbincangkan di berbagai kalangan.
Sebagai seorang ahli spiritual, ia mempraktikkan ilmu-ilmu yang dianggap di luar nalar manusia. Keahliannya mencakup penguasaan elemen-elemen alam dan mantra-mantra sakti yang diyakini dapat mengendalikan berbagai kekuatan supranatural.
Sunan Giri, di sisi lain, bukan hanya dikenal sebagai ulama dan penyebar agama Islam, tetapi juga seorang wali yang memiliki kemampuan spiritual mendalam. Lazimnya wali, Sunan Giri juga dianugerahi karomah luar biasa.
Baca Juga
Advertisement
Simak Video Pilihan Ini:
Adu Kesaktian, hingga Kekalahan sang Begawan
Tantangan dari Begawan Mintu Semeru tidak dianggap sebagai pertarungan biasa. Sebab, bagi Sunan Giri, membuktikan kebenaran ajaran Islam bukan soal kesaktian, tetapi keutamaan spiritual dan kedekatan dengan Allah.
Pertemuan tersebut berlangsung di Kedaton Sunan Giri, sebuah pusat spiritual dan penyebaran ajaran Islam di Gresik. Kedaton ini merupakan tempat berkumpulnya para santri, tempat Sunan Giri mengajarkan ilmu agama, dan pusat kegiatan penyebaran Islam yang cukup strategis.
Momen menegangkan itu membuat banyak orang penasaran, bagaimana hasil pertarungan dua tokoh sakti ini?
Menurut cerita yang beredar, tantangan adu kesaktian antara Sunan Giri dan Begawan Mintu Semeru bukan hanya tentang adu ilmu fisik.
Mereka menguji kekuatan spiritual masing-masing. Sunan Giri, yang telah memperkuat rohani dan ilmunya dengan ibadah serta zikir kepada Allah, berusaha membuktikan bahwa keimanan sejati lebih unggul daripada kesaktian yang didasarkan pada kepercayaan duniawi.
Hasil dari pertarungan tersebut menegaskan keunggulan Sunan Giri. Kemenangan Sunan Giri dalam duel itu bukan hanya kemenangan pribadi, tetapi juga simbol kemenangan Islam yang damai.
Begawan Mintu Semeru, yang pada awalnya penuh amarah dan keangkuhan, akhirnya mengakui keunggulan Sunan Giri. Ia bahkan memilih untuk menjadi santri di Kedaton Sunan Giri, sebuah keputusan yang mengubah jalan hidupnya.
Keputusan Begawan Mintu Semeru untuk menjadi santri Sunan Giri menandakan perubahan besar dalam dirinya. Dari seorang ahli spiritual Hindu yang sangat berpengaruh, ia kemudian menjadi murid yang setia mempelajari ajaran Islam.
Advertisement
Sunan Giri dan Sunan Kalijaga soal Wayang
Perubahan ini memperkuat posisi Sunan Giri sebagai wali yang tidak hanya menyebarkan agama dengan ilmu, tetapi juga dengan pendekatan spiritual yang kuat dan mengesankan.
Penyebaran Islam oleh Sunan Giri tidak berhenti di Gresik. Ia dikenal sebagai wali yang gigih menyebarkan agama ke berbagai daerah. Salah satu kontribusinya yang sangat berpengaruh adalah dalam peresmian Masjid Demak.
Masjid ini menjadi simbol persatuan dan pusat pergerakan penyebaran Islam di Jawa. Bersama dengan para wali lainnya, Sunan Giri membentuk fondasi peradaban Islam yang kuat di Tanah Jawa.
Sunan Giri dikenal sebagai sosok yang memiliki pandangan tegas, terutama dalam hal yang menyangkut prinsip-prinsip Islam. Salah satu momen penting adalah ketika Sunan Kalijaga memperkenalkan pertunjukan wayang beber.
Wayang ini awalnya dibuat dengan rupa yang sangat mirip manusia, sebuah konsep yang dianggap melanggar prinsip Islam dalam hal representasi manusia.
Sunan Giri, dalam peranannya, menentang pertunjukan wayang beber yang menyerupai manusia tersebut. Menurutnya, hal itu bertentangan dengan hukum Islam yang melarang pembuatan gambar atau patung manusia secara utuh.
Atas desakan dan pandangan Sunan Giri, Sunan Kalijaga akhirnya mengubah bentuk wayang menjadi wayang kulit, sebuah inovasi yang tetap mempertahankan nilai seni tetapi selaras dengan prinsip agama.
Pertentangan antara Sunan Giri dan Sunan Kalijaga ini menunjukkan bagaimana para wali mendiskusikan prinsip-prinsip agama dengan saling menghargai.
Meskipun berbeda pandangan, mereka tetap menjaga persatuan dalam menyebarkan ajaran Islam. Keputusan Sunan Kalijaga untuk menyesuaikan pertunjukan wayangnya menjadi salah satu bukti harmoni di antara para wali.
Begitu banyak peran yang dimainkan oleh Sunan Giri dalam memperkuat penyebaran Islam di Tanah Jawa. Ia bukan hanya seorang ulama, tetapi juga seorang pemimpin yang mampu mengatasi tantangan spiritual dari berbagai pihak.
Perjuangan dan kemenangannya dalam duel melawan Begawan Mintu Semeru mempertegas ketokohannya yang dihormati, bahkan oleh mereka yang awalnya menentangnya.
Sunan Giri tidak hanya menanamkan ajaran Islam, tetapi juga meninggalkan warisan spiritual yang tetap hidup hingga kini. Kisahnya bersama para wali lainnya terus menginspirasi generasi penerus untuk memahami kekuatan iman yang tak terkalahkan. Sejarah yang ia ukir di Gresik dan sekitarnya menjadi saksi bagaimana Islam diterima dengan kebijaksanaan, kesabaran, dan kekuatan spiritual yang sejati.
Hingga saat ini, jejak perjuangan Sunan Giri dapat dirasakan di Gresik dan berbagai wilayah lainnya di Indonesia. Masjid-masjid, pesantren, dan tradisi-tradisi Islam yang diwariskan olehnya masih dipertahankan oleh para penerusnya. Semangat Sunan Giri terus menginspirasi, mengingatkan kita akan pentingnya kekuatan spiritual dan keimanan dalam menghadapi tantangan hidup.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul