Liputan6.com, Jambi - Balai Bahasa Provinsi Jambi untuk pertama kalinya menggelar Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) pada 2024. Selain memperingati bulan bahasa, festival ini juga bagian untuk menghidupkan kembali bahasa daerah dan budaya, khususnya bahasa Kerinci yang kini statusnya terancam punah.
Festival bahasa yang pertama kalinya di Provinsi Jambi ini digelar di Kota Sungaipenuh pada 02-05 November dan diikuti ratusan pelajar di dua daerah itu, yakni Kerinci dan Sungaipenuh. Berbagai kegiatan lomba dibuat untuk memeriahkan festival ini.
"Festival ini diharapkan dapat memperkuat sinergi lintas sektor dalam pelestarian bahasa daerah di Provinsi Jambi, khususnya bahasa Kerinci," kata Kepala Balai Bahasa Provinsi Jambi Adi Budiwiyanto melalui keterangan tertulisnya yang diterima Liputan6.com di Jambi, Sabtu (2/11/2024).
Kantor Bahasa Jambi sebelum menjadi Balai Bahasa Provinsi Jambi telah intens melaksanakan Revitalisasi Bahasa Daerah (RBD) Kerinci di Kabupaten Kerinci dan Kota Sungaipenuh. Salah satu, kegiatan revitalisasi ini adalah melibatkan para tenaga pendidik dan pelajar di dua daerah itu.
Baca Juga
Advertisement
Revitalisasi bahasa daerah Kerinci memerlukan kebijakan multilevel. Pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat mesti terlibat dalam pelestarian bahasa daerah. "Seluruh elemen harus bekerja sama dalam menyukseskan revitalisasi bahasa daerah," kata Adi.
Sementara itu, Penjabat Sementara (Pjs) Wali Kota Sungai Penuh Tema Wisman mengatakan, Festival Tunah Bahasa Ibu ini sangat penting dilakukan sebagai bentuk kepedulian terhadap bahasa daerah.
Di tengah derasnya arus globalisasi, bahasa daerah menghadapi tekanan. Sehingga, melalui festival ini menjadi langkah strategis untuk menghidupkan kembali bahasa daerah yang mengandung nilai luhur, identitas, dan jati diri masyarakat.
"Kita harus bangga melihat semangat generasi muda dalam menghidupkan kembali bahasa Kerinci melalui berbagai kegiatan. Kegiatan FTBI diharapkan terus berlanjut sebagai fondasi pelestarian bahasa daerah di Provinsi Jambi," ujar Tema.
FTBI yang berlangsung dari 2—5 November 2024 menggelar berbagai lomba, yaitu menulis cerpen, membaca pantun, berpidato, mendongeng, dan menyanyikan lagu daerah dalam bahasa Kerinci.
Selain itu, peserta diajak untuk mempelajari aksara incung, salah satu warisan budaya Kerinci yang sangat berharga. Peserta lomba FTBI adalah siswa SD dan SMP sederajat yang telah mendapat pendampingan dan pembekalan dari guru utama. Selain itu, festival ini juga dihadiri Kepala Pusat Penguatan dan Pemberdayaan Bahasa Iwa Lukmana serta Pjs Bupati Kerinci Asraf.
Simak Video Pilihan Ini:
Bahasa Kerinci Terancam Punah
Bahasa daerah Kerinci di ujung barat Provinsi Jambi kini terancam punah, menurut penelitian Balai Bahasa Jambi. Bahasa daerah Kerinci rentan terhadap kepunahan karena penuturnya (suku Kerinci) yang sedikit.
Penelitian yang dilakukan Pusat Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, bahasa Kerinci tergolong bahasa daerah yang terancam punah karena hanya kalangan orang tua yang menjadi penuturnya.
Disamping itu sekarang ini banyak anggota masyarakat Kerinci di Sungai Penuh yang lebih memilih menggunakan bahasa dari daerah lain alih-alih menggunakan bahasa Kerinci.
Revitalisasi Bahasa Kerinci menjadi sangat penting supaya bahasa ini terus lestari ditengah gempuran arus globalisasi dan generasi muda enggan menggunakannya dalam sehari-hari.
Revitalisasi itu juga sebagai upaya untuk mempertahankan atau memperluas penggunaan bahasa Kerinci. Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam revitalisasi bahasa Kerinci, di antaranya: Bimbingan teknis revitalisasi bahasa Kerinci, Pengimbasan materi bahan ajar cerpen bahasa Kerinci.
Tujuan revitalisasi bahasa pada umumnya adalah untuk memperluas jumlah penutur bahasa; mempertahankan tingkat penggunaan bahasa; melindungi bahasa dari kepunahan.
Berdasarkan Peta Bahasa Kemendikbud disebutkan bahwa bahasa Kerinci dituturkan di Desa Pengasih Lama, Kecamatan Bukitkerman; Desa Koto Tuo Ujung Pasir, Desa Seleman, Kecamatan Danau Kerinci; Desa Hiang tinggi, Kecamatan Sitinjau Laut; Desa Koto Lebu dan Desa Koto Lolo, Kecamatan Pondong Tinggi; Desa Sungaiabu, Kecamatan Kerinci; Desa Belui, Kecamatan Air Hangat Timur; serta Desa Mukai Tinggi dan Desa Sung Betung Ilir, Kecamatan Gunung Kerinci, Kabupaten Kerinci.
Bahasa Kerinci terdiri atas tujuh dialek, yaitu (1) dialek Gunung Raya, (2) dialek Danau Kerinci, (3) dialek Sitinjau Laut, (4) dialek Sungai Penuh, (5) dialek Pembantu Sungai Tutung, (6) dialek Belui Air Hangat, dan (7) dialek Gunung Kerinci.
Berdasarkan penghitungan dialektometri, persentase perbedaan ketujuh dialek tersebut berkisar 51% -65,50%. Isolek Kerinci merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa Bengkulu dan Minangkabau.
Advertisement