Jurus Pemprov Jabar Tekan Jumlah Kejadian Demam Berdarah 2025

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Jawa Barat 1 Januari-29 Oktober 2024, sebanyak 304 orang yang tinggal di Jawa Barat meninggal dunia akibat DBD.

oleh Arie Nugraha diperbarui 04 Nov 2024, 13:00 WIB
Banner Infografis Heboh Pelepasan Nyamuk Wolbachia Tekan Kasus DBD. (AFP Photo/Roslan R)

Liputan6.com, Bandung - Pemerintah Jawa Barat (Jabar) meminta seluruh jajaran forum komunikasi pimpinan daerah (Forkopimda) untuk menekan jumlah kejadian demam berdarah dengue (DBD) pada 2025 mendatang dengan melakukan pembersihan lokasi yang berpotensi sebagai sarang nyamuk.

Menurut Penjabat (Pj) Guburnur Jabar Bey Machmudin, berdasarkan prakiraan dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pada bulan November 2024 merupakan puncak musim hujan yang menimbulkan genangan air.

"Kami mempelajari demam berdarah kan biasanya itu trennya mulai Januari-Februari. Nah kami tadi minta ke Bu Kadinkes untuk memulai gerakan kebersihan. Ya dari semua mulai dari Forkopimda, ASN (aparatur sipil daerah), TNI, Polri, BUMN, BUMD juga sekolah massive jaga kebersihan untuk mengingatkan bahwa dengan kebersihan lah dapat menekan demam berdarah. Kan kita tinggi ya di tahun lalu," ujar Bey ditulis Bandung (2/11/2024).

Bey mengakui siklus penyakit demam berdarah ini dapat dipantau dengan mudah. Cara yang paling mendasar adalah menjaga kebersihan dengan memusnakan medium genangan air.

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Jawa Barat 1 Januari-29 Oktober 2024, sebanyak 304 orang yang tinggal di Jawa Barat meninggal dunia akibat kasus demam berdarah dengue (DBD) dari jumlah total 53.342 kasus DBD.

Pada tahun 2023 lalu, kasus DBD di Jawa Barat mencapai 19.328 kasus sementara jumlah kematiannya 134 kasus. Jumlah peningkatan kasus di 2024 lebih dari dua kali lipat kasus tahun 2023 pada bulan yang sama di Januari hingga Juni hal ini akibat perubahan iklim El Nino menuju La Nina.

 

Simak Video Pilihan Ini:


Mengancam Kota Bandung

Dilansir Kanal Health, Liputan6, Kota Bandung kini tengah menghadapi ancaman serius. Berdasarkan data terbaru Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), hingga minggu ke-33 tahun 2024, jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Kembang ini telah mencapai angka 46.594, dengan 281 kematian.

Angka ini menjadikan Bandung sebagai daerah dengan jumlah kasus DBD tertinggi di Indonesia. DBD bukanlah penyakit yang bisa dianggap remeh. Penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk aedes aegypti ini dapat menyerang siapa saja tanpa pandang bulu, baik anak-anak maupun orang dewasa.

Bahkan, demam berdarah dengue menjadi salah satu penyebab utama kematian pada anak-anak di Indonesia. Dengan jumlah kasus yang terus meningkat, upaya pencegahan harus dilakukan secara menyeluruh dan kolaboratif.

Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines, Andreas Gutknecht, dalam acara Langkah Bersama Cegah DBD yang berlangsung di Bandung menekankan pentingnya kesadaran masyarakat untuk lebih proaktif dalam memerangi DBD.

"DBD adalah ancaman serius yang bisa menyerang siapa saja, kapan saja. Kami menyerukan kepada seluruh masyarakat untuk bersatu dalam melawan penyakit ini," ujar Andreas.

Kampanye Langkah Bersama Cegah DBD yang diselenggarakan di Mall Paskal, Bandung, pada 6-8 September lalu itu merupakan bagian dari kemitraan antara PT Takeda Innovative Medicines dengan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kampanye ini mengusung gerakan #Ayo3MPlusVaksinDBD, yang mengajak masyarakat untuk aktif melakukan 3M (Menguras, Menutup, dan Mendaur ulang barang-barang bekas yang dapat menjadi tempat berkembang biak nyamuk) serta mempertimbangkan vaksinasi sebagai langkah perlindungan tambahan.

"Kami percaya, melalui sinergi yang kuat antara pemerintah, pihak swasta, tenaga kesehatan, sekolah, dan masyarakat, kita bisa menciptakan Bandung yang bebas dari DBD. Penting untuk terus menjaga kebersihan lingkungan serta mendukung inovasi seperti vaksinasi," tambahnya.

 


Vaksin untuk DBD

Dalam upaya menekan angka kasus DBD, vaksinasi menjadi langkah yang sangat dianjurkan, terutama bagi mereka yang berumur 6 hingga 45 tahun.

Dr. Buti A. Azhali, SpA, MKes, menegaskan bahwa masih banyak masyarakat yang salah kaprah tentang DBD. "Banyak yang mengira kalau sudah pernah terkena DBD, mereka akan kebal. Padahal, infeksi bisa terjadi berulang dengan serotipe virus yang berbeda, dan ini justru lebih berbahaya."

Vaksinasi lengkap sesuai dosis yang dianjurkan bisa memberikan perlindungan optimal bagi masyarakat dari ancaman infeksi DBD berulang.

Acara ini juga dimeriahkan oleh sejumlah public figure, seperti Marc Klok, kapten Persib Bandung, serta Ricky Harun dan Fitri Tropica, yang turut menyerukan pentingnya langkah pencegahan DBD.

"Saya merasa lebih tenang setelah mendapatkan perlindungan dari DBD. Saya harap semua orang di Bandung juga segera mendapatkan vaksinasi agar kita bisa bersama-sama melindungi keluarga dan lingkungan dari ancaman DBD," kata Marc Klok.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya