Bursa Saham Asia Melesat Jelang Pilpres Amerika Serikat

Sebagian besar indeks acuan di bursa saham Asia Pasifik menguat pada awal pekan, Senin, 4 November 2024. Investor bersiap hadapi pilpres AS dan kebijakan ekonomi China.

oleh Agustina Melani diperbarui 04 Nov 2024, 09:01 WIB
Bursa saham Asia Pasifik menguat pada perdagangan Senin (4/11/2024) di tengah investor bersiap hadapi pekan yang sibuk. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik menguat pada perdagangan Senin (4/11/2024) di tengah investor bersiap hadapi pekan yang sibuk. Pada pekan ini ada pemilihan presiden (Pilpres) Amerika Serikat (AS) atau Pilpres AS dan pertemuan kebijakan moneter the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS.

Mengutip CNBC, investor juga akan mencermati pertemuan parlemen China yang dijadwalkan dimulai pada Senin, 4 November 2024. Pihak berwenang China akan mengumumkan rincian lebih lanjut tentang dukungan fiskal pada saat pertemuan terakhir pada Jumat.

Selain itu, data perdagangan China pada Oktober akan dirilis pada Kamis setelah pertumbuhan ekspor dan impor yang suram pada September.

Korea Selatan juga akan melaporkan pembacaan inflasi konsumen pada Oktober pada Selasa pekan ini akan menurun untuk bulan ketiga berturut-turut menjadi 1,4 persen tahun ke tahun (Year on Year/YoY), menurut perkiraan LSEG. Angka itu dibandingkan 2,6 persen pada Juli, 2 persen pada Agustus dan 1,6 persen pada September.

Bank Sentral Australia juga akan umumkan keputusan suku bunga pada Selasa pekan ini. Reserve Bank of Australia kemungkinan mempertahankan suku bunga 4,35 persen, menurut jajak pendapat Reuters terhadap ekonom.

Adapun bursa saham Jepang tutup pada Senin, 4 November 2024. Indeks Kospi di Korea Selatan naik 0,96 persen. Indeks Kosdaq menguat 2,24 persen. Indeks Hang Seng di Hong Kong berada di posisi 20.490, lebih rendah dari penutupan perdagangan Jumat pekan lalu di posisi 20.506,43. Indeks ASX 200 di Australia menguat terbatas 0,21 persen dan indeks Taiwan mendaki 0,27 persen.


Penutupan Wall Street

Pedagang bekerja di New York Stock Exchange, New York, 10 Agustus 2022. (AP Photo/Seth Wenig, file)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau sering disebut Wall Street ditutup cerah pada perdagangan Jumat. Mengawali November, tiga indeks utama yaitu Dow Jones Industrial Average (DJIA), S&P 500 dan Nasdaq Composite berada di zona hijau.

Penguatan Wall Street ini dipimpin oleh Amazon dan saham teknologi besar lainnya yang bergerakdi zona hijau. Selain itu, pelaku pasar juga mengabaikan laporan pekerjaan yang mengecewakan.

Mengutip CNBC, Sabtu (2/11/2024), indeks saham Dow Jones Industrial Average naik 288,73 poin, atau 0,69% dan berakhir pada 42.052,19. Indeks S&P 500 naik 0,41% hingga ditutup pada 5.728,80. Sedangkan Nasdaq Composite naik 0,8% menjadi 18.239,92.

Saham Amazon naik 6,2% karena kekuatan dalam bisnis cloud dan periklanan mendorong raksasa e-commerce itu melampaui ekspektasi pendapatan analis di Wall Street.

Saham Intel juga melonjak 7,8% setelah melampaui perkiraan analis untuk pendapatan dan menawarkan panduan yang kuat.

Kedua saham tersebut membantu mengangkat sentimen investor setelah beberapa kekecewaan pendapatan yang signifikan minggu ini.

"Saham teknologi berkapitalisasi besar masih menjadi ekor anjing yang mengibaskan anjing," kata analis investasi Sage Advisory Rob Williams mengibaratkan.

"Anda melihat beberapa pelebaran, tetapi itu masih merupakan komponen yang sangat besar saat ini." tambah dia.

 


Laporan Pekerjaan

Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)

Sementara itu, laporan pekerjaan yang dirilis hari Jumat menunjukkan ekonomi AS hanya menambah 12.000 pekerjaan pada bulan Oktober, jauh di bawah estimasi Dow Jones sebesar 100.000.

Ini menandai tingkat penciptaan lapangan kerja terlemah sejak Desember 2020.

Tingkat pengangguran bertahan di 4,1%, sesuai dengan estimasi.

Namun, para pedagang tidak terlalu bereaksi terhadap angka pekerjaan dan lebih percaya bahwa data yang suram itu dipengaruhi oleh badai dan pemogokan Boeing.

"Laporan pekerjaan hari Jumat menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja melambat cukup signifikan pada bulan Oktober dibandingkan dengan September," kata Kepala Investasi Bellwether Wealth, Clark Bellin.

"Namun, angka ini sangat bising, terutama karena badai dan pemogokan buruh, jadi kecil kemungkinan pelemahan ini akan menyebabkan Federal Reserve mengubah haluan dari pemangkasan suku bunga 25 basis poin yang diharapkan pada pertemuan November." kata dia.

 


Penutupan IHSG Sepekan

Pejalan kaki melintas dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kawasan Jakarta, Senin (13/1/2020). IHSG menguat 0,34 persen atau 21 poin ke level 6.296 pada penutupan perdagangan Senin (13/1) sore ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok pada 28 Oktober-1 November 2024. Koreksi IHSG tersebut didorong sentimen global dan domestik.

Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), Sabtu (2/11/2024), IHSG merosot 2,46 persen ke posisi 7.505,25. Pelemahan IHSG jauh lebih besar dari pekan lalu. Pada pekan lalu, IHSG melemah 0,8 persen ke posisi 7.694,66. Selain itu, kapitalisasi pasar juga terpangkas 2,23 persen menjadi Rp 12.601 triliun. Kapitalisasi pasar bursa tercatat Rp 12.888 triliun pada pekan lalu.

Selanjutnya, rata-rata nilai transaksi harian bursa susut 5,4 persen menjadi Rp 11,31 triliun dari pekan lalu Rp 11,96 triliun. Rata-rata frekuensi transaksi harian bursa terpangkas 7,61 persen menjadi 1,268 juta kali transaksi dari 1,372 juta kali transaksi pada pekan lalu.

Penurunan juga terjadi pada rata-rata volume transaksi harian bursa. Rata-rata volume transaksi harian bursa susut 21,39 persen menjadi 21,47 miliar saham dari 27,31 miliar saham pada pekan lalu.

Selama sepekan, investor asing jual saham Rp 2,64 triliun. Pada 2024, aksi beli saham oleh investor asing tercatat Rp 38,25 triliun.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya