Hidrosefalus Bisa Merusak Otak Secara Permanen, Kenali Gejala hingga Pencegahannya

Hidrosefalus adalah penumpukan cairan otak yang berlebihan di dalam otak dan jika dibiarkan bisa memicu disabilitas fisik maupun mental.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 04 Nov 2024, 14:00 WIB
Bayi pengidap hidrosefalus bernama Husen, ditinggalkan kembarannya Hasan yang meninggal lebih dahulu saat dilahirkan. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Jakarta Hidrosefalus yang tidak segera ditangani dapat berujung pada kerusakan otak hingga disabilitas.

Hidrosefalus adalah penumpukan cairan otak yang berlebihan di dalam otak. 

“Hidrosefalus terjadi ketika produksi, distribusi dan penyerapan cairan otak tidak seimbang. Hidrosefalus dapat terjadi pada siapa saja, tetapi lebih sering dialami oleh bayi dan orang yang berusia 60 tahun ke atas,” kata dokter spesialis bedah saraf RS EMC Cikarang & Alam Sutera, Lukas Galileo Malau dalam tulisannya di laman EMC, dikutip Senin (4/11/2024).

Lukas menambahkan, ada beberapa faktor yang menyebabkan hidrosefalus, diantaranya:

  • Perdarahan di dalam otak karena kelahiran prematur.
  • Perkembangan otak dan tulang belakang yang tidak normal sehingga menyumbat aliran cairan otak.
  • Infeksi selama masa kehamilan yang dapat memicu peradangan pada otak janin, misalnya rubella atau sifilis.
  • Kelainan bawaan lahir, misalnya sindrom Dandy-Walker.

Di samping itu, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko hidrosefalus pada semua usia, yaitu:

  • Tumor di otak dan saraf tulang belakang.
  • Perdarahan di otak akibat cedera kepala atau stroke.
  • Infeksi pada otak dan saraf tulang belakang, misalnya meningitis dan ensefalitis.
  • Cedera atau benturan pada kepala yang berdampak ke otak.

Apa Saja Gejala Hidrosefalus?

Hidrosefalus pada bayi ditandai dengan lingkar kepala yang cepat membesar. Di samping itu, akan muncul benjolan yang terasa lunak di ubun-ubun kepala.

Selain perubahan pada ukuran kepala, gejala hidrosefalus yang dapat dialami bayi dengan hidrosefalus adalah:

  • rewel;
  • mudah mengantuk;
  • tidak mau menyusu;
  • muntah;
  • pertumbuhan terhambat;
  • kejang.

Pada anak-anak, dewasa, dan lansia, gejala hidrosefalus yang muncul tergantung pada usia pasien. Gejala-gejala tersebut antara lain:

  • Nyeri kepala;
  • penurunan daya ingat dan konsentrasi;
  • mual dan muntah;
  • gangguan penglihatan;
  • gangguan koordinasi tubuh;
  • gangguan keseimbangan;
  • kesulitan menahan buang air kecil;
  • pembesaran kepala.

“Hidrosefalus yang tidak segera ditangani dapat menyebabkan gangguan dalam perkembangan fisik dan intelektual anak. Pada orang dewasa, hidrosefalus yang terlambat ditangani dapat menyebabkan gejala menjadi permanen,” kata Lukas.


Kapan Harus ke Dokter?

Pemeriksaan medis harus segera dilakukan pada anak-anak dan orang dewasa yang mengalami beberapa gejala di atas.

Segera cari pertolongan medis bila bayi menunjukkan sejumlah gejala berikut:

  • Kesulitan saat menyusu atau makan;
  • sering muntah tanpa diketahui sebabnya;
  • menangis dengan suara melengking;
  • berbaring terus dan enggan menggerakkan kepala;
  • sesak napas;
  • kejang.

Bagaimana Diagnosis Hidrosefalus?

Hidrosefalus pada bayi dapat dilihat dari bentuk kepalanya yang membesar. Sedangkan pada pasien dewasa, hidrosefalus dapat diketahui oleh dokter melalui tanya jawab mengenai gejala yang dialami yang dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik.

Selanjutnya, dokter akan melakukan pemindaian dengan USG, CT scan, atau MRI. Pemindaian tersebut bertujuan memastikan diagnosis, mengetahui penyebab hidrosefalus, dan mendeteksi kemungkinan adanya kondisi lain yang terkait dengan gejala pada pasien.


Bagaimana Pengobatan Hidrosefalus?

Hidrosefalus dapat merusak otak secara permanen, menyebabkan masalah pada perkembangan fisik dan mental.

Jika tidak diobati, biasanya berakibat fatal. Dengan pengobatan yang tepat, pasien dapat menjalani kehidupan normal dengan sedikit keterbatasan.

Terapi biasanya melibatkan pembedahan untuk memasukkan shunt. Ini adalah tabung plastik yang fleksibel. Shunt memindahkan cairan serebrospinal ke area lain dari tubuh di mana dapat diserap secara permanen.

Terapi lainnya ventrikulostomi, prosedurnya hampir sama dengan shunt, tapi tanpa memasang alat permanen melainkan hanya dengan selang keluar kepala untuk mengalirkan cairan serebrospinal secara sementara. Atau dengan menggunakan endoscopy untuk menghubungkan rongga-rongga cairan di dalam otak.


Bagaimana Pencegahan Hidrosefalus?

Pencegahan hidrosefalus kongenital dimulai sejak dalam kehamilan. Ibu hamil harus melakukan kontrol berkala agar bila ada infeksi virus, dapat diketahui dan ditangani segera.

“Pastikan bahwa ibu hamil, bayi, dan anak mendapatkan imunisasi yang lengkap sesuai dengan jadwal pemerintah.”

Beberapa penyebab hidrosefalus seperti infeksi rubella, radang selaput otak, dan radang otak dapat dicegah dengan imunisasi. Sementara hidrosefalus yang didapat dapat diatasi dengan mengobati penyebab utamanya.

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya