Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) menyampaikan 36 perusahaan telah mencatatkan saham di BEI hingga 1 November 2024. Sejumlah perusahaan itu telah himpun dana Rp 5,42 triliun.
BEI mencatat masih ada 28 perusahaan yang sedang proses pencatatan saham perdana di BEI. Dari 28 perusahaan itu, mayoritas memiliki aset skala besar atau aset di atas Rp 250 miliar. Berdasarkan POJK Nomor 53/POJK.04/2017 untuk klasifikasi aset perusahaan antara lain:
Advertisement
-2 perusahaan aset skala kecil. (aset di bawah Rp 50 miliar)
-10 perusahaan aset skala menengah. (aset antara Rp 50 miliar-Rp 250 miliar)
-16 perusahaan aset skala besar. (aset di atas Rp 250 miliar)
“Hingga saat ini, terdapat 28 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI,” ujar Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna kepada wartawan seperti dikutip, Senin (4/11/2024).
Berikut rincian sektor saham perusahaan yang mau mencatatkan saham perdana di BEI:
-3 perusahaan dari sektor basic materials
-2 perusahaan dari sektor consumer cyclicals
-5 perusahaan dari sektor consumer non-cylicals
-5 perusahaan dari sektor energi
-3 perusahaan dari sektor keuangan
-3 perusahaan dari sektor perawatan kesehatan
-2 perusahaan dari sektor industri
-1 perusahaan dari sektor infrastruktur
-3 perusahaan dari sektor properti dan real estate
- 0 perusahaan dari sektor teknologi
-1 perusahaan dari sektor transportasi dan logistic
Sementara itu, dari sisi rights issue atau penawaran umum terbatas (PUT) hingga 1 November 2024 telah terdapat 15 perusahaan tercatat yang telah menerbitkan rights issue dengan nilai Rp 34,42 triliun.
Selain itu masih terdapat delapan perusahaan tercatat dalam pipeline rights issue BEI, dengan rincian sektor sebagai berikut:
-3 perusahaan dari sektor basic materials
-0 perusahaan dari sektor consumer cyclicals
-0 perusahaan dari sektor consumer non-cylicals
-2 perusahaan dari sektor energi
-0 perusahaan dari sektor keuangan
-2 perusaahaan dari sektor perawaran kesehatan
-0 perusahaan dari sektor industri
-1 perusahaan dari sektor infrastruktur
-0 perusahaan dari sektor properti dan real estate
-0 perusahaan dari sektor teknologi
-0 perusahaan dari sektor transportasi dan logistik
Penerbitan EBUS
Adapun untuk penerbitan efek bersifat utang dan sukuk (EBUS), hingga kini telah diterbitkan 119 emisi dari 65 penerbit EBUS. Adapun dana yang dihimpun sebesar Rp 110,6 triliun.
BEI mencatat hingga 1 November 2024 terdapat 22 emisi dari 16 penerbit EBUS yang sedang berada dalam pipeline. Berikut rinciannya:
-3 perusahaan dari sektor basic materials
-1 perusahaan sektor consumer cyclicals
-0 perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals
-3 perusahaan dari sektor energi
-5 perusahaan dari sektor keuangan
-0 perusahaan dari sektor perawatan kesehatan
-1 perusahaan dari sektor industri
-0 perusahaan dari sektor infrastruktur
-1 perusahaan dari sektor properti dan real estate
-0 perusahaan dari sektor teknologi
-2 perusahaan dari sektor transportasi dan logistik
Advertisement
IHSG Terpangkas 2,46% pada 28 Oktober-1 November 2024, Ini Penyebabnya
Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok pada 28 Oktober-1 November 2024. Koreksi IHSG tersebut didorong sentimen global dan domestik.
Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), Sabtu (2/11/2024), IHSG merosot 2,46 persen ke posisi 7.505,25. Pelemahan IHSG jauh lebih besar dari pekan lalu. Pada pekan lalu, IHSG melemah 0,8 persen ke posisi 7.694,66. Selain itu, kapitalisasi pasar juga terpangkas 2,23 persen menjadi Rp 12.601 triliun. Kapitalisasi pasar bursa tercatat Rp 12.888 triliun pada pekan lalu.
Selanjutnya, rata-rata nilai transaksi harian bursa susut 5,4 persen menjadi Rp 11,31 triliun dari pekan lalu Rp 11,96 triliun. Rata-rata frekuensi transaksi harian bursa terpangkas 7,61 persen menjadi 1,268 juta kali transaksi dari 1,372 juta kali transaksi pada pekan lalu.
Penurunan juga terjadi pada rata-rata volume transaksi harian bursa. Rata-rata volume transaksi harian bursa susut 21,39 persen menjadi 21,47 miliar saham dari 27,31 miliar saham pada pekan lalu.
Selama sepekan, investor asing jual saham Rp 2,64 triliun. Pada 2024, aksi beli saham oleh investor asing tercatat Rp 38,25 triliun.
Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, IHSG anjlok 2,46 persen didorong sejumlah faktor. Pertama, rilis data tenaga kerja dan produk domestik bruto atau PDB Amerika Serikat (AS).
"Investor juga mencermati perihal pemangkasan suku bunga the Fed pada November yang diperkirakan akan terjadi sebesar 25 basis poin,” ujar Herditya saat dihubungi Liputan6.com.
Faktor kedua yakni data manufaktur China yang ekspansif di level 50,1 yang diperkirakan ekonomi China akan pulih dan menjadi katalis positif ke depan terutama dari sisi ekspor Indonesia.
Prediksi IHSG ke Depan
Ketiga, rilis data inflasi Indonesia pada Oktober 2024 yang cenderung melandai ke level 1,71 persen YoY serta musim rilis kinerja emiten kuartal III 2024.
"Untuk sepekan ke depan, kami perkirakan IHSG masih rawan koreksi dengan level support 7.403 dan level resistance 7.595,” kata dia.
Herditya perkirakan, pergerakan IHSG masih dipengaruhi sejumlah faktor. Pertama, pergerakan bursa global terutama Amerika Serikat yang sedang dalam pemilihan umum dan keputusan suku bunga the Federal Reserve (the Fed).
Kemudian kedua ada rilis data purchasing manufacture index (PMI), ekspor impor dan inflasi China. Ketiga, rilis data Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
Advertisement