Tumor Hipofisis Bisa Picu Gangguan Penglihatan bahkan Disabilitas Netra, Bagaimana Menanganinya?

Tumor hipofisis adalah pertumbuhan abnormal yang terjadi pada kelenjar hipofisis yang terletak di dasar otak. Tumor ini bisa bersifat jinak atau ganas, tetapi sebagian besar kasus adalah tumor jinak yang tidak menyebar ke bagian lain dari tubuh.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 05 Nov 2024, 14:12 WIB
Tumor Hipofisis Bisa Picu Gangguan Penglihatan bahkan Disabilitas Netra, Bagaimana Menanganinya?. Foto: Liputan6.com/Ade Nasihudin.

Liputan6.com, Jakarta Tumor hipofisis bisa memicu gangguan penglihatan terutama kebutaan periferal. Ini dapat terjadi akibat tekanan tumor pada saraf optik.

Tumor hipofisis adalah pertumbuhan abnormal yang terjadi pada kelenjar hipofisis yang terletak di dasar otak. Kelenjar ini berperan penting dalam mengatur berbagai hormon yang memengaruhi banyak fungsi tubuh, mulai dari pertumbuhan hingga metabolisme.

Tumor ini bisa bersifat jinak atau ganas, tetapi sebagian besar kasus adalah tumor jinak yang tidak menyebar ke bagian lain dari tubuh.

Menurut ahli bedah saraf dari RS Siloam Lippo Village Karawaci, Julius July, selain gangguan penglihatan, gejala lain dari tumor ini adalah sakit kepala.

“Sakit kepala merupakan keluhan yang sering disampaikan dan sering kali menjadi gejala awal yang dihadapi pasien,” kata Julius dalam keterangan pers dikutip Selasa (5/11/2024).

Selain itu, pasien sering melaporkan perubahan hormonal yang dapat menyebabkan gejala seperti menstruasi yang tidak teratur pada wanita dan penambahan berat badan. Keseimbangan hormonal tubuh yang terpengaruh bisa berdampak serius pada kesehatan. Misalnya, kelebihan hormon pertumbuhan dapat menyebabkan kondisi akromegali, sedangkan kekurangan hormon tertentu dapat menyebabkan gangguan pada fungsi tubuh yang vital, seperti metabolisme dan pertumbuhan.

“Gejala yang dialami pasien dengan tumor hipofisis bervariasi tergantung pada ukuran dan lokasi tumor,” jelas Julius.


Penanganan Tumor Hipofisis

Tatalaksana tumor hipofisis dapat dilakukan melalui pendekatan pembedahan dan non-pembedahan.

Pembedahan seringkali diperlukan untuk mengangkat tumor, terutama jika tumor menyebabkan gejala yang signifikan atau memiliki potensi untuk menjadi ganas. Pendekatan non-pembedahan, seperti terapi hormon dan radiasi, juga dapat dipertimbangkan, tergantung pada kondisi spesifik pasien dan sifat tumor.

Salah satu inovasi terbaru dalam penanganan tumor hipofisis adalah EETS (Endoscopic Endonasal Transsphenoidal Surgery) yaitu pembedahan minimal invasif yang dilakukan melalui hidung dan sinus.

Metode ini memungkinkan akses yang lebih mudah ke tumor dengan risiko yang lebih rendah dan waktu pemulihan yang lebih cepat. Prosedur ini mengurangi trauma pada jaringan sekitarnya dan sering kali memberikan hasil yang lebih baik bagi pasien.

Dalam prosedur EETS, dokter spesialis telinga, hidung, dan tenggorokan (THT) memegang peran krusial. Mereka bertanggung jawab untuk mempersiapkan jalur akses melalui hidung dan sinus serta membantu dalam visualisasi area tumor.

“Kolaborasi antara dokter spesialis bedah saraf dan THT sangat penting untuk keberhasilan prosedur ini, memastikan bahwa tumor dapat diangkat dengan risiko minimal bagi pasien,” kata dokter spesialis THT RS Siloam Lippo Village Karawaci, Michael, dalam keterangan yang sama.


Keunggulan EETS dibandingkan Pembedahan Konvensional

Michael menambahkan, EETS memiliki beberapa keunggulan dibandingkan pembedahan konvensional.

Salah satu keunggulan utamanya adalah risiko yang lebih rendah. Dengan metode minimal invasif ini, kemungkinan kerusakan pada jaringan di sekitar tumor lebih kecil, yang pada gilirannya mengurangi komplikasi pasca operasi.

Selain itu, waktu pemulihan pasien juga lebih cepat, memungkinkan mereka kembali ke aktivitas normal dalam waktu yang lebih singkat. Nyeri pasca operasi juga umumnya lebih sedikit dibandingkan dengan prosedur konvensional.

Risiko atau Komplikasi EETS

Meskipun EETS relatif aman, risiko dan komplikasi tetap ada. Infeksi adalah salah satu risiko yang dapat terjadi pasca operasi, serta perdarahan yang mungkin muncul selama dan setelah prosedur.

Gangguan penglihatan juga menjadi perhatian, mengingat lokasi tumor yang dekat dengan saraf optik. Oleh karena itu, penting bagi pasien untuk memahami risiko ini sebelum menjalani prosedur.


Proses Pemulihan dan Perawatan Pasca Prosedur EETS

Setelah melakukan EETS, pasien akan menjalani proses pemulihan yang melibatkan pemantauan di rumah sakit.

Rata-rata masa perawatan di rumah sakit untuk tindakan EETS ini berkisar antara satu hingga tiga hari, tergantung pada kondisi individu pasien dan adanya komplikasi yang mungkin muncul. Selama periode ini, tim medis akan memastikan bahwa pasien tidak mengalami masalah lebih lanjut.

Kriteria untuk Melakukan EETS

Kriteria untuk melakukan pembedahan dengan metode EETS mencakup ukuran dan lokasi tumor, serta dampak yang ditimbulkan oleh tumor terhadap kesehatan pasien.

Dengan pengalaman dalam menangani banyak kasus, dokter spesialis THT dan bedah saraf akan bekerja sama untuk menentukan apakah metode ini adalah pilihan terbaik bagi pasien tertentu.

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya