Liputan6.com, Seoul - Korea Utara meluncurkan rudal balistik jarak pendek pada hari Selasa (5 November), kata militer Seoul seperti dikutip dari Channel News Asia (CNA).
Ini merupakan peluncuran kedua Pyongyang dalam beberapa hari dan beberapa jam sebelum rakyat Amerika memilih presiden baru atau puncak Pilpres AS.
Advertisement
Joint Chiefs of Staff atau Kepala Staf Gabungan Seoul mengatakan pihaknya mendeteksi peluncuran "beberapa rudal balistik jarak pendek" sekitar pukul 7.30 pagi ke perairan di sebelah timur semenanjung Korea.
"Sebagai persiapan untuk peluncuran tambahan, militer kami telah meningkatkan pengawasan dan kewaspadaan," kata Kepala Staf Gabungan Seoul seraya menambahkan bahwa pihaknya berbagi informasi dengan Jepang dan AS.
Tokyo juga mengonfirmasi peluncuran tersebut, dengan kantor perdana menterinya mengatakan Pyongyang telah "meluncurkan yang diduga rudal balistik ".
Sebelumnya pada Kamis (31/10) lalu, Korea Utara yang bersenjata nuklir menguji coba apa yang disebutnya sebagai rudal balistik antarbenua (intercontinental ballistic missile, ICBM) berbahan bakar padat tercanggih dan terkuat, Hwasong-19.
Itu adalah uji coba senjata pertama Kim Jong Un sejak dituduh mengirim tentara ke Rusia.
Peluncuran tersebut juga terjadi beberapa jam setelah kepala pertahanan AS dan Korea Selatan meminta Pyongyang untuk menarik pasukannya, memperingatkan bahwa tentara Korea Utara berseragam Rusia dikerahkan untuk kemungkinan tindakan terhadap Ukraina.
Sifat Agresif
Sementara itu pada hari Minggu (3/11), Korea Selatan, Jepang, dan Amerika Serikat melakukan latihan udara gabungan yang melibatkan pesawat pengebom berat sebagai tanggapan atas peluncuran ICBM.
Latihan tersebut memobilisasi pesawat pengebom B-1B AS, jet tempur F-15K dan KF-16 Korea Selatan, dan jet F-2 Jepang.
Latihan gabungan semacam itu membuat Pyongyang marah, yang menganggapnya sebagai latihan untuk invasi.
Kim Yo Jong, saudara perempuan pemimpin negara itu dan juru bicara utama, menyebut latihan itu sebagai "penjelasan berbasis tindakan tentang sifat agresif musuh yang paling bermusuhan dan berbahaya terhadap Republik kita".
Dalam pernyataan yang dimuat pada hari Selasa oleh Kantor Berita Pusat Korea, ia mengatakan latihan itu adalah "bukti mutlak tentang validitas dan urgensi garis pembangunan kekuatan nuklir yang telah kami pilih dan terapkan".
Ia memperingatkan bahwa "gangguan keseimbangan kekuatan antara para pesaing di semenanjung Korea dan di kawasan itu justru berarti perang".
Advertisement
Serangkaian Uji Coba Senjata Korut Pengalihan Isu Pengerahan Pasukannya ke Rusia Atau Peringatan Jelang Pilpres AS?
Para ahli telah menyatakan bahwa serangkaian uji coba senjata oleh Pyongyang dapat menjadi upaya untuk mengalihkan perhatian dari dugaan pengerahan pasukannya ke Rusia atau meningkatkan agenda menjelang pemilihan umum AS.
Seoul telah lama menuduh Korea Utara yang bersenjata nuklir mengirim senjata untuk membantu Moskow melawan Kyiv, dan menuduh bahwa Pyongyang telah bergerak untuk mengerahkan tentara secara massal setelah Kim Jong Un menandatangani kesepakatan pertahanan bersama dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada bulan Juni.
Seoul juga telah memperingatkan bahwa Rusia mungkin menyediakan teknologi atau keahlian baru sebagai imbalan atas senjata dan pasukan untuk membantu mereka melawan Ukraina.
Seoul, eksportir senjata utama, mengatakan sedang meninjau apakah akan mengirim senjata langsung ke Ukraina sebagai tanggapan, sesuatu yang sebelumnya ditolak karena kebijakan dalam negeri yang sudah lama berlaku yang mencegahnya menyediakan persenjataan dalam konflik aktif.
Adapun sejauh ini pihak Korea Utara membantah telah mengirim pasukan, tetapi wakil menteri luar negerinya mengatakan pengerahan semacam itu akan sejalan dengan hukum internasional.