Kisah Kocak Ustadz Das'ad Latif Jadi Tukang Bersih Toilet dan Tak Mau Dibayar karena Berharap Umrah Gratis

Selain petugas kebersihan tiolet, Ustadz Das’ad pernah menjadi loper koran dan tukang cuci. Meski harus bekerja keras, ia tetap aktif sebagai remaja masjid di kampungnya. Kegiatan dakwah telah dilakoninya sejak muda, meski terkadang harus menggantikan ustadz lain yang berhalangan hadir. Keinginannya untuk mengenyam pendidikan tinggi mendorongnya merantau ke Makassar.

oleh Liputan6.com diperbarui 06 Nov 2024, 07:30 WIB
Ustadz Das'ad Latif (SS TikTok)

Liputan6.com, Jakarta - Nama Ustadz Das’ad Latif kini sangat dikenal sebagai pendakwah yang kerap menyajikan ceramah dengan gaya humoris dan penuh hikmah. Namun, siapa sangka di balik popularitasnya saat ini, ia pernah menjalani kehidupan yang penuh perjuangan.

Salah satunya adalah kisah kocak, sekaligus haru yang membuat orang terkejut dan tertawa adalah saat ia bekerja sebagai tukang bersih toilet di Makassar.

Dikutip dari tayangan video di kanal YouTube @Jedasesaat, Ustadz Das’ad menceritakan masa-masa ketika ia menjadi cleaning service di sebuah travel terkenal di Makassar. Setiap hari, ia bertugas membersihkan empat toilet yang digunakan para pelanggan.

Lucunya, ia bahkan menolak untuk menerima gaji atas pekerjaan tersebut. “Saya bilang sama koordinator kebersihan, nggak usah gaji saya. Masukkan saja nama saya di undian umrah kalau ada yang gratis,” kenangnya dengan senyum.

Meski bekerja keras setiap hari, hingga travel tersebut tutup, ia tak pernah mendapatkan undian umrah yang diimpikannya. “Sampai tutup itu kantor, nggak dapat juga,” ujarnya sambil tertawa mengingat momen tersebut.

Cerita ini menunjukkan betapa polos dan ikhlasnya perjuangan yang dilaluinya sebelum akhirnya menjadi sosok yang disegani seperti sekarang.

 

Simak Video Pilihan Ini:


Biodata Ustadz Das'ad Latif

Ustadz Das'ad Latif tak kuasa menahan air matanya saat bercerita tentang perjuangan menimba ilmunya. (YouTube Das'ad Latif)

Siapa yang tak kenal dengan Ustadz Das’ad Latif? Pendakwah ini tidak hanya dikenal karena ceramahnya yang lucu dan santai, tetapi juga sebagai seorang dosen di Universitas Hasanuddin. Ia memiliki spesifikasi keilmuan di bidang Public Relations. Lahir di Makassar pada 21 Desember 1973, Ustadz Das’ad Latif menempuh pendidikan tinggi di berbagai bidang yang memperkaya ilmu dan wawasannya.

S1 diraihnya di dua universitas sekaligus. Di Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin, ia menekuni bidang Peradilan Islam, sementara di Universitas Hasanuddin, ia belajar Ilmu Komunikasi. Kemudian, ia melanjutkan pendidikan S2 di kampus yang sama, juga dalam bidang Komunikasi. Kecintaannya terhadap ilmu tak berhenti di situ.

Gelar PhD berhasil diraihnya dari Universitas Kebangsaan Malaysia, sekaligus gelar Doktor kedua di Universitas Islam Makassar dalam bidang Ilmu Syariah. Keberhasilan akademisnya ini membuktikan keseriusannya dalam menuntut ilmu. Namun, tak banyak yang tahu perjalanan panjangnya sebelum meraih gelar-gelar tersebut.

Dari pengalaman hidup yang penuh liku-liku, Ustadz Das’ad pernah menjadi loper koran dan tukang cuci. Meski harus bekerja keras, ia tetap aktif sebagai remaja masjid di kampungnya. Kegiatan dakwah telah dilakoninya sejak muda, meski terkadang harus menggantikan ustadz lain yang berhalangan hadir. Keinginannya untuk mengenyam pendidikan tinggi mendorongnya merantau ke Makassar.

 


Pernah Dikatai Seniornya di Kampus, Bakai Baju Bekas

ilustrasi loper koran, slah satu profesi yang pernah ditekuni Ustadz Das'ad Latif. (Bola.com/Gregah Nurikhsani)

Di Makassar, Ustadz Das’ad sadar dirinya bukan berasal dari keluarga yang kaya. Maka, ia bekerja keras demi bisa melanjutkan pendidikan. Pekerjaan seperti menjadi loper koran dan tukang cuci dijalaninya dengan penuh semangat. Bahkan, pengalaman pahit pernah dirasakan saat ia dihina oleh seorang senior di kampus. “Saya dikatai, ‘Weh, nggak malu pakai baju bekas terus?’” kenangnya.

Meski dihina, Ustadz Das’ad tidak membalas dengan kemarahan. Ia tetap sabar dan menjadikan hinaan itu sebagai motivasi. Kini, setelah berhasil menjadi penceramah terkenal, Ustadz Das’ad malah membalas seniornya dengan kebaikan. “Setelah saya punya rezeki yang cukup, saya sedekahkan kepada senior saya itu,” ucapnya dengan penuh keikhlasan.

Ketika ditanya bagaimana perasaannya saat tampil berceramah di depan umum, Ustadz Das’ad mengaku sangat menikmatinya. “Ternyata begini rasanya jadi penceramah, asyik dan menyenangkan. Akhirnya saya tekuni hingga saat ini,” tuturnya. Ia merasa dakwah bukan hanya panggilan hati, tetapi juga menjadi jalan hidup yang membawanya ke berbagai penjuru negeri.

Selama bertahun-tahun, Ustadz Das’ad terus berdakwah dengan penuh semangat. Hinaan yang pernah diterimanya dianggapnya biasa saja, tidak membuatnya kecil hati. Justru, ia semakin bersyukur dan menjadikan pengalaman itu sebagai pelajaran berharga. “Hinaan itu biasa, yang penting kita tetap berbuat baik,” tambahnya.

Sebagai pendakwah, Ustadz Das’ad sering mengingatkan agar tidak memandang remeh orang lain. Menurutnya, doa dan kerja keras adalah kunci untuk meraih kesuksesan. “Berdoa saja kepada Allah, minta yang terbaik dalam hidup,” katanya, menyampaikan pesan penuh makna.

Ia juga berpesan kepada semua orang yang sedang berjuang untuk tidak menyerah. Menurutnya, apa yang telah dicapainya saat ini adalah hasil dari doa yang terus dipanjatkan dan usaha tanpa henti. “Saya sudah pernah melalui itu semua, dan saya merasakan sendiri kehebatan doa,” tegasnya.

Kisah hidup Ustadz Das’ad Latif memberikan inspirasi bagi banyak orang. Dari seorang pekerja keras yang pernah merasakan sulitnya hidup, kini ia menjadi pendakwah yang dihormati. Perjalanan hidupnya mengajarkan bahwa setiap kesulitan akan ada kemudahan, asalkan terus berusaha dan berdoa.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya