Liputan6.com, Tokyo - Tohoku Electric Power melanjutkan operasi reaktor No. 2 berkapasitas 825 megawatt di pembangkit listrik tenaga nuklir Onagawa di Jepang utara.
Upaya ini dilakukan untuk pertama kalinya sejak bencana nuklir Fukushima pada 2011, kata seorang juru bicara perusahaan pada Selasa (5/11/2024).
Advertisement
Pembangkit listrik ini menggunakan reaktor air mendidih (BWR), jenis yang sama dengan yang ada di Fukushima, dan merupakan pembangkit listrik tenaga nuklir yang paling dekat dengan pusat gempa berkekuatan 9 pada tahun 2011.
Reaktor Onagawa ini menjadi reaktor nuklir pertama di wilayah timur Jepang yang kembali beroperasi sejak bencana tersebut, dikutip dari Bangkok Post, Rabu (6/11).
Pengoperasian kembali yang tertunda lama ini menjadikan jumlah reaktor yang beroperasi di Jepang sebanyak 13 reaktor, dengan kapasitas gabungan mencapai 12.433 MW.
Seiring dengan persiapan Chugoku Electric Power untuk mengoperasikan kembali reaktor No. 2 berkapasitas 820 MW di pembangkit listrik Shimane di Jepang barat akhir tahun ini, permintaan gas alam cair (LNG) di negara tersebut diperkirakan akan menurun tahun depan.
Peningkatan operasi pembangkit listrik tenaga nuklir ini juga diharapkan dapat membantu Jepang memenuhi kebutuhan listrik yang meningkat dari pabrik semikonduktor dan pusat data yang mendukung aplikasi kecerdasan buatan (AI).
Prediksi Peningkatan Produksi Listrik Jepang
Pemerintah Jepang memperkirakan produksi listrik akan meningkat menjadi antara 1,35 hingga 1,5 triliun kilowatt-jam (kWh) pada tahun 2050, naik dari proyeksi 1 triliun kWh untuk dekade ini, seiring pembangunan lebih banyak pusat data, pabrik chip, dan bisnis lain yang mengonsumsi energi.
Bagi Tohoku Electric, pengoperasian kembali Onagawa ini mengikuti total investasi sebesar 570 miliar yen (USD 3,7 miliar) untuk langkah-langkah keamanan guna memenuhi aturan yang lebih ketat yang diterapkan setelah bencana Fukushima.
Pengoperasian kembali ini diperkirakan akan meningkatkan keuntungan perusahaan sebesar 13 miliar yen untuk tahun keuangan yang berakhir pada Maret mendatang, karena biaya bahan bakar yang lebih rendah akibat pengurangan penggunaan bahan bakar fosil akan menutupi peningkatan biaya depresiasi dan amortisasi terkait dengan pembangkit Onagawa.
Advertisement