Benarkah Kebiasaan Duduk Sambil Menyilangkan Kaki Bikin Skoliosis? Simak Penjelasan Dokter

Dokter spesialis ortopedi Konsultan Tulang Belakang, RS EMC Pulomas, Nicko Perdana Hardiansyah memberi tanggapan soal kebiasaan yang sebabkan skoliosis.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 07 Nov 2024, 09:04 WIB
Dokter spesialis ortopedi Konsultan Tulang Belakang, RS EMC Pulomas, Nicko Perdana Hardiansyah memberi tanggapan soal kebiasaan yang sebabkan skoliosis. Foto: Liputan6.com/Ade Nasihudin.

Liputan6.com, Jakarta - Kebiasaan duduk yang salah dalam waktu lama dinilai dapat memengaruhi kondisi tulang belakang. Lantas, apakah kebiasaan ini juga menjadi salah satu penyebab skoliosis?

Terkait hal ini, dokter spesialis ortopedi Konsultan Tulang Belakang, RS EMC Pulomas, Nicko Perdana Hardiansyah memberi tanggapan.

“Jadi skoliosis itu yang paling sering bikin datang ke tempat praktik itu sebenarnya yang jenisnya idiopatik skoliosis. Yang dikatakan idiopatik artinya penyebabnya sampai sekarang kita enggak pernah tahu,” ujar Nicko dalam Liputan6 Update Spesial Healthy Monday di SCTV Tower, Jakarta, Rabu (6/11/2024).

“Bukan akibat duduk lama, segala macam, yang paling sering adalah yang idiopatik tadi. Namun, memang kalau ada tendensi untuk dia skoliosis, punggungnya bengkok, maka posisi duduk salah dalam jangka panjang itu bisa jadi faktor risiko, membuat sudutnya tambah berat, tapi bukan yang menyebabkan,” tambahnya usai Talkshow Hybrid Spine Center EMC Healthcare bertajuk Nyeri Tulang Belakang? No Worries, Ini Solusinya!.

Kebiasaan lain yang juga disebut-sebut kurang baik untuk kesehatan tulang adalah menyilangkan kaki saat duduk. Apa kebiasaan ini pun berpengaruh pada skoliosis?

“Enggak ada efek langsungnya,” ucapnya.

Ada pula anggapan di masyarakat bahwa penanganan skoliosis dinilai susah dan memerlukan biaya fantastis. Apa benar demikian?


Penanganan Skoliosis Tergantung Sudut

Dokter spesialis ortopedi Konsultan Tulang Belakang, RS EMC Pulomas, Nicko Perdana Hardiansyah memberi tanggapan soal kebiasaan yang sebabkan skoliosis. Foto: Liputan6.com/Ade Nasihudin.

Terkait penanganan skoliosis, Nicko menyampaikan kabar baik bahwa kondisi ini tidak sulit untuk ditangani jika pasien datang ke dokter di waktu yang tepat.

“Enggak (sulit), jadi penanganan skoliosis itu 60 sampai 70 persen kalau datang di usia yang pas terutama yang idiopatik itu penanganannya tergantung sudut sebenarnya. Sudut antara 20 sampai 40 derajat itu pakai korset that’s it, enggak perlu operasi,” jelas Nicko.

Dokter akan memfasilitasi badan pasien yang tadinya bengkok untuk seakan-akan lurus kembali dengan bantuan korset karena tulangnya tumbuh.

“Kalau kita enggak kasih korset, tumbuhnya semakin bengkok.”


70 Persen Masalah Skoliosis Selesai dengan Korset

Liputan6 Update Spesial Healthy Monday di SCTV Tower, Jakarta, Rabu (6/11/2024).

Dengan menggunakan korset, lanjut Nicko, punggung pasien memang mungkin tidak akan lurus total. Namun setidaknya, kondisi skoliosis tidak akan menjadi lebih berat dan tumbuhnya menjadi lebih lurus.

“Jadi 60 sampai 70 persen sebenarnya (masalah skoliosis) selesai di korset, cuma orang datangnya sering terlambat, sudutnya udah di atas 45 derajat.”

Selain dengan korset, skoliosis juga bisa ditangani dengan operasi. Prosedur ini dilakukan jika sudut skoliosis sudah besar.

“Bisa (operasi) jika kondisi sudutnya sudah lumayan besar, biasanya di atas 45 derajat dan mengganggu organ tubuh lain. Misalnya, kalau skoliosis bengkoknya di dada, ganggu pernapasan. Kalau di punggung bawah, sampai sakit banget enggak bisa aktivitas, itu biasanya kita lakukan intervensi dengan operasi.”


Tingkat Keberhasilan Operasi Skoliosis

Sementara, terkait tingkat keberhasilan operasi skoliosis, Nicko mengatakan bahwa ini tergantung dengan fasilitas rumah sakit.

“Tingkat keberhasilannya sebetulnya tergantung dari fasilitas rumah sakit. Jika rumah sakitnya cukup lengkap fasilitasnya, risiko lumpuhnya bisa diminimalisasi. Karena nanti ada dokter lain, dokter saraf yang memastikan sarafnya aman selama operasi.”

Di sisi lain, proses pemasangan pen untuk meluruskan tulang sudah semakin canggih. Misalnya metode eagle eye dengan teknologi augmented reality yang membantu pemasangan pen jadi lebih presisi.

“Jadi, risiko menjadi sangat minimal, bukan berarti nol persen, tapi jadi sangat minimal,” pungkasnya.

Infografis Cedera Tulang Belakang Neymar (Liputan6.com/Yoshiro)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya