Tatkala Sunan Kalijaga Dilarang Naik Haji oleh Maulana Maghribi, Demi Masyarakat Tanah Jawa

Warisan Sunan Kalijaga tetap hidup dalam ajaran dan tradisi masyarakat Jawa. Keputusannya untuk tidak melanjutkan perjalanan haji adalah simbol keikhlasan yang luar biasa, yang mengajarkan bahwa dakwah yang tulus memiliki dampak yang abadi bagi umat.

oleh Liputan6.com diperbarui 07 Nov 2024, 00:30 WIB
Sunan Kalijaga dalam sebuah lukisan yang menunjukkan gambar Sunan Kalijaga asli. (Liputan6.com/Instagram/mataramroyalblood)

Liputan6.com, Jakarta - Kisah Sunan Kalijaga selalu penuh dengan misteri dan hikmah yang dalam. Salah satunya adalah cerita tentang keinginannya untuk menunaikan ibadah haji ke Makkah.

Sebagai muslim taat, Sunan Kalijaga, salah satu Walisongo, memiliki tekad kuat untuk menjalankan rukun Islam kelima tersebut.

Hasrat ini muncul dari anjuran gurunya yang mendorongnya untuk melaksanakan semua ibadah sesuai ajaran Al-Qur'an dan hadis. Keinginan Sunan Kalijaga untuk berhaji begitu kuat, sehingga ia memutuskan untuk memulai perjalanan panjang menuju Tanah Suci.

Segala persiapan dilakukan dengan penuh semangat, dan keberangkatan pun direncanakan dengan matang.

Cerita ini dikisahkan dalam sebuah tayangan video di kanal YouTube @Yudimistery, yang mengulas perjalanan spiritual Sunan Kalijaga yang penuh kejutan.

Dalam perjalanan naik haji itu, Sunan Kalijaga sempat singgah di Pulau Pinang, sebuah tempat yang menjadi persinggahan para musafir pada masa itu.

Di Pulau Pinang, Sunan Kalijaga bertemu dengan seorang ulama sepuh yang dikenal sebagai Maulana Maghribi.

Pertemuan ini menjadi titik balik yang mengejutkan. Maulana Maghribi, dengan penuh wibawa, meminta Sunan Kalijaga untuk tidak melanjutkan perjalanan hajinya ke Makkah. Keputusan ini tentu mengundang banyak pertanyaan.

 

Simak Video Pilihan Ini:


Tak Boleh Tinggalkan Dakwah Bagi Masyarakat Jawa

Ilustrasi - Ka'bah zaman Makkah kuno. (Foto: Tangkapan layar film The Messenger)

Sunan Kalijaga merasa bingung dan berat hati. Namun, Maulana Maghribi memberikan alasan yang sangat penting. Menurut Maulana, ada tugas yang lebih besar menanti Sunan Kalijaga, yaitu dakwah kepada masyarakat di Jawa.

Masyarakat pada masa itu masih memerlukan bimbingan keagamaan, dan meninggalkan mereka dalam waktu lama dikhawatirkan akan membuat mereka kembali pada kebiasaan lama yang jauh dari ajaran Islam.

Maulana Maghribi menjelaskan bahwa menyelamatkan keimanan masyarakat Jawa memiliki nilai yang sama besar, bahkan lebih besar, dibandingkan melaksanakan ibadah haji secara fisik.

Sunan Kalijaga akhirnya menerima keputusan tersebut dengan penuh keikhlasan, meski di hati kecilnya tetap ada rasa rindu yang besar untuk menunaikan ibadah di Tanah Suci.

Dalam versi yang berbeda, kisah ini memiliki sentuhan yang lebih magis. Bukan Maulana Maghribi yang menghentikan Sunan Kalijaga, melainkan Nabi Khidir Alaihissalam yang secara langsung memerintahkan Sunan Kalijaga untuk kembali ke Jawa.

Sosok Nabi Khidir dikenal dalam tradisi Islam sebagai wali misterius yang sering muncul dalam situasi-situasi tertentu untuk memberikan petunjuk.

Pertemuan dengan Nabi Khidir dikisahkan terjadi di lautan, saat Sunan Kalijaga sedang dalam perjalanan menuju Makkah. Nabi Khidir muncul dan menyampaikan pesan yang membuat Sunan Kalijaga tersadar.

Dakwah di Jawa ternyata memiliki misi yang tidak kalah penting dibandingkan perjalanan hajinya. Petunjuk dari Nabi Khidir pun diterima dengan penuh kepasrahan dan keimanan.


Pentingnya Mendahulukan Kepentingan Orang Banyak

Sunan Kalijaga

Bagi masyarakat Jawa, kisah ini menjadi bukti bahwa perjuangan Sunan Kalijaga tidak hanya dalam bentuk fisik, tetapi juga spiritual. Keputusan untuk kembali ke Jawa dan meninggalkan perjalanan haji menunjukkan keutamaan dakwah dan tanggung jawab terhadap umat. Sunan Kalijaga, dengan segala kearifannya, mengajarkan bahwa ibadah sejati adalah yang membawa manfaat besar bagi orang lain.

Kisah ini juga mengingatkan umat Islam akan pentingnya mendahulukan kepentingan orang banyak. Sunan Kalijaga memberikan contoh nyata bahwa pengorbanan pribadi demi kebaikan umat memiliki nilai yang sangat tinggi di hadapan Allah SWT. Dalam konteks dakwah, membimbing masyarakat ke jalan yang benar adalah bentuk ibadah yang tidak kalah penting.

Keputusan Sunan Kalijaga untuk kembali ke Jawa bukanlah hal yang mudah. Ia harus menahan keinginan pribadinya demi melaksanakan amanah yang lebih besar. Tindakan ini membuatnya semakin dihormati sebagai ulama yang tidak hanya mengutamakan ritual pribadi, tetapi juga peduli pada umat.

Banyak yang menganggap bahwa kisah ini adalah contoh bagaimana seorang ulama harus mampu melihat kebutuhan umat secara menyeluruh. Keikhlasan Sunan Kalijaga dalam menerima perintah gurunya atau Nabi Khidir menjadi pelajaran berharga tentang pentingnya mengutamakan kebaikan bersama.

Sunan Kalijaga kemudian melanjutkan dakwahnya di Jawa dengan semangat yang lebih besar. Ia menyadari bahwa tugasnya membimbing umat adalah bentuk pengabdian yang juga sangat mulia. Melalui dakwahnya, Sunan Kalijaga berhasil mengubah banyak masyarakat Jawa menjadi lebih taat dan dekat dengan ajaran Islam.

Cerita ini menjadi warisan berharga yang terus diceritakan dari generasi ke generasi. Sunan Kalijaga, dengan segala karomah dan kebijaksanaannya, mengajarkan bahwa ibadah yang sejati bukan hanya ritual semata, tetapi juga pengabdian kepada umat dan tanggung jawab sosial.

Banyak yang percaya bahwa keputusan Sunan Kalijaga untuk kembali ke Jawa menjadi salah satu alasan mengapa dakwah Walisongo begitu sukses. Keberhasilan dalam menyebarkan Islam di Nusantara tak lepas dari pengorbanan dan keikhlasan para wali yang mendahulukan kepentingan umat.

Sunan Kalijaga terus dikenang sebagai sosok yang mampu mengajarkan Islam dengan cara yang halus dan penuh hikmah. Kisah tentang perjalanannya yang terhenti ini menginspirasi banyak orang untuk lebih memahami makna dari setiap ibadah, bahwa pengorbanan untuk kebaikan umat adalah bagian dari pengabdian kepada Allah.

Warisan Sunan Kalijaga tetap hidup dalam ajaran dan tradisi masyarakat Jawa. Keputusannya untuk tidak melanjutkan perjalanan haji adalah simbol keikhlasan yang luar biasa, yang mengajarkan bahwa dakwah yang tulus memiliki dampak yang abadi bagi umat.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya