Liputan6.com, Jakarta Percepatan penanganan (quick wins) tuberkulosis atau TBC menjadi salah satu program prioritas Presiden Prabowo Subianto.
Terkait hal ini, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) menjadi pihak yang berperan besar. Menurut Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Aji Muhawarman, sejauh ini Kemenkes telah melakukan beberapa hal untuk melaksanakan arahan Prabowo, yakni:
Advertisement
- Monitoring dan evaluasi rutin progres capaian indikator program TBC di tingkat nasional dan regional (provinsi dan kab/kota).
- Koordinasi dan penyiapan percepatan penanggulangan TBC melalui pembentukan SK Tim Percepatan Penanggulangan TBC (TP2TB) di tingkat Provinsi dan kabupaten/kota.
- Koordinasi berkala dukungan lintas kementerian/lembaga, serta perangkat daerah dan komunitas.
- Penyusunan dan sosialisasi Petunjuk Teknis Quick Wins Pengentasan TBC untuk tahun 2025.
- Koordinasi dukungan sistem informasi dan teknologi dan kesiapan sumber daya manusia (SDM).
- Persiapan dan koordinasi untuk potensi kerja sama dengan multi pihak terkait rencana kegiatan 2025.
Di samping itu, pengembangan vaksin TBC menjadi salah satu strategi yang diproyeksikan mampu mengubah lanskap pencegahan TBC secara drastis dan berpotensi menyelamatkan jutaan nyawa.
“Membawa harapan baru bagi negara-negara dengan beban TBC tinggi, termasuk Indonesia,” kata Aji dalam keterangan tertulis dikutip Rabu (6/11/2024).
Saat ini, pengembangan vaksin TBC di Indonesia sudah sampai tahap uji klinis fase 3, telah dilakukan di DKI Jakarta dan Jawa Barat per September 2024.
Terus Kawal Pengujian Vaksin TB
Aji juga menyampaikan, pihaknya akan terus mengawal proses uji klinik vaksin TBC dengan harapan menghasilkan produk yang diharapkan.
“Kementerian Kesehatan akan terus mengawal proses uji klinik fase 3 vaksin TBC di Indonesia agar menghasilkan produk yang aman, bermutu dan bermanfaat serta memastikan bahwa vaksin ini menjadi solusi dalam mendukung eliminasi TBC di Indonesia pada tahun 2030,” jelas Aji.
Percepatan penanganan TBC menjadi perhatian Prabowo lantaran estimasi beban kasus tuberkulosis atau TB baru di Indonesia mengalami peningkatan dari semula 969.000 kasus menjadi 1.060.000 kasus. Artinya, ada 385 kasus per 100.000 penduduk (10 persen).
Angka ini berdasarkan Global TB Report 2023 yang juga menunjukkan bahwa kematian akibat TB sebesar 134.000 atau 49 per 100.000 penduduk per tahun.
Advertisement
Prabowo Titip Penanganan TBC ke Menkes Budi
Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin atau BGS mengatakan bahwa dalam lima tahun ke depan ada beberapa hal yang menjadi fokus Kemenkes, salah satunya adalah tuberkulosis (TBC).
“Beliau (Prabowo Subianto) titip supaya tuberkulosis ditangani dengan lebih cepat. Ini penyakit menular yang kematiannya paling banyak di dunia jauh di atas COVID. Sudah 1 milyar orang meninggal (akibat TBC) sejak 100 tahun yang lalu,” kata Budi saat ditemui di Gedung Kemenkes, Jakarta Selatan, Senin (21/10/2024).
Budi menambahkan, TBC menjadi salah satu fokus lima tahun ke depan lantaran penyakitnya tak kunjung hilang. Indonesia sendiri dikenal sebagai negara dengan penyakit tuberkulosis paling tinggi kedua di dunia.
“Penyakit ini kan enggak hilang-hilang di Indonesia, kita tertinggi kedua di dunia,” ucap Budi.
Upaya Kemenkes Lawan TB
Berbagai upaya pun dilakukan guna menurunkan angka TBC di Indonesia, termasuk:
- Imunisasi BCG pada bayi.
- Pemberian Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT).
- Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
- Pengembangan vaksin TBC.
- Penemuan Kasus TBC.
- Surveilans TBC untuk mengumpulkan, mengolah, menganalisis, dan menyebarkan data TBC. Data TBC yang akurat sangat penting untuk perencanaan, monitoring, dan evaluasi program penanggulangan TBC.
- Peningkatan Kapasitas Fasilitas Pelayanan Kesehatan TBC. Pemerintah Indonesia terus meningkatkan kapasitas fasilitas pelayanan kesehatan TBC, baik dari segi alat diagnostik, logistik OAT/non OAT, sumber daya manusia, sistem informasi dan pencatatan pelaporan.
- Menggerakan upaya penemuan kasus melalui skrining, baik di fasyankes pemerintah serta penguatan di luar fasyankes pemerintah (RS swasta, klinik, TPMD).
- Penemuan aktif masif di tempat-tempat beresiko tinggi terjadi penularan TBC, misalnya Lapas/rutan, Pondok pesantren, shelter penampungan, perusahaan padat karya dan lainnya.
- Mendorong capaian investigasi kontak (IK) pada seluruh kontak serumah dan kontak erat dari indeks kasus TBC bersama Dinkes, fasyankes dan komunitas.
- Penguatan Komitmen Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi, kabupaten/kota hingga desa melalui rapat reguler bersama Kementerian Dalam Negeri dan seluruh Kepala Daerah Provinsi dan Kab/Kota untuk memantau progress capaian TBC di masing-masing daerah.
- Mendorong Gerakan Temukan dan Obati Sampai Sembuh (TOSS TBC). Gerakan ini melibatkan berbagai pihak, termasuk petugas kesehatan, kader, komunitas, PMO dan keluarga pasien TBC.
- Meningkatkan peran multi sektor, baik itu pemerintah, dunia usaha, organisasi masyarakat dan filantropi untuk memberikan pendampingan serta dukungan ekonomi pada pasien TBC.
- Penghentian stigma TBC di masyarakat melalui penyebaran komunikasi dan edukasi tentang TBC yang tepat dan mudah diterima masyarakat awam serta berkolaborasi dengan mitra dan komunitas.
- Peningkatan kapasitas untuk kader/PMO yang mendampingi pasien TBC.
- Pendampingan psikososial bagi pasien TBC oleh komunitas dan organisasi penyintas TBC.
Advertisement