Liputan6.com, Jakarta Sastrawan Pidi Baiq yang dikenal lewat Dilan 1990 melahirkan buku kumpulan quote Hidup Ini Terlalu Banyak Kamu. Kini, produser MVP Pictures, Raam Punjabi mengangkat buku itu ke layar lebar.
Film Hidup Ini Terlalu Banyak Kamu diperkuat sejumlah bintang papan atas dari aktris peraih 2 Piala Citra, Adinia Wirasti, Ajil Ditto, Hanggini, Shania Gracia JKT48, hingga Cara Nadine.
Advertisement
Lewat pernyataan tertulis yang diterima Showbiz Liputan6.com, Selasa (5/11/2024), Adinia Wirasti mengaku memerankan Mera dalam Hidup Ini Terlalu Banyak Kamu. Mera karakter yang kompleks.
“Menghidupkan Mera itu kompleks. Begini, ada stigma yang ditempelkan pada wanita yang berhubungan dengan pria lebih muda. Dalam cerita ini, justru Mera dibuat berdaya dengan segala keterbatasan emosionalnya,” katanya.
Mera Personifikasi Mimpi Sadali
Adinia Wirasti membocorkan, kisah Hidup Ini Terlalu Banyak Kamu berlatar tahun 1998 ke 1999. Mera adalah perempuan apa adanya namun di waktu yang sama punya passion besar di dunia seni.
“Mera yang seketika menjadi personifikasi mimpi Sadali, laki-laki berusia 15 tahun lebih muda darinya. Dalam perjalanan hidup kali ini, Mera menemukan sesuatu dalam dirinya yang harus ia hadapi,” Adinia Wirasti menyambung.
Advertisement
Adinia Wirasti dan Kedalaman Emosi
Film Hidup Ini Terlalu Banyak Kamu digarap sineas Kuntz Agus. Kuntz Agus menjelaskan alasan meminang Adinia Wirasti sebagai Mera, salah satu tokoh kunci dalam film Hidup Ini Terlalu Banyak Kamu.
“Adinia Wirasti dipilih karena sosok paling tepat. Ia memiliki kedalaman emosi yang diperlukan sebagai Mera, yang menghadapi banyak dilema, baik dalam keluarga maupun hubungan cintanya,” ia mengulas.
Pas Sebagai Sadali
Sementara itu, Ajil Ditto dinilai pas sebagai Sadali, seniman muda penuh idealisme, dengan gaya khas yang flamboyan sekaligus penuh keresahan. Hanggini dipilih karena membawa keseimbangan sebagai Arnaza. Ia memberi perspektif berbeda dalam dinamika cerita.
“Hidup Ini Terlalu Banyak Kamu butuh para aktor yang bisa mengeksplorasi emosi dengan detail dan menjaga dinamika yang terjadi dalam cerita berlatar kompleks. Mereka adalah pilihan terbaik untuk itu,” Kuntz Agus mengakhiri.
Advertisement