Liputan6.com, Jakarta Angina pectoris merupakan kondisi medis serius yang ditandai dengan nyeri dada akibat berkurangnya aliran darah ke jantung. Kondisi ini sering disebut juga sebagai "angin duduk" dalam bahasa awam. Meski terdengar sepele, angina pectoris sebenarnya dapat menjadi tanda awal penyakit jantung yang mengancam jiwa jika tidak ditangani dengan tepat.
Salah satu jenis angina pectoris yang paling berbahaya adalah unstable angina pectoris (UAP) atau angina tidak stabil. UAP adalah penyakit yang memerlukan penanganan medis segera karena berisiko tinggi berkembang menjadi serangan jantung.
Advertisement
Apa Itu Angina Pectoris?
Angina pectoris adalah nyeri atau ketidaknyamanan di dada yang terjadi ketika otot jantung tidak mendapatkan cukup aliran darah yang kaya oksigen. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh penyempitan atau penyumbatan arteri koroner yang memasok darah ke jantung.
Secara medis, angina pectoris didefinisikan sebagai sindrom klinis yang ditandai dengan rasa tidak nyaman di dada atau area sekitarnya yang terjadi akibat iskemia miokard (kekurangan oksigen pada otot jantung). Rasa tidak nyaman ini biasanya memburuk saat beraktivitas fisik atau stres emosional, dan membaik dengan istirahat atau pemberian nitrogliserin.
Ada beberapa jenis angina pectoris, yaitu:
- Angina stabil (stable angina) - nyeri dada yang dapat diprediksi, biasanya muncul saat aktivitas fisik
- Angina tidak stabil (unstable angina) - nyeri dada yang tidak dapat diprediksi, bisa muncul saat istirahat
- Angina Prinzmetal - nyeri dada yang terjadi saat istirahat, biasanya di malam hari
- Angina mikrovaskular - nyeri dada akibat gangguan pada pembuluh darah kecil di jantung
Di antara jenis-jenis tersebut, unstable angina pectoris (UAP) merupakan kondisi yang paling serius dan memerlukan penanganan medis segera.
Advertisement
Gejala Utama Angina Pectoris
Gejala khas angina pectoris adalah nyeri atau rasa tidak nyaman di dada. Namun, manifestasi gejalanya dapat bervariasi pada setiap orang. Berikut adalah gejala-gejala umum angina pectoris yang perlu diwaspadai:
- Nyeri dada yang terasa seperti tertekan, sesak, terbakar, atau tertusuk
- Rasa tidak nyaman di dada yang menyebar ke lengan, leher, rahang, bahu, atau punggung
- Sesak napas
- Mual
- Kelelahan yang tidak biasa
- Pusing atau kepala terasa ringan
- Berkeringat dingin
- Kecemasan
Pada angina stabil, gejala biasanya muncul saat melakukan aktivitas fisik dan mereda dengan istirahat. Sementara pada unstable angina, gejala bisa muncul tiba-tiba bahkan saat sedang beristirahat. Gejala UAP juga cenderung lebih berat, berlangsung lebih lama, dan tidak membaik dengan istirahat atau obat.
Penting untuk segera mencari bantuan medis jika mengalami gejala-gejala tersebut, terutama jika:
- Nyeri dada berlangsung lebih dari 5-10 menit
- Gejala muncul saat istirahat
- Gejala lebih parah dari biasanya
- Gejala tidak membaik dengan istirahat atau obat
Penyebab Angina Pectoris
Penyebab utama angina pectoris adalah penyakit jantung koroner (PJK). PJK terjadi ketika arteri koroner yang memasok darah ke jantung mengalami penyempitan atau penyumbatan akibat penumpukan plak. Plak ini terdiri dari kolesterol, lemak, dan zat lainnya yang menempel pada dinding arteri.
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan atau memperparah angina pectoris antara lain:
- Aterosklerosis - penumpukan plak di arteri
- Spasme arteri koroner - penyempitan sementara arteri jantung
- Anemia - kekurangan sel darah merah yang mengangkut oksigen
- Aritmia - gangguan irama jantung
- Stenosis aorta - penyempitan katup aorta jantung
- Kardiomiopati hipertrofik - penebalan otot jantung
- Hipertensi - tekanan darah tinggi
- Hipertiroidisme - produksi hormon tiroid berlebih
Pada kasus unstable angina (UAP), penyebabnya biasanya adalah ruptur atau erosi plak aterosklerosis yang sudah ada sebelumnya. Hal ini memicu pembentukan gumpalan darah yang dapat menyumbat arteri koroner secara tiba-tiba.
Advertisement
Faktor Risiko Angina Pectoris
Beberapa faktor dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami angina pectoris. Faktor-faktor risiko ini dibagi menjadi dua kelompok:
Faktor Risiko yang Tidak Dapat Diubah
- Usia - risiko meningkat seiring bertambahnya usia
- Jenis kelamin - pria memiliki risiko lebih tinggi sebelum usia 55 tahun, wanita setelah menopause
- Riwayat keluarga - risiko lebih tinggi jika ada anggota keluarga yang mengalami penyakit jantung di usia muda
Faktor Risiko yang Dapat Diubah
- Merokok
- Hipertensi (tekanan darah tinggi)
- Kolesterol tinggi
- Diabetes
- Obesitas
- Gaya hidup sedentari (kurang aktivitas fisik)
- Stres
- Konsumsi alkohol berlebihan
Mengenali dan mengelola faktor risiko yang dapat diubah sangat penting dalam mencegah dan menangani angina pectoris. Perubahan gaya hidup seperti berhenti merokok, menurunkan berat badan, berolahraga teratur, dan mengelola stres dapat membantu mengurangi risiko angina.
Diagnosis Angina Pectoris
Diagnosis angina pectoris melibatkan beberapa tahapan, mulai dari pemeriksaan fisik hingga tes penunjang. Berikut adalah langkah-langkah yang biasanya dilakukan dokter untuk mendiagnosis angina:
1. Anamnesis (Wawancara Medis)
Dokter akan menanyakan tentang gejala yang dialami, riwayat kesehatan pribadi dan keluarga, serta faktor risiko yang mungkin dimiliki. Beberapa pertanyaan yang mungkin diajukan:
- Bagaimana rasa nyeri atau ketidaknyamanan yang dialami?
- Kapan gejala biasanya muncul?
- Berapa lama gejala berlangsung?
- Apakah ada hal yang memicu atau memperburuk gejala?
- Apakah ada hal yang meringankan gejala?
2. Pemeriksaan Fisik
Dokter akan memeriksa tanda-tanda vital seperti tekanan darah, denyut nadi, dan suhu tubuh. Pemeriksaan jantung dan paru-paru juga akan dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan.
3. Tes Laboratorium
Beberapa tes darah yang mungkin dilakukan antara lain:
- Profil lipid (kolesterol dan trigliserida)
- Gula darah
- Penanda jantung seperti troponin (untuk menyingkirkan kemungkinan serangan jantung)
- Tes fungsi tiroid
4. Elektrokardiogram (EKG)
EKG merekam aktivitas listrik jantung dan dapat menunjukkan tanda-tanda iskemia (kekurangan oksigen) pada otot jantung. Pada angina stabil, EKG saat istirahat mungkin normal, sehingga diperlukan EKG stress test.
5. Stress Test
Pasien diminta berjalan di atas treadmill atau bersepeda statis sambil aktivitas jantungnya dipantau. Tes ini dapat membantu mendeteksi perubahan pada EKG saat jantung bekerja lebih keras.
6. Ekokardiografi
Pemeriksaan ini menggunakan gelombang suara untuk mencitrakan struktur dan fungsi jantung. Ekokardiografi dapat mendeteksi area jantung yang tidak mendapat cukup aliran darah.
7. CT Scan Jantung
CT angiografi koroner dapat memberikan gambaran detail tentang arteri jantung dan mendeteksi adanya penyempitan atau penyumbatan.
8. Angiografi Koroner
Prosedur ini melibatkan penyuntikan zat kontras ke dalam arteri jantung melalui kateter, kemudian dilakukan pencitraan dengan sinar-X. Angiografi dapat menunjukkan lokasi dan tingkat keparahan penyempitan arteri koroner.
Diagnosis yang tepat sangat penting untuk membedakan antara angina stabil dan unstable angina, serta menyingkirkan kemungkinan kondisi serius lainnya seperti serangan jantung. Jika dicurigai UAP, pasien biasanya akan langsung dirawat di rumah sakit untuk pemantauan dan penanganan lebih lanjut.
Advertisement
Penanganan dan Pengobatan Angina Pectoris
Penanganan angina pectoris bertujuan untuk mengurangi gejala, memperbaiki kualitas hidup, dan mencegah komplikasi serius seperti serangan jantung. Strategi pengobatan dapat bervariasi tergantung pada jenis dan tingkat keparahan angina. Berikut adalah beberapa pendekatan yang umum digunakan:
1. Perubahan Gaya Hidup
Langkah pertama dalam penanganan angina adalah modifikasi gaya hidup, yang meliputi:
- Berhenti merokok
- Menerapkan pola makan sehat (rendah lemak jenuh dan garam)
- Berolahraga secara teratur sesuai anjuran dokter
- Menurunkan berat badan jika kelebihan
- Mengelola stres
- Membatasi konsumsi alkohol
2. Obat-obatan
Beberapa jenis obat yang sering diresepkan untuk angina pectoris antara lain:
- Nitrat (seperti nitrogliserin) - untuk melebarkan pembuluh darah dan meningkatkan aliran darah ke jantung
- Beta blocker - untuk memperlambat detak jantung dan menurunkan tekanan darah
- Calcium channel blocker - untuk melebarkan arteri dan mengurangi beban kerja jantung
- Aspirin - untuk mencegah pembekuan darah
- Statin - untuk menurunkan kadar kolesterol
- ACE inhibitor - untuk menurunkan tekanan darah dan melindungi jantung
3. Prosedur Invasif
Jika pengobatan konservatif tidak efektif, dokter mungkin merekomendasikan prosedur invasif seperti:
- Angioplasti dan pemasangan stent - untuk membuka arteri yang menyempit
- Operasi bypass jantung - untuk mengalihkan aliran darah melewati arteri yang tersumbat
4. Penanganan Khusus untuk Unstable Angina (UAP)
UAP dianggap sebagai keadaan darurat medis dan biasanya memerlukan perawatan di rumah sakit. Penanganannya meliputi:
- Pemberian obat antikoagulan dan antiplatelet dosis tinggi
- Pemantauan ketat di unit perawatan jantung
- Angiografi koroner darurat untuk menilai tingkat keparahan penyumbatan
- Revaskularisasi segera (angioplasti atau bypass) jika diperlukan
5. Rehabilitasi Jantung
Program rehabilitasi jantung dapat membantu pasien pulih setelah serangan angina atau prosedur jantung. Program ini biasanya meliputi:
- Latihan fisik terpantau
- Edukasi tentang pola makan sehat
- Manajemen stres
- Dukungan psikososial
Penting untuk diingat bahwa penanganan angina pectoris harus disesuaikan dengan kondisi individual pasien. Konsultasi rutin dengan dokter sangat penting untuk memantau efektivitas pengobatan dan melakukan penyesuaian jika diperlukan.
Pencegahan Angina Pectoris
Pencegahan angina pectoris erat kaitannya dengan pencegahan penyakit jantung koroner secara umum. Berikut adalah langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risiko terjadinya angina:
1. Menerapkan Pola Makan Sehat
- Konsumsi makanan kaya serat, buah, dan sayuran
- Batasi asupan lemak jenuh dan trans
- Kurangi konsumsi garam dan gula
- Pilih protein sehat seperti ikan, kacang-kacangan, dan daging tanpa lemak
2. Berolahraga Secara Teratur
- Lakukan aktivitas fisik sedang minimal 150 menit per minggu
- Pilih olahraga yang sesuai dengan kondisi fisik, seperti jalan cepat, berenang, atau bersepeda
- Mulai dengan intensitas rendah dan tingkatkan secara bertahap
3. Menjaga Berat Badan Ideal
- Hitung Indeks Massa Tubuh (IMT) dan usahakan tetap dalam rentang normal
- Jika kelebihan berat badan, turunkan secara bertahap dan sehat
4. Berhenti Merokok
- Jika merokok, segera berhenti
- Hindari paparan asap rokok pasif
- Manfaatkan program berhenti merokok jika diperlukan
5. Mengelola Stres
- Praktikkan teknik relaksasi seperti meditasi atau yoga
- Luangkan waktu untuk hobi dan aktivitas yang menyenangkan
- Jaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi
6. Kontrol Faktor Risiko Medis
- Periksa tekanan darah, kolesterol, dan gula darah secara rutin
- Jika memiliki kondisi seperti hipertensi atau diabetes, patuhi pengobatan yang diresepkan
- Konsultasikan dengan dokter tentang penggunaan aspirin dosis rendah jika direkomendasikan
7. Batasi Konsumsi Alkohol
- Jika mengonsumsi alkohol, lakukan dengan moderasi
- Batas aman: maksimal 1 gelas per hari untuk wanita dan 2 gelas per hari untuk pria
8. Tidur yang Cukup
- Usahakan tidur 7-9 jam setiap malam
- Jaga kualitas tidur dengan menciptakan lingkungan yang nyaman
9. Pemeriksaan Kesehatan Rutin
- Lakukan check-up kesehatan secara berkala, terutama jika memiliki faktor risiko tinggi
- Ikuti rekomendasi dokter untuk skrining penyakit jantung
Dengan menerapkan langkah-langkah pencegahan ini, risiko terjadinya angina pectoris dan penyakit jantung koroner dapat dikurangi secara signifikan. Namun, penting untuk diingat bahwa beberapa faktor risiko seperti usia dan genetik tidak dapat diubah. Oleh karena itu, konsultasi rutin dengan dokter tetap diperlukan, terutama bagi mereka yang memiliki faktor risiko tinggi.
Advertisement
Mitos dan Fakta Seputar Angina Pectoris
Terdapat beberapa mitos yang beredar di masyarakat mengenai angina pectoris. Penting untuk memahami fakta yang sebenarnya agar dapat mengenali dan menangani kondisi ini dengan tepat. Berikut adalah beberapa mitos dan fakta tentang angina pectoris:
Mitos 1: Angina pectoris hanya menyerang pria lanjut usia
Fakta: Meski lebih sering terjadi pada pria di atas 45 tahun, angina pectoris juga dapat menyerang wanita dan orang yang lebih muda. Wanita cenderung mengalami gejala yang berbeda dan sering kali terdiagnosis lebih lambat.
Mitos 2: Jika tidak ada nyeri dada, berarti tidak ada masalah jantung
Fakta: Tidak semua orang dengan masalah jantung mengalami nyeri dada. Beberapa orang, terutama penderita diabetes, mungkin hanya mengalami gejala seperti sesak napas atau kelelahan yang tidak biasa.
Mitos 3: Angina pectoris sama dengan serangan jantung
Fakta: Meskipun keduanya terkait dengan masalah jantung, angina pectoris dan serangan jantung adalah dua kondisi yang berbeda. Angina adalah gejala dari penyakit jantung koroner, sedangkan serangan jantung terjadi ketika aliran darah ke jantung benar-benar terblokir.
Mitos 4: Olahraga berbahaya bagi penderita angina pectoris
Fakta: Olahraga yang tepat dan teratur justru sangat penting dalam pengelolaan angina pectoris. Namun, jenis dan intensitas olahraga harus disesuaikan dengan kondisi pasien dan diawasi oleh profesional medis.
Mitos 5: Penderita angina pectoris harus selalu menghindari aktivitas yang memicu gejala
Fakta: Meskipun penting untuk menghindari pemicu yang tidak perlu, menghindari semua aktivitas bukan solusi yang tepat. Dengan pengobatan yang tepat dan rehabilitasi jantung, banyak pasien dapat meningkatkan toleransi mereka terhadap aktivitas fisik.
Mitos 6: Jika gejala angina mereda dengan sendirinya, tidak perlu mencari bantuan medis
Fakta: Meskipun gejala angina sering mereda dengan istirahat, penting untuk tetap berkonsultasi dengan dokter. Perubahan dalam pola atau intensitas gejala bisa menjadi tanda kondisi yang memburuk.
Mitos 7: Angina pectoris tidak dapat dicegah
Fakta: Banyak faktor risiko angina pectoris dapat dimodifikasi. Perubahan gaya hidup seperti berhenti merokok, menjaga berat badan ideal, dan mengelola stres dapat secara signifikan mengurangi risiko angina.
Mitos 8: Obat untuk angina pectoris harus diminum seumur hidup
Fakta: Meskipun beberapa pasien mungkin memerlukan pengobatan jangka panjang, kebutuhan obat dapat berubah seiring waktu. Perbaikan gaya hidup dan prosedur medis tertentu dapat mengurangi kebutuhan akan obat-obatan.
Memahami fakta-fakta ini penting untuk mengelola angina pectoris dengan efektif. Selalu konsultasikan dengan dokter untuk informasi yang akurat dan penanganan yang tepat sesuai dengan kondisi individual Anda.
Kapan Harus ke Dokter?
Mengenali kapan harus mencari bantuan medis sangat penting dalam penanganan angina pectoris, terutama untuk mencegah komplikasi serius seperti serangan jantung. Berikut adalah situasi-situasi di mana Anda harus segera menghubungi dokter atau mencari bantuan medis darurat:
1. Nyeri Dada yang Baru atau Berbeda
- Jika Anda mengalami nyeri dada untuk pertama kalinya
- Jika pola nyeri dada Anda berubah (misalnya, lebih sering, lebih parah, atau berlangsung lebih lama)
- Jika nyeri dada muncul saat istirahat atau dengan aktivitas ringan
2. Gejala yang Tidak Membaik dengan Pengobatan
- Jika nyeri dada tidak mereda setelah istirahat atau mengonsumsi obat angina (seperti nitrogliserin)
- Jika Anda perlu menggunakan obat angina lebih sering dari biasanya
3. Gejala yang Menyerupai Serangan Jantung
- Nyeri dada yang intens dan berlangsung lebih dari 15 menit
- Nyeri yang menyebar ke lengan, rahang, leher, atau punggung
- Nyeri yang disertai dengan sesak napas, berkeringat dingin, mual, atau pusing
4. Perubahan dalam Toleransi Aktivitas
- Jika Anda mulai mengalami gejala angina dengan aktivitas yang sebelumnya tidak menimbulkan masalah
- Jika Anda merasa lebih cepat lelah atau sesak napas saat melakukan aktivitas rutin
5. Gejala yang Muncul Saat Istirahat atau Tidur
- Jika Anda terbangun di malam hari karena nyeri dada
- Jika gejala muncul saat Anda sedang beristirahat total
6. Gejala yang Disertai Kondisi Lain
- Jika gejala angina disertai dengan demam, menggigil, atau batuk
- Jika Anda mengalami palpitasi (detak jantung tidak teratur) bersama dengan gejala angina
7. Setelah Prosedur atau Perubahan Pengobatan
- Jika gejala muncul atau memburuk setelah prosedur jantung seperti angioplasti atau operasi bypass
- Jika Anda mengalami efek samping yang mengganggu dari obat-obatan baru
8. Kehamilan
- Jika Anda hamil dan mengalami gejala yang menyerupai angina, segera hubungi dokter
Ingat, lebih baik waspada berlebihan daripada mengabaikan gejala yang potensial serius. Jika Anda ragu, selalu lebih baik untuk mencari bantuan medis. Dalam kasus gejala yang parah atau berkelanjutan, jangan ragu untuk menghubungi layanan gawat darurat.
Penting juga untuk melakukan pemeriksaan rutin dengan dokter jika Anda memiliki riwayat angina pectoris atau faktor risiko penyakit jantung. Pemeriksaan berkala dapat membantu mendeteksi perubahan kondisi dan menyesuaikan rencana pengobatan jika diperlukan.
Advertisement
Kesimpulan
Angina pectoris, terutama unstable angina (UAP), merupakan kondisi serius yang memerlukan perhatian medis. Pemahaman tentang gejala, faktor risiko, dan penanganan yang tepat sangat penting untuk mencegah komplikasi yang mengancam jiwa. Perubahan gaya hidup, pengobatan yang tepat, dan pemeriksaan rutin dapat membantu mengelola kondisi ini dengan efektif. Jika Anda mengalami gejala yang mencurigakan, jangan ragu untuk segera mencari bantuan medis. Dengan penanganan yang tepat dan gaya hidup sehat, banyak penderita angina pectoris dapat menjalani hidup yang berkualitas dan produktif.