Reaksi Adem Gus Baha saat Ditemui Wanita Tak Berbusana Islami di Masjid

Gus Baha bersedia bertemu dengan wanita yang berpakaian tidak islami.

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Nov 2024, 18:30 WIB
KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha. (SS TikTok)

Liputan6.com, Cilacap - Sebagai seorang kiai sekaligus ulama yang kharismatik, KH. Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) pernah mengalami banyak hal. Dari hal yang biasa-biasa saja sampai dengan yang tidak biasa.

Salah satunya sebagaimana yang dituturkan Gus Baha sendiri ialah saat dirinya bertemu dengan wanita yang berpakaian tidak islami.

Tentu saja hal ini cukup mengherankan saat ada ulama besar sekelas murid Mbah Moen ini bersedia bertemu dengan wanita tak mengenakan busana islami seperti itu.

“Saya pernah ketemu orang, kalau orang bilang dia tidak berpakaian syar’i, tapi dia muslimah, dia ke masjid,” kisahnya dikutip dari tayangan YouTube Short @pecintangajigusbaha, Rabu (06/11/2024).

 

Simak Video Pilihan Ini:


Bikin Heran Seseorang

Gus Baha (SS: YT. @NgajiGusBaha)

Tentu saja, saat Gus Baha masih bersedia bertemu dengan wanita yang berpakaian tidak islami ini mengundang rasa penasaran seseorang, sehingga terjadi dialog seru dengannya.

“Saya ditanya sama seseorang, “Gus sama orang begitu mau bertemu?” kata Gus Baha.

“Kenapa,” tanya Gus Baha

“Dia pakaiannya tidak islami," tukas seseorang.

Mendengar pertanyaan tersebut, maka Gus Baha menjawab bahwa kita harus fair dalam menilai seseorang. Artinya hanya jangan menilai buruknya saja, sementara baiknya luput dari sorotan kita.

“Oke, dia tidak pakai pakaian islami itu nyata, tapi dia ke masjid itu islami,” jawab Gus Baha.

“Tetap sholat itu islami, ketika dia ingin sholat dan tetap sholat pakai takbir, pakai rukuk, pakai sujud itu islami,” imbuhnya.

“Setelah di masjid ya pakai mukena. Kalau sama-sama nyata anda kan boleh mengingat, sama-sama dia punya kesalahan dalam berpakaian tapi dia punya kebenaran dalam sujud, dalam rukuk dalam ibadah,” pungkasnya.


Larangan Berburuk Sangka

Membicarakan orang lain atau ghibah merupakan perilaku yang bisa mengurangi pahala puasa (Sumber foto: projectinspired.com)

Menukil NU Online, penyakit hati berupa prasangka buruk (su’uzon) ini bukan perkara ringan dan remeh. Ia adalah penyakit berbahaya yang dapat membunuh iman, dan orang yang dihinggapi penyakit ini merupakan orang yang jauh dari ketakwaan.

Sehingga ayat Al-Qur’an yang berbicara mengenai hal ini ditutup dengan perintah untuk bertakwa dan bertaubat. Allah SWT berfirman:

يا ايّها الذين أمنوااجْتَنِبُوا كَثيرًا من الظَّنِّ* إن بعضَ الظنِّ إثْمٌ ولا تجَسَّسُوا ولا يَغْتَبْ بعضُكم بعضًا* أيُحِبُّ احدُكم أن يأكُلَ لحْمَ أخِيه مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوه* واتّقوااللهَ إنّ اللهَ توّابٌ رحيم

“Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu sekalian yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kalian yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kalian merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Penerima Taubat, Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurat: 12)

Prasangka yang banyak mengandung dosa dan dilarang dalam ayat di atas adalah prasangka buruk. Prasangka buruk memang bukan sebuah tindakan dan aksi nyata, tetapi ia adalah penyakit hati yang bisa menggerakkan manusia berbuat sesuatu yang tercela.

Oleh karena itu, meskipun su’uzon merupakan prasangka di dalam hati, ia tetap dilarang karena banyak mengandung dosa. Bahkan dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW menyebut prasangka (buruk) sebagai “ucapan” yang paling dusta. Beliau bersabda:

اِيّاكُم والظنَّ فاِن الظنَّ اَكْذَبُ الحَدِيث

"Jauhilah prasangka buruk, karena prasangka buruk adalah ucapan yang paling dusta.” (HR. Al-Bukhari)

Hadits di atas sangat penting untuk direnungkan dan dipahami karena penyakit hati berupa prasangka buruk merupakan maksiat yang samar dan terkadang diremehkan oleh manusia. Padahal Rasulullah SAW menyamakan prasangka buruk yang hanya berupa pikiran dan belum diucapkan itu dengan ucapan, bahkan ia disamakan dengan perkataan yang paling dusta.

Penulis: Khazim Mahrur/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya