Mendiang Mbah Marto dalam Kenangan Merintis Warung Mangut Lele sampai Jadi Kuliner Legendaris Yogyakarta

Mbah Marto sudah berjualan mangut lele sejak 1969.

oleh Asnida Riani diperbarui 07 Nov 2024, 10:10 WIB
Mangut Lele, kuliner Kendal, Jawa Tengah. (Sumber Foto: nengnitha_emakgaul/Instagram)

Liputan6.com, Jakarta - Pemilik Warung Mangut Lele Mbah Marto, Marto Ijoyo, meninggal dunia pada Rabu, 6 November 2024. Pebisnis kuliner legendaris Yogyakarta ini tutup usia di umur 96 tahun karena sakit.

Di antara lusinan kenangan yang ditinggalkan, Warung Mangut Lele tentu jadi satu yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Pasalnya, melansir merdeka.com, Kamis (7/11/2024), Mbah Marto merupakan pionir  rintisan mangut lele di Kota Budaya.

Putra kelima Mbah Marto, Poniman, menceritakan perjuangan ibunya merintis warung makan tersebut. Ia menyebut Mbah Marto mulai berjualan mangut lele sejak 1969. Saat itu, ia menjajakan makanan tersebut sambil berkeliling.

Dari Sewon, Mbah Marto berjalan kaki hingga Pasar Beringharjo dan Kraton Yogyakarta untuk menjajakan mangut lele. "Simbok (Mbah Marto) itu orang kampung dari keluarga sederhana. Jadi dulu tidak punya sepeda. Jualannya jalan kaki sambil menggendong dagangan. Keliling," kata Poniman.

Saking laris, mangut lele Mbah Marko kadang sudah habis dibeli pelanggan saat ia baru sampai Plengkung Gading. Tahun 1986, Mbah Marto memutuskan tidak lagi berjualan keliling dan membuka warung. Saat itu, ia membuka warung yang berjarak sekitar 300 meter dari rumahnya di Sewon, tidak jauh dari ISI Yogyakarta.

"Waktu itu jualannya sudah ramai dan sering habis. Terus memutuskan pindah dan jualan di rumah saja. Ternyata malah makin ramai," ungkap Poniman. Hingga lima tahun lalu, menurutnya, Mbah Marto masih memasak sendiri.

Namun seiring bertambahnya usia dan keterbatasan kondisi fisik, Mbah Marto memercayakan anak dan cucunya mengelola Warung Mangut Lele. "Kadang simbok masih sering ke dapur utama. Kami sering minta pertimbangan," Poniman bercerita.

 


Kesehatan Mbah Marto Menurun

Mangut Lele Mbah Marto (credit gambar: instagram.com/williamwongso)

Walau tidak lagi memasak, Mbah Marto masih tetap bekerja untuk Warung Mangut Lele miliknya. "Setelah tidak kuat masak, si Mbah sempat ikut bikin tusukan lele. Setelah tidak kuat lagi, lalu memotek cabai dan mengupas bawang merah dan bawang putih," kenang Poniman.

Ia mengungkap, sebelum kesehatan Mbah Marto menurun beberapa bulan lalu, mendiang masih mampu mengupas bawang hingga 12 kilogram per hari. Poniman menjelaskan, keluarga sebenarnya sudah meminta Mbah Marto lebih banyak istirahat, namun permintaan itu ditolak olehnya.

"Empat bulan lalu si Mbok sudah sedikit mengupas bawangnya. Biasanya 10--12 kg, tapi dua tiga bulan ini hanya 1-2 kg saja. Anak-anak bermaksud agar biar Simbok tetap gerak dan sehat. Simbok itu marah kalau tidak dikasih kerjaan," tutur Poniman.

Ia menceritakan bahwa ibunya meninggal dunia Rabu pukul 04.30 WIB. Poniman menyebut bahwa sebelum meninggal dunia, Mbah Marto sempat tidak mau makan selama tiga hari. Meski demikian, Mbah Marto tetap beraktivitas dan sesekali menanyakan aktivitas di warung makannya.


Masih Minta Bekerja

Mangut Lele Mbah Marto . (dok. Ist)

"Simbok itu dari dulu tidak ada penyakit yang istilahnya berat. Makan juga tidak ada pantangannya," ucap Poniman. "Sampai tadi malam (Selasa) simbok masih tanya masalah pekerjaan. Biasanya simbok ikut ngupas cabai, bawang merah dan bawang putih. Dia selalu tanya itu terus."

Bahkan, sekitar pukul 01.00 WIB, Mbah Marto masih ingin bekerja. Namun oleh Poniman, Mbah Marto diminta istirahat saja dulu. "Simbok masih bilang 'Pon kok aku yahmene ora dikei gawean. Endi lomboke? (Pon, kok jam segini aku belum dikasih kerjaan. Mana cabainya?)," ungkap Poniman.

"Saya bilang mbok ini sudah jam 1 pagi. Istirahat dulu. Tidur. Lalu jam setengah 5 itu aduh-aduh meninggal dunia. Beliau dipanggil dengan tenang dan dengan mudah," imbuh Poniman.

Poniman mewakili keluarga Mbah Marto meminta maaf bila semasa hidup mendiang memiliki kesalahan, baik yang disengaja maupun tidak. Poniman juga meminta agar Mbah Marto didoakan mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah SWT.


Mangut Lele Mbah Marto

Mangut Lele. (dok. Bango)

Mangut lele, sesuai namanya, merupakan hidangan yang menggunakan lele sebagai bahan utama. Rasa pedas yang menyengat begitu terasa di lidah sesaat setelah menyantap sajain ini. Kesatuan rasa daging lele dan bumbu yang juga punya cita rasa gurih betul-betul menggugah selera untuk penggemar makanan pedas.

Selain mangut lele, warung makan milik Mbah Marto juga menyajikan opor ayam kampung dan gudeg. Opor ayam kampungnya terasa sama lezatnya. Dagingnya sedikit keras dan berserat karena menggunakan ayam kampung, tapi santan, bawang, cabai, dan lengkuas memberi rasa yang nikmat untuk menyeimbangkannya.

Pariman, anak keempat Mbah Marto, mengatakan bahwa ia telah membantu ibunya berjualan sejak kecil. Kadang-kadang, ia merasa bahagia ketika melihat artis makan di tempatnya. "Melihat mereka memilih makan di sini daripada di restoran layak lainnya, terasa menakjubkan," ujar dia.

Bagi orang luar Yogyakarta, menemukan lokasi Mangut Lele Mbah Marto yang legendaris mungkin agak sulit, karena berada di gang. Tapi, sensasi makan langsung di rumah pemilik itulah yang membuatnya kian mahsyur.

Infografis Ragam Festival Kuliner Nusantara. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya