Mitos vs Fakta: Apakah Anak Bisa Kena DBD Dua Kali? Ini Penjelasan Pakar UGM

Banyak orangtua mengira anak yang sudah kena DBD akan kebal. Faktanya, anak bisa terinfeksi lagi dan berisiko lebih parah. Inilah penjelasan lengkap pakar UGM terkait mitos ini.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 07 Nov 2024, 13:00 WIB
Anak yang pernah terkena DBD ternyata tidak kebal terhadap infeksi ulang. Infeksi berikutnya justru berisiko lebih parah. Cek penjelasan dokter dari UGM soal mitos ini. (Foto: Jcomp Freepik)

Liputan6.com, Yogyakarta - Banyak orangtua beranggapan bahwa anak yang pernah terkena demam berdarah dengue (DBD) akan kebal dari infeksi ini. Namun, anggapan ini adalah mitos yang salah.

Menurut dokter spesialis anak dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada (UGM), dr. Ida Safitri Laksanawati, seseorang bisa terkena DBD lebih dari satu kali, bahkan risiko infeksi berulang cenderung lebih parah.

Mengapa Demam Berdarah Bisa Terjadi Dua Kali?

Virus dengue terdiri dari empat serotipe berbeda. Jika seseorang sudah terinfeksi satu serotipe, tubuhnya memang akan kebal terhadap serotipe yang sama. Namun, kekebalan ini tidak berlaku untuk tiga serotipe lainnya.

"Jadi, seorang anak yang pernah terkena DBD masih berisiko terkena infeksi kembali jika terpapar serotipe yang berbeda," tambahnya.

Infeksi dengue kedua bahkan bisa lebih berbahaya. dr. Ida menjelaskan bahwa infeksi ulang dengan serotipe berbeda cenderung lebih parah dan bisa mengancam nyawa. Kasus-kasus DBD yang berulang dengan gejala yang semakin berat membuktikan pentingnya kewaspadaan masyarakat terhadap risiko ini.

Apa Saja Pengobatan DBD? Belum Ada Obat Spesifik!

Sampai saat ini, belum tersedia obat yang khusus untuk menyembuhkan dengue. Pengobatan yang diberikan dokter hanya bertujuan untuk mengatasi gejala DBD, seperti kekurangan cairan, mual, dan kelemahan tubuh. Oleh karena itu, upaya pencegahan menjadi sangat penting.


Vaksinasi Dengue adalah Hal Penting

Untuk mencegah DBD, vaksinasi dapat menjadi salah satu solusi yang efektif. Vaksin ini mampu memberikan perlindungan bagi seluruh anggota keluarga, asalkan diberikan sesuai dosis yang dianjurkan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).

Namun, yang paling utama adalah meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mengambil tindakan pencegahan, seperti menjaga kebersihan lingkungan, menghindari genangan air, dan melindungi diri dari gigitan nyamuk.


Inisiasi Vaksinasi Dengue yang Patut Dicontoh

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Kalimantan Timur, dr. H. Jaya Mualimin, berbagi cerita soal inisiasi program publik pertama untuk vaksinasi dengue di dunia.

“Kami gembira dapat menjadi pelopor dalam menerapkan pencegahan dengue yang inovatif di Kota Balikpapan. Apalagi kami melihat Balikpapan merupakan salah satu daerah dengan kasus dengue tertinggi di Kalimantan Timur,” kata Jaya.

Pada November 2023, pihak Jaya memulai pilot program ini dengan menyasar 9.800 anak usia sekolah dasar. Jumlah kasus dengue pada anak usia 6-12 tahun di Kota Balikpapan mencapai 307 kasus, dengan 121 berasal dari kecamatan Balikpapan Utara dan Balikpapan Tengah yang menjadi lokus pelaksanaan vaksinasi.

Jaya menambahkan, sampai Oktober 2024, pilot program ini telah menjangkau 90 persen dari total target.

“Sudah lebih dari 8.800 anak mendapatkan dosis lengkap, dan kami melihat adanya dampak yang positif dari program ini. Dari 71 anak kelas 1-6 yang terjangkit dengue di Kecamatan Balikpapan Utara dan Balikpapan Tengah, mayoritas belum divaksinasi, dan hanya 3 orang yang telah mendapatkan vaksinasi dosis satu.”

“Oleh karena itu, untuk memberikan perlindungan kepada lebih banyak anak, kami memperluas program ke daerah lainnya, yaitu Samarinda, dengan menyasar 2.750 anak usia sekolah dasar di Kecamatan Samarinda Utara,” jelasnya.


Kata Kemenkes Soal Kiprah Dinkes Kaltim

Kiprah Dinkes Kalimantan Timur dalam menginisiasi gerakan mencegah dengue mendapat apresiasi dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI).

Apresiasi ini disampaikan Ketua Tim Kerja Arbovirosis, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kemenkes RI dr. Fadjar SM Silalahi.

Ia menekankan bahwa peran aktif pemerintah daerah, bersama masyarakat, sangat penting untuk mencapai tujuan ‘Nol Kematian Akibat Dengue tahun 2030’.

“Kalimantan Timur menjadi provinsi pertama yang meluncurkan program publik vaksinasi dengue, diikuti oleh daerah lain, termasuk Kabupaten Probolinggo, yang telah mulai mengimplementasikan program serupa untuk melindungi warganya,” kata Fadjar dalam kesempatan yang sama.

Infografis Heboh Pelepasan Nyamuk Wolbachia Tekan Kasus DBD. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya