Liputan6.com, Jakarta - Kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) diperkirakan akan berdampak besar dan langsung terhadap perekonomian di seluruh dunia.
Mengutip US News, Kamis (7/11/2024) ekonom mengatakan bahwa, jika Donald Trump memberlakukan kebijakan tarif perdagangan yang lebih tinggi, pengeboran minyak yang lebih banyak, hingga tuntutan yang lebih besar terhadap mitra NATO, dapat menimbulkam tekanan pada keuangan pemerintah, inflasi, hingga pertumbuhan ekonomi.
Advertisement
"Janji fiskal Trump benar-benar memperberat, bagi ekonomi AS dan pasar keuangan global, karena menjanjikan akan memperluas defisit yang sudah berlebihan pada saat yang sama ketika ia mengancam akan melemahkan lembaga-lembaga utama," ujar Erik Nielsen, Kepala Penasihat Ekonomi Grup di UniCredit.
"Kita harus menyimpulkan bahwa Donald Trump menimbulkan ancaman yang serius terhadap pasar Treasury AS dan dengan demikian terhadap stabilitas keuangan global," beber Nielsen.
Bea masuk, termasuk tarif 10% untuk impor di AS dan tarif 60% untuk impor dari Tiongkok, merupakan bagian penting dari kebijakan Trump dan kemungkinan akan menimbulkan dampak terbesar secara global, menurut Nielsen.
Ia melihat, tarif menghambat perdagangan global, menurunkan pertumbuhan eksportir, dan membebani keuangan publik untuk semua pihak yang terlibat. Tarif tersebut kemungkinan akan meningkatkan inflasi di Amerika Serikat, yang memaksa Federal Reserve AS untuk bertindak dengan kebijakan moneter yang lebih ketat.
Sebelumnya, Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global akan lesu, dengan sebagian besar negara menghasilkan ekspansi yang "lemah". Pukulan lebih lanjut terhadap perdagangan global kemungkinan akan menimbulkan risiko penurunan terhadap proyeksi pertumbuhan PDB sebesar 3,2% untuk tahun depan.
Tarif Impor Baru Berisiko Picu Inflasi AS dan Kenaikan Suku Bunga The Fed
Selain itu, dengan tarif impor Donald Trump, sebagian besar perusahaan di AS akan membebankan biaya impor kepada pelanggan, sehingga tarif kemungkinan akan bersifat inflasi bagi pembeli di negara itu, yang memaksa The Fed untuk mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama atau bahkan membalikkan arah dan menaikkan biaya pinjaman.
Hal ini bahkan akan lebih mungkin terjadi jika Trump mempertahankan pengeluaran dan janji pajaknya, yang dapat meningkatkan utang AS sebesar USD 7,75 triliun hingga tahun 2035, menurut Komite Anggaran Federal yang Bertanggung Jawab yang non-partisan.
"Kerusakan terbesar akan terjadi jika tarif impor universal diberlakukan," kata Rogier Quaedvlieg dari ABN Amro.
"Jika penerapan akhirnya tidak universal, dampaknya terhadap ekonomi global akan jauh lebih lemaH," ungkapnya.
"Paket lengkap Trump, termasuk paket universal, kemungkinan akan menghantam ekonomi global dengan keras," tambah dia.
Advertisement