Raja Salman dan Pangeran MBS dari Arab Saudi: Doa dan Pujian di Balik Ucapan Selamat untuk Donald Trump

Baik Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman (MBS) maupun Raja Salman mengirim pesan ucapan selamat terpisah kepada Donald Trump, yang kembali ke Gedung Putih setelah mengalahkan kandidat dari Partai Demokrat Kamala Harris.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 07 Nov 2024, 12:06 WIB
Mohammed bin Salman, Putra Mahkota Arab Saudi (Foto:Hassan Ammar/AP)

Liputan6.com, Riyadh - Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman atau Pangeran MBS menelepon Presiden AS terpilih Donald Trump pada hari Rabu (6/11) untuk memberi selamat kepadanya atas kemenangannya dalam pemilihan presiden, menurut kantor berita negara Saudi SPA.

"Selama panggilan tersebut, MBS menyatakan aspirasi Kerajaan untuk memperkuat hubungan historis dan strategis antara kedua negara, mendoakan kemajuan dan kemakmuran rakyat Amerika yang bersahabat di bawah kepemimpinan (Trump)," lapor SPA seperti dikutip dari Al Arabiya, Kamis (7/11/2024).

Sebagai tanggapan, "Trump menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaannya kepada Yang Mulia Putra Mahkota atas ucapan selamat dan perasaannya terhadap rakyat Amerika," tambah laporan itu.

Sebelumnya pada hari Rabu (6/11), baik MBS maupun Raja Salman dari Arab Saudi mengirim pesan ucapan selamat terpisah kepada Trump, yang kembali ke Gedung Putih setelah mengalahkan kandidat dari Partai Demokrat Kamala Harris.

Dalam pesan kabel diplomatik yang dikirim ke Donald Trump, Raja Salman juga memuji "hubungan [bilateral] yang secara historis dekat yang ingin diperkuat dan dikembangkan oleh semua pihak di semua bidang."

Adapun kabel diplomatik, juga dikenal sebagai telegram diplomatik (DipTel) atau kabel kedutaan, adalah pesan berbasis teks rahasia yang dipertukarkan antara misi diplomatik, seperti kedutaan atau konsulat, dan kementerian luar negeri negara induknya.

Donald Trump telah memperoleh 270 suara elektoral yang dibutuhkan untuk memenangkan kursi kepresidenan, mengakhiri kampanye elektoral melawan Wakil Presiden Kamala Harris, yang baru memasuki persaingan pada bulan Juli setelah Presiden Joe Biden mengundurkan diri.

Donald Trump dari Partai Republik terpilih sebagai presiden Amerika Serikat ke-47 pada hari Rabu, 6 November, sebuah kebangkitan luar biasa bagi mantan presiden yang menolak menerima kekalahan empat tahun lalu, memicu pemberontakan dengan kekerasan di US Capitol (gedung Capitol), dihukum karena tuduhan kejahatan, dan selamat dari dua upaya pembunuhan.

 

Infografis Kamala Harris Vs Donald Trump di Pilpres AS 2024. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya