Ekspor Indonesia Berpotensi Turun ke AS Gara-Gara Donald Trump, Kok Bisa?

Ekonom Indef, Ahmad Heri Firdaus prediksi Donald Trump akan kembali menerapkan kebijakan proteksionisme pada sektor ekonominya

oleh Arief Rahman H diperbarui 07 Nov 2024, 19:45 WIB
Donald Trump memenangkan suara mayoritas Pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS). Kebijakan ekonomi yang disebut akan diterapkan Trump dinilai bisa menurunkan tingkat ekspor Indonesia ke AS. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Donald Trump memenangkan suara mayoritas Pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS). Kebijakan ekonomi yang disebut akan diterapkan Trump dinilai bisa menurunkan tingkat ekspor Indonesia ke AS.

Ekonom Institute for Development of Economic and Finance (Indef), Ahmad Heri Firdaus menilai Donald Trump akan kembali menerapkan kebijakan proteksionisme pada sektor ekonominya. Secara langsung, produk-produk hilirisasi Indonesia akan terancam menurun ke negeri Paman Sam.

"Artinya secara langsung misalnya kita mengekspor produk-produk seperti keplapa sawit dan turunannya, kemudian tekstil dan sebagainya, mineral turunannya, produk hilir mineral seperti aluminium dan turunannya, jadi berpotensi berkurang atau melambat pertumbuhannya dgn berbagai macam argumen yang mungkin annti akan disiapkan oleh AS," kata Heri dalam Liputan6 Update, Kamis (7/11/2024).

Misalnya, kata Heri, adalah tudingan terkait dengan dumping oleh AS yang bisa menurunkan daya saing produk ekspor Indonesia ke negara tersebut. Atas tuduhan dumping, AS akan berhak menerapkan bea masuk tambahan yang membuat produk asal Indonesia menjadi lebih mahal.

"Kalau kita dituduh dumping, maka AS berhak untuk menerapkan bea masuk anti dumping, artinya kita jualan ke sana produk kita menjadi lebih mahal harganya. Sehingga berpotensi akan menggerus daya saing," ujar dia.

Sementara itu, di sisi tren ekspor Indonesia ke AS, Heri juga melihat adanya kecenderungan penurunan. Saat ini ekspor Indonesia sebanyak 9 persen ke AS. 

Melalui kebijakan proteksionisme tadi, tingkat ekspor Indonesia dikhawatirkan akan terus mengalami penurunan.

"Artinya secara langsung ada kemungkinan yang tadinya porsi ekspor kita 10 persenan, sekarang ini tinggal 9 persen, kedepan porsi ekspor Indonesia ke AS itu bisa semakin berkurang. Jadi untuk saat ini 9 persen ekspor Indonesia ke AS, jadi cukup besar ya, nah kedepan ini bisa jadi akan semakin kecil, karena kalau dilihat tren ini terus turun," bebernya.

 


Ekspor Bakal Terganggu

Suasana bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (29/10/2021). Surplus ini didapatkan dari ekspor September 2021 yang mencapai US$20,60 miliar dan impor September 2021 yang tercatat senilai US$16,23 miliar. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Donald Trump telah memenangkan suara mayoritas dalam kontestasi Pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS). Hal ini disebut-sebut mampu berdampak pada perdagangan internasional Indonesia.

Ekonom Institute for Economic and Finance (Indef), Ahmad Heri Firdaus mengatakan, kebijakan ekonomi Donald Trump akan berpengaruh pada sektor perdagangan, termasuk Indonesia. Meski tidak menjadi mitra dagang utama, porsi ekspor Indonesia ke AS mencapai 9 persen.

"Jadi dampaknya jelas, kalau ekspor kita ke Amerika Serikat bisa berkurang itu mungkin tidak seberapa, karena kan kontribusi pasar Amerika Serikat terhadap ekspor dari Indonesia itu kan 9 persen, itu memang relatif tinggi tapi saya rasa meskipun berkurang ya itu tidak signifikan, karena dampak yang tidak langsung ini yang saya rasa akan lebih besar impact-nya," ujar Heri dalam Liputan6 Update, Kamis (7/11/2024).

Dia mengatakan, ekspor Indonesia terancam berkurang ke negara-negara mitra dagang utama AS. Misalnya, China, Jepang, Korea Selatan, hingga Vietnam.

"Dampak tidak langsung ini kan berarti ada potensi perlambatan ekspor Indonesia ke negara-negara mitra dagang utama Amerika Serikat, potensi pelambatan ekspor Indoneisa ke China, potensi pelambatan ekspor Indoneisa ke Vietnam, Thailand, ke Jepang ke Korea," bebernya.

 


Kurangi Defisit Neraca Perdagangan

Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (29/10/2021). Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan neraca perdagangan Indonesia pada September 2021 mengalami surplus US$ 4,37 miliar karena ekspor lebih besar dari nilai impornya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Lantaran, kebijakan ekonomi Donald Trump bisa saja salah satunya adalah berupaya mengurangi defisit neraca perdagangan ke negara seperti China, Jepang, hingga Vietnam. Salah satu caranya bisa saja dengan penambahan tarif impor atau pengaturan kuota.

Alhasil, Indonesia sebagai pengekspor ke negara-negara tadi juga ikut terdampak karena penyesuaian yang dilakukan ke depan.

"Ini yang seringkali juga AS tidak berpaduan lagi pada aturan-aturan atau kesepakatan yang ada di WTO. AS mencoba untuk mencari celah apa nih yang masih diperbolehkan dalam mengatur arus impor yang masuk ke negaranya," kata dia.

"Salah satunya adalah adanya kebijakan non tariff measure, atau kebijakan hambatan non tarif, nah ini yang sangat tinggi di AS," ia menambahkan.

 


Donald Trump Menang Pilpres AS, Indonesia Harus Siap-Siap

Presiden Donald Trump berbicara tentang hasil pemilihan presiden AS 2020 di Gedung Putih, Kamis (5/11/2020). Hingga saat ini proses penghitungan suara pemilihan presiden Amerika masih berlangsung, namun perolehan suara Donald Trump maupun Joe Biden masih bersaing ketat. (AP Photo/Evan Vucci)

Donald Trump berhasil unggul dalam pemilihan presiden AS 2024. Trump mengalahkan Kamala Harris. Trump keluar sebagai pemenang Pilpres AS setelah berhasil meraih suara popular terbanyak sekaligus meraup suara elektoral lebih dari ambang batas minimal yang ditetapkan.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eisha M Rachbini menilai, kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) diperkirakan akan berdampak besar terhadap perekonomian di seluruh dunia termasuk Indonesia, bahkan pergerakan rupiah bisa berfluktuasi.

Kemenangan Donald Trump sebenarnya sudah diprediksi oleh pelaku pasar keuangan. Maka dengan kembalinya menjadi presiden, Trump akan membuat kebijakan yang lebih proteksionisme seperti saat dia menjabat sebagai Presiden AS sebelumnya, arahnya meningkatkan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat, salah satunya dengan kebijakan menerapkan tarif impor.

"Karena Trump tidak menginginkan trade deficit, misal dengan China," kata Eisha kepada Liputan6.com, Kamis (7/11/2024).

Secara global, jika kebijakan tarif dan perang dagang (Trade War) kembali lagi, maka ketidakpastian akan semakin tinggi, sehingga pemilik modal akan lebih berhati-hati dan arus modal akan masuk ke AS, membuat USD apresiasi.

"Dampak ke Indonesia pergerakan rupiah bisa berfluktuasi, bergejolak jika risiko global meningkat," ujarnya.

Lebih lanjut, Eisha menilai sama seperti ketika Trump menjabat sebagai Presiden AS periode 2017 – 2020, kebijakan ekonomi ditujukan untuk menguatkan ekonomi dalam negeri, sehingga kebijakan-kebijakan Trump nanti akan meningkatkan dan menumbuhkan aktivitas dunia usaha, dengan tax cut yang besar.

 

 

Infografis Jurus Pemerintahan Prabowo - Gibran Capai Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya