IHSG Jeblok di Tengah Kemenangan Trump, Begini Kata Bursa

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melanjutkan pelemahan usai Donald Trump unggul dalam pemilihan presiden Amerika Serikat (Pilpres AS). Pada perdagangan hari ini, Kamis 7 November 2024, IHSG turun 1,90 persen ke posisi 7.243,860.

oleh Septian Deny diperbarui 08 Nov 2024, 06:00 WIB
Karyawan berjalan di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/1/2021). Indeks acuan bursa nasional tersebut turun 96 poin atau 1,5 persen ke 6.317,864. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melanjutkan pelemahan usai Donald Trump unggul dalam pemilihan presiden Amerika Serikat (Pilpres AS). Pada perdagangan hari ini, Kamis 7 November 2024, IHSG turun 1,90 persen ke posisi 7.243,860.

Merujuk data RTI, IHSG hari ini dibuka pada posisi 7.383,868 dan berkutat di zona merah. Sebanyak 362 saham terkoreksi, 221 saham naik, dan sisanya 199 saham stagnan atau mengalami perubahan 0,00 persen.

Dalam sepekan, IHSG turun 4,36 persen dan turun 0,40 persen sejak awal tahun (year to date/YTD). Tak mau buru-buru ambil kesimpulan, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Iman Rachman mengatakan pelemahan IHSG tidak serta merta disebabkan sentimen kemenangan Trump.

"Saya belum dapat dampaknya, karena baru kemarin. Kita lihat dulu, kan tidak bisa satu hari. Masih ada periode kalau menurut saya, kita coba lihat dampaknya," kata Iman kepada wartawan di gedung Bursa, Jumat (8/11/2024).

Kendari IHSG lesu, Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa, Irvan Susandy optimis IHSG akhir tahun bisa terbang. Beberapa pendorongnya adalah ekspektasi penurunan suku bunga The Fed dan Bank Indonesia (BI). Sehingga diharapkan terjadi inflow ke pasar modal RI.

"Harapannya Fed rate turun, BI rate turun. Bener-bener ada inflow banyak ke kita. Rebalancing. Terus sekarang kan stabil, pemerintahan Pak Prabowo juga banyak melanjutkan dari Pak Jokowi. Beberapa terobosan kita tunggu dari Pak Prabowo di akhir tahun," kata Irvan.

Irvan mencatat, sejumlah analis mengatakan aliran dana asing banyak yang kembali ke Amerika Serikat seiring kemenangan Trump. Trump mewacanakan sejumlah kebijakan proteksionis yang lebih berfokus pada perkembangan ekonomi domestik.

Antara lain menurunkan pajak korporasi menjadi 15% dari sebelumnya 21%. Lalu menetapkan bea impor sebesar 10–20% atas seluruh barang impor. Khusus untuk China, bea impor yang akan dikenakan sebesar 60%.

"Analis kan bilang perang dagangnya akan makin lebih dengan China. Kita kan, China salah satu tujuan ekspor kita. Takutnya memang akan menjadi tight lagi. Tapi ekonomi kita stabil, pertumbuhan bagus," kata Irvan.

 


Pasar Saham

Karyawan melintasi layar yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat acara Penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2022 di Jakarta, Jumat (30/12/2022). PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 59 perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) atau pencatatan saham sepanjang 2022. Pada penutupan perdagangan akhir tahun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup lesu 0,14% atau 9,46 poin menjadi 6.850,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

 

Pengamat pasar modal sekaligus Founder Stocknow.id Hendra Wardana menjelaskan, di pasar saham Indonesia dampak pilpres AS akan sangat dirasakan terutama di sektor perbankan.

Investor asing yang khawatir terhadap kebijakan Trump yang lebih memprioritaskan pasar AS dapat melihat pasar negara berkembang, termasuk Indonesia, sebagai area dengan risiko yang lebih tinggi. Jika situasi ini berlanjut, tekanan jual pada sektor perbankan bisa berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

"Bahkan, tekanan jual pada saham perbankan ini dapat membawa IHSG mendekati level support di 7.356, terutama jika aksi jual asing berlangsung terus-menerus," kata Hendra kepada Liputan6.com, Rabu (6/11/2024).

Untuk itu, Hendra mengimbau pada investor untuk memperhatikan perkembangan ini dengan cermat. Mengingat IHSG berpotensi mengalami volatilitas tinggi di tengah perubahan kebijakan global yang dapat mempengaruhi arus modal dan sentimen di pasar modal Indonesia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya