Angka Stunting di Banyuwangi Terus Turun, Ini Jurus yang Dilakukan

Pada 2024 ada 2 ribuan anak stunting di Banyuwangi, tahun-tahun sebelumnya sempat angka stunting dua kali lipatnya. Lalu, apa yang dilakukan pemerintah Banyuwangi mengurangi stunting?

oleh Benedikta Desideria diperbarui 08 Nov 2024, 06:00 WIB
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Banyuwangi, Jawa Timur, Amir Hidayat mengungkapkan cara Banyuwangi dalam menurunkan angka stunting.

Liputan6.com, Banyuwangi Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur terus berupaya menurunkan angka stunting. Berdasarkan data elektronik Pencatatan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (ePPGBM) pada 2024 terdapat 2,46 persen anak stunting, turun dari 3,53 di tahun sebelumnya.

Berdasarkan angka ini berarti masih ada 2.171 anak stunting seperti disampaikan Plt Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi Amir Hidayat.

Amir mengatakan keberhasilan menurunkan angka stunting serendah-rendahnya berkat kinerja seluruh pihak mulai dari pemerintah, masyarakat, tenaga kesehatan dan swasta menjalankan inovasi menurunkan angka gangguan tumbuh dan kembang yang berdampak pada IQ ini.

"Kami punya inovasi dengan Banyuwangi Tanggap Stunting yang terdiri dari dua basis dan tiga pilar," kata Amir.

Basis pertama, kata Amir, terkait kolaborasi lintas sektor yang mana tugas menurunkan angka stunting tidak hanya dilakukan dinas kesehatan. Selain swasta, dinas kesehatan Banyuwangi pun mengajak perguruan tinggi.Basis kedua adalah upaya menuju zero stunting.

Dari dua basis di atas ini kemudian dikerucutkan lagi menjadi tiga pilar dalam mengatasi stunting yakni:

1. Mengidentifikasi balita stunting by name, by problem, by addres.

"Kita tidak bisa tahu bagaimana intervensi jika tidak tahu siapa anaknya, tinggal dimana, masalahnya apa. Maka dari itu, kita harus memiliki data anak stunting," kata Amir di Banyuwangi dalam program Jelajah Gizi 2024 bersama Danone.

2. Perbaikan setiap problem yang menjadi faktor penyebab stunting

Amir mengatakan problem stunting ada beragam. Ia mencontohkan beberapa waktu lalu muncul kasus diare pada anak-anak di salah satu wilayah Banyuwangi.

"Kita tahu ya kalau anak-anak kena diare itu mudah sekali berat badannya turun," kata Amir.

Setelah dicari tahu penyebabnya ternyata penyebab banyak anak-anak diare di wilayah tersebut karena sumber air bersih mereka terkontaminasi.

"Saat itu kami meminta PUDAM (perumda air minum) Banyuwangi untuk mengirimkan air bersih ke wilayah tersebut," katanya.

3. Ukur tumbuh kembang janin hingga anak usia di bawah 2 tahun

Dinkes Banyuwangi meminta masyarakat aktif mengajak anak terutama di bawah dua tahun untuk menimbang.

"Yang paling berisiko salah satunya adalah baduta ya usia nol hingga dua tahun, karena terbentuk organ vital otak itu kan di saat-saat itu, sehingga perlu terus dikawal," katanya.

 


Pemberian PMT pada Balita Underweight dan Ibu Hamil Risti

Amir mengatakan dalam dua tahun terakhir secara intensif ibu hamil berisiko tinggi serta balita yang mengalami stunting, wasting, dan underweight mendapatkan pemberian makanan tambahan (PMT).

Saat ini, kata Amir, ada sekitar 2 ribu balita dengan status gizi stunting, wasting, dan underweight serta 1 ribu ibu hamil berisiko tinggi dan dari keluarga tidak mampu mendapatkan PMT setiap hari senilai Rp15.000.

"Jadi, setiap hari diberi intervensi senilai Rp15 ribu rupiah untuk intervensi lewat makanan termasuk di dalamnya ada daging, telur, ikan, ayam ya. Protein ini penting untuk tumbuh kembang terutama untuk otak dan organ vital," lanjut Amir.

Amir pun bersyukur dana PMT yang dianggarkan pemerintah terus naik yang tadinya Rp7 miliar pada 2023 menjadi Rp10 miliar tahun ini.

 


Dorong PMT Berbasis Pangan Lokal

Dinkes Banyuwangi pun mendorong agar pemberian PMT pada anak dengan masalah gizi serta ibu hamil berisiko tinggi menggunakan pangan lokal yang ada di sana. Amir mengatakan sumber pangan lokal terutama protein hewani di Banyuwangi beragam. Amir juga menuturkan bahwa Banyuwangi memiliki 176 km garis pantai sehingga memiliki sumber protein ikan berlimpah. Salah satunya adalah ikan lemuru.

"Ikan lemuru di Banyuwangi itu berlimpah ya. Sehingga menjadi salah satu alternatif protein. Jadi kami buatkan jadwal tapi tidak ikan lemuru terus setiap hari lauknya bergantian dengan telur, daging dan sebagainya," jelas Amir.

Kekayaan protein hewani didukung juga dengan pertanian Banyuwangi yang juga beragam. Termasuk ada sawah organik juga berlimpah buah dan sayuran.

 


Kolaborasi dengan Chef Sajikan Makanan Bergizi yang Enak dan Menarik

Banyuwangi paham betul bahwa bukan cuma makanan bergizi dan enak saja untuk anak. Penyajian yang menarik juga penting agar anak mau makan makanan tersebut.

"Bisa jadi makanan yang mau kita berikan ke anak itu bergizi tinggi tapi kalau tidak menarik ya selesai, anak tidak mau makan," kata Amir.

Berdasarkan hal itu Banyuwangi bekerja sama dengan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) agar para koki hotel bisa mengajari para nutrisionis dan kader kesehatan membuat makanan untuk anak yang menarik dan lezat.

"Para chef hotel membantu mengajari untuk menciptakan masakan yang lezat juga menarik untuk anak," katanya.

 


Kata Pakar Gizi tentang Cara Banyuwangi Atasi Stunting

Guru Besar Institut Pertanian Bogor bidang Keamanan Makanan dan Nutrisi , Profesor Ahmad Sulaeman mengapresiasi Banyuwangi dalam mengatasi stunting.

Menurutnya, Banyuwangi mampu memanfaatkan kekayaan alam sebagai sumber pangan bergizi bagi masyarakat.

"Saya tidak heran kalau Banyuwangi bisa menuurunkan angka stunting serendah mungkin karena sumber daya pangan lokal sangat luar biasa," katanya.

Ahmad menyorot tentang ikan yang berlimpah di Banyuwangi merupakan sumber protein yang baik. Selain itu, ikan juga mengandung asam lemak esensial yang penting bagi tumbuh kembang anak.

Lalu, ia juga melihat sayuran dan buah yang beragam di sana. Dimana kehadiran sayuran dan buah mengandung vitamin dan mineral yang membantu meningkatkan imunitas tubuh.

 

 


Jelajah Gizi 2024, Danone Eksplorasi Pangan Lokal di Banyuwangi

Danone Indonesia berkomitmen dalam membawa kesehatan melalui makanan dan minuman ke sebanyak mungkin orang. Salah satunya dengan memberikan edukasi seputar kekayaan dan potensi pangan lokal kepada masyarakat Indonesia melalui program Jelajah Gizi.

"Program ini kami harapkan dapat mengedukasi masyarakatbahwa nutrisi harian anak dan keluarga dapat kita penuhi lewat pangan lokal yang terjangkau juga mudah kita temukan di lingkungan sekitar," kata Corporate Communication Director Danone Indonesia, Arif Mujahidin. 

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya