Liputan6.com, Jakarta - Menteri BUMN Erick Thohir mengamini Lembaga Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara atau BP Danantara sebagai superholding BUMN nantinya. Menurtnya itu sudah menjadi pembahasan sejak lama.
Erick menyebutkan, lahirnya BP Danantara sejalan dengan pembahasan Rancangan Undang-Undang (RUU) BUMN yang sudah digulirkan dalam 2 tahun terakhir. Lahirnya Danantara, kata dia, tidak perlu dipandang negatif.
Advertisement
"Kalau Danantara sesuai dengan RUU BUMN yang sudah kita gulirkan hampir 2 tahun sebetulnya kemarin, memang roadmap BUMN itu ke arah sana," kata Erick di Hotel Kempinski, Jakarta, dikutip Jumat (8/11/2024).
"Dan saya selalu bilang super holding itu, jadi bukan sesuatu, jangan dilihat yang negatif. Jadi prosesnya sudah berjalan," imbuhnya.
Dia menjelaskan, nama dari superholding BUMN bukan merupakan suatu masalah. Hal itu jadi proses untuk menuju tujuan yang besar tadi.
Erick Thohir menyebut, bentuk Danantara nantinya masih akan dikaji, apakah sebagai badan usaha atau sovereign wealth fund (SWF). Termasuk pada sisi regulasi sebagai landasan kerja BP Danantara kedepannya.
"Ya ini yang masih jadi kajian. Yang pasti kami BUMN sudah memberikan tempat, salah satu aset Bank Mandiri. Cuma kalau tadi ditanya sama, Pak ini deal-nya kapan? Nah ini lagi kajian. Nah sama Danantara ini lagi proses kajian, apakah ada PP-nya, ada UU-nya, itu biar yang ahlinya," bebernya.
Bukti Pengakuan BUMN Sehat
Erick menyebut lahirnya BP Danantara yang akan mengelola aset 7 BUMN raksasa membuktikan kalau perusahaan pelat merah semakin sehat.
"Kalau kami di BUMN, senang, kenapa? Artinya apa, kinerja kita yang selama ini diapresiasi, di mana 7 BUMN besar ini dinyatakan sehat," kata dia.
Seperti diketahui, dalam dokumen yang didapat Liputan6.com, BP Danantara akan mengelola 7 BUMN dengan skala terbesar. Diantaranya PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT PLN (Persero), PT Pertamina (Persero), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk, dan PT Mineral Industri Indonesia atau MIND ID. Danantara juga mengonsolidasi INA.
Nantinya, BP Danantara dibidik bisa mengelola assets under management (AUM) mencapai USD 600 miliar atau setara Rp 9.502 triliun dari konsolidasian 7 BUMN plus INA tersebut.
"Nah sisanya nanti, kembali, memang garis tangan saya, restrukturisasi. Memang garis tangannya gitu," tegas Erick.
Bocoran Bentuk Danantara
Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BP Danantara) batal diresmikan oleh Presiden Prabowo Subianto imbas lawatannya ke luar negeri. Lembaga yang bakal jadi superholding BUMN ini akan dikembangkan dalam beberapa tahap.
BP Danantara sendiri telah dibentuk Prabowo belum lama ini. Bahkan, lokasi kantornya sudah dipersiapkan di aset milik Bank Mandiri. Lantas bagaimana bentuk Danantara nantinya?
Mengutip dokumen yang diterima Liputan6.com, BP Danantara akan mengonsolidasikan Indonesia Investment Authority (INA) ditambah 7 BUMN raksasa.
Advertisement
Bakal Kelola AUM USD 600 Miliar
7 BUMN dengan skala terbesar itu diantaranya PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT PLN (Persero), PT Pertamina (Persero), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk, dan PT Mineral Industri Indonesia atau MIND ID. Danantara juga mengonsolidasi INA.
Nantinya, BP Danantara dibidik bisa mengelola assets under management (AUM) mencapai USD 600 miliar atau setara Rp 9.502 triliun dari konsolidasian 7 BUMN plus INA tersebut.
Sebagai rincian, 7 BUMN raksasa memiliki AUM yang beragam. Misalnya, Bank Mandiri dengan sekitar Rp 2.174 triliun, BRI sekitar Rp 1.965 triliun, PLN sekitar Rp 1.671 triliun, Pertamina sekitar Rp 1.412 triliun.
Lalu, BNI sekitar Rp 1.087 triliun, Telkom Indonesia sekitar Rp 318 triliun, dan MIND ID sekitar Rp 259 triliun. Serta ditambah INA dengan AUM sekitar Rp 163 triliun.
Masih mengacu dokumen yang sama, aset dalam pengelolaan nantinya bisa meningkat hingga USD 982 miliar atau sekitar Rp 15.552 triliun setelah aset negara lainnya masuk dalam portofolio Danantara.
"Danantara akan menjadi SWF terbesar ke-4 di dunia," seperti dikutip dalam dokumen itu, Kamis (7/11/2024).
Cikal Bakal Superholding
Sekretaris Jenderal Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi), Anggawira mengungkap kalau konsolidasi 7 BUMN raksasa itu hanya langkah awal. Kedepannya, akan ada subholding-subholding hingga tambahan BUMN lain.
Dia menuturkan, tujuan akhirnya adalah BP Danantara menjadi satu superholding BUMN. Serupa dengan Temasek, asal Singapura.
"Ya itu baru first step ya, nanti ada second step, third step, nanti subholding dan lain sebagainya, tujuannya superholding ya," kata Ketua Umum Relawan Pengusaha Muda Nasional (Repnas), kepada Liputan6.com.
Advertisement