Liputan6.com, Jakarta - Harga emas yang dijual oleh PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau harga emas Antam anjlok Rp 10.000 pada perdagangan Sabtu, 9 November 2024 setelah melesat jelang akhir pekan.
Pada Sabtu (9/11/2024), harga emas Antam dipatok Rp 1.517.000 per gram. Pada perdagangan Jumat, 8 November 2024, harga emas Antam mencapai Rp 1.527.000 per gram.
Advertisement
Demikian juga dengan harga emas Antam pembelian kembali atau buyback turun Rp 15.000 di posisi Rp 1.371.000 per gram. Harga buyback ini adalah jika Anda ingin menjual emas, Antam akan membelinya di harga Rp 1.371.000 per gram.
Perubahan harga emas Antam dipengaruhi oleh sejumlah faktor, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Pemahaman mengenai faktor-faktor ini sangat penting bagi mereka yang berencana untuk berinvestasi dalam emas Antam.
Antam menjual emas dengan ukuran mulai 0,5 gram hingga 1.000 gram. Anda dapat memperoleh potongan pajak lebih rendah (0,45 persen) jika menyertakan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Hingga pukul 08.42 WIB sebagian besar kepingan emas Antam tersedia di Gedung Antam.
Daftar Harga Emas Antam
Berikut rincian harga emas Antam hari ini di butik emas Gedung Antam, melansir laman logammulia.com:
- Harga emas Antam hari ini 0,5 gram: Rp 808.500
- Harga emas Antam hari ini 1 gram: Rp 1.517.000
- Harga emas Antam hari ini 2 gram: Rp 2.978.000
- Harga emas Antam hari ini 3 gram: Rp 4.447.000
- Harga emas Antam hari ini 5 gram: Rp 7.389.000
- Harga emas Antam hari ini 10 gram: Rp 14.700.000
- Harga emas Antam hari ini 25 gram: Rp 36.587.500
- Harga emas Antam hari ini 50 gram: Rp 73.055.000
- Harga emas Antam hari ini 100 gram: Rp 145.990.000
- Harga emas Antam hari ini 250 gram: Rp 364.587.500
- Harga emas Antam hari ini 500 gram: Rp 728.875.000
- Harga emas Antam hari ini 1000 gram: Rp 1.457.600.000.
Harga Emas Dunia
Sebelumnya, harga emas anjlok pada perdagangan Jumat, 8 November 2024. Harga emas mencatat penurunan mingguan terbesar dalam lebih dari lima bulan.
Koreksi harga emas itu terjadi oleh dolar Amerika Serikat (AS) yang lebih kuat. Selain itu, pasar juga serap dampak kemenangan Donald Trump di Pemilihan Presiden AS (Pilpres AS) dan dampaknya terhadap suku bunga acuan AS.
Mengutip CNBC, Sabtu (9/11/2024), harga emas di pasar spot turun 0,8 persen menjadi USD 2.684,03 per ounce pada pukul 01.40 PM ET. Harga emas membukukan penurunan mingguan sebesar 1,8 persen.
Harga emas berjangka AS ditutup merosot 0,4 persen ke posisi USD 2.694,80.
Perak spot turun 2,4% menjadi USD 31,22 per ounce, platinum turun 2,9% menjadi USD 968,04, paladium turun 3,5% menjadi USD 988,80. Ketiga logam tersebut membukukan penurunan mingguan.
Di sisi lain, indeks dolar AS naik 0,6 persen, dan menandai kenaikan mingguan.
“Pada bulan lalu, ceritanya adalah risiko ketidakpastian pemilu dan apakah akan ada normalisasi transisi, tetapi pemilu ini tampaknya sangat menentukan bagi Gedung Putih,” ujar Chief Operating Officer Allegiance Gold, Alex Ebkarian.
Ia menambahkan, banyak aset berisiko mulai diuntungkan dalam hal dampak potensial kebijakan ke depan.
The Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral Amerika Serikat (AS) pada Kamis memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin, tetapi mengindikasikan pendekatan yang hati-hati untuk pemangkasan lebih lanjut.
Advertisement
Sentimen The Fed
Kemenangan Trump telah memicu pertanyaan tentang apakah Fed akan melanjutkan pemangkasan suku bunga dengan kecepatan yang lebih lambat dan lebih kecil, mengingat kebijakan tarif mantan presiden tersebut.
Namun, Ketua Fed Jerome Powell mengatakan hasil pemilu tidak akan memiliki dampak “jangka pendek” pada kebijakan moneter.
Prospek pemangkasan suku bunga, dimulai dengan pengurangan setengah basis poin pada bulan September, telah mendukung rekor reli emas tahun ini.
Meskipun emas batangan terkenal sebagai lindung nilai terhadap inflasi, suku bunga yang lebih tinggi mengurangi daya tarik emas yang tidak memberikan imbal hasil.
"Jika pasar mengembalikan peluang pemangkasan suku bunga Fed sebelum Natal. Itu akan membantu menjaga emas spot di atas level psikologis USD 2700,” kata Kepala Analis Pasar Exinity Group Han Tan.
Di pasar fisik, permintaan emas di India merosot, sementara Jepang dan Singapura mengalami beberapa pembelian.
Harga Emas Perkasa Usai The Fed Pangkas Suku Bunga Acuan
Sebelumnya, harga emas naik lebih dari satu persen pada perdagangan Kamis, 7 November 2024. Kenaikan harga emas didorong dolar Amerika Serikat (AS) yang melemah. Di sisi lain, the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS memangkas suku bunga 25 basis poin seperti yang diharapkan.
Mengutip CNBC, Jumat (8/11/2024), harga emas di pasar spot naik 1,2 persen menjadi USD 2.691,36 per ounce, setelah susut ke level terendah dalam tiga minggu pada Rabu pekan ini. Harga emas berjangka AS ditutup mendaki 1,1 persen ke posisi USD 2.705,80.
Selain itu, perak spot naik 1,8% menjadi USD 31,71 per ounce, platinum naik 0,6% menjadi USD 992,65 dan paladium turun 1,3% menjadi USD 1.021,25.
i sisi lain, pada akhir pertemuan kebijakan dua hari, bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) memangkas suku bunga acuan menjadi 4,5 persen-4,75 persen. Selain itu, pembuat kebijakan juga memperhatikan pasar kerja yang secara umum telah mereda.
Advertisement
Suku Bunga AS
Suku bunga AS yang lebih rendah memberi tekanan pada dolar AS dan imbal hasil obligasi. Hal itu meningkatkan daya tarik emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil.
“Emas tetap berada dalam pasar bull yang kuat dan tidak ada peristiwa pekan ini, dari pemilihan umum hingga keputusan the Fed hari ini yang mungkin akan mengubahnya,” ujar Pelaku Pasar Tai Wong.
Indeks dolar turun 0,6% terhadap mata uang lainnya setelah naik ke level tertinggi empat bulan usai kemenangan mantan Presiden Republik Donald Trump dalam pemilihan presiden pada Selasa pekan ini.
Para pedagang saat ini memperkirakan pemangkasan 25 basis poin lagi oleh Fed pada Desember, menurut data LSEG.
“Dengan kembalinya Trump ke tampuk kekuasaan, setiap penurunan suku bunga acuan di masa mendatang mungkin akan lebih sulit dicapai karena kekhawatiran bahwa harga yang lebih tinggi dan inflasi yang lebih tinggi memaksa bank sentral untuk mempertahankan kebijakan restriktif lebih lama dari yang mereka inginkan," tulis analis independen Michael Hewson dalam sebuah catatan.