Joe Biden Singgung Soal Penyandang Disabilitas di Hari Kebebasan Sedunia

Sambut Hari Kebebeasan Sedunia, Joe Biden sebut semua manusia termasuk penyandang disabilitas punya hak terbebas dari diskriminasi.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 10 Nov 2024, 20:58 WIB
Semua manusia termasuk penyandang disabilitas punya hak terbebas dari diskriminasi. Foto: Liputan6.com/Ade Nasihudin.

Liputan6.com, Jakarta - Hari Kebebasan Sedunia yang jatuh pada 9 November adalah momen untuk mengingat pentingnya kebebasan bagi setiap individu termasuk penyandang disabilitas.

Kebebasan sebagai hak setiap manusia termasuk difabel disinggung pula oleh Presiden Amerika ke-46, Joseph Robinette Biden Jr. alias Joe Biden.

“Amerika Serikat terus memperjuangkan kebebasan dan hak-hak masyarakat di seluruh dunia.  Kami berupaya membangun masa depan di mana perempuan dan anak perempuan berbagi hak dan peluang yang sama di komunitas mereka; di mana kelompok masyarakat adat, penyandang disabilitas, dan kelompok minoritas ras, etnis, dan agama hidup bebas dari diskriminasi,” kata Biden dalam keterangan di laman The White House, dikutip Sabtu (9/11/2024).

Memperingati Hari Kebebasan Sedunia 2024, Joe Biden turut mengenang pengalamannya mengunjungi Berlin. Sebagai informasi, Hari Kebebasan Sedunia berawal dari peristiwa bersejarah runtuhnya Tembok Berlin, Jerman pada 1989.

“Hari ini menandai 35 tahun sejak runtuhnya Tembok Berlin.  Kejatuhannya merupakan salah satu kemajuan terbesar dalam martabat manusia dalam hidup saya.”

“Saat kita merayakan hari jadi ini, semoga kita semua ingat bahwa apa yang meruntuhkan Tembok Berlin dan mengangkat Tirai Besi adalah apa yang membuat api kebebasan tetap bersinar terang di seluruh dunia. Tekad orang-orang bebas di mana pun yang tidak pernah gagal untuk membela kebebasan mereka dan demokrasi merek,” tambahnya.


Sejarah Hari Kebebasan Sedunia

Hari Kebebasan Sedunia 9 November 2024, Joe Biden Kenang Pengalaman Kunjungi Berlin. Foto: Instagram @Joebiden.

Biden berkisah, dirinya sempat mengunjungi Berlin dan menyaksikan jutaan orang menyerukan kebebasan pada 1989.

“Saya masih ingat ketika, sebagai Senator muda, saya mengunjungi Berlin Barat dan melihat apa artinya hidup di kota, negara, dan benua yang terpecah.  Kemudian, pada tahun 1989, bersama jutaan orang di seluruh dunia, saya menyaksikan 70.000 jiwa pemberani berkumpul di Leipzig, Jerman, menyerukan kebebasan,” kenangnya.  

Setelah tembok tersebut diruntuhkan, beberapa pihak khawatir bahwa reunifikasi Jerman akan menghidupkan kembali kebencian dan persaingan lama. Namun, para pemimpin Amerika dan Jerman sama-sama memimpikan masa depan yang lebih baik.

“Pencapaian Jerman yang utuh dan bebas terus berlanjut, melampaui ekspektasi semua orang, dan impian Eropa yang utuh dan bebas tetap menjadi karya masa kini,” ujarnya.


Memperingati Runtuhnya Tembok Berlin

Seperti diketahui, Tembok Berlin memisahkan keluarga dan komunitas selama hampir tiga dekade. Saat ini, hal tersebut menandai kebangkitan demokrasi dan kebebasan, serta jatuhnya komunisme di Eropa Timur.

Melansir National Today, Hari Kebebasan Sedunia diciptakan untuk memperingati runtuhnya Tembok Berlin pasca Perang Dunia II. Tapi sekarang ini bukan lagi tentang tembok, melainkan lebih pada apa yang diwakili oleh keruntuhannya.

“Hal ini menandai berakhirnya komunisme di seluruh Eropa Timur dan Tengah, serta menjamin kebebasan bagi semua orang. Hari penting ini ditetapkan sebagai peringatan federal pada tahun 2001 oleh Presiden Amerika ke-43, George W. Bush,” mengutip National Today, Sabtu (9/11/2024).


Lebih Memahami Kebebasan Diri Sendiri

Setelah Perang Dunia II berakhir, Jerman terbagi menjadi Jerman Timur dan Barat. Jerman Barat diduduki oleh Amerika, Perancis, dan Inggris serta Jerman Timur menjadi Republik Demokratik Jerman yang diduduki Soviet. Jerman Timur memperoleh status sebagai negara merdeka pada tahun 1949 dan kota Berlin menjadi bagian dari Jerman yang dikuasai Soviet.

Sebuah tembok dibuat untuk mencegah imigrasi orang dari Berlin Timur ke Berlin Barat dan seluruh Eropa Barat. Dari tahun 1961 hingga 1989, diperkirakan 5.000 orang melarikan diri melalui Tembok Berlin. Lebih dari 100 orang tewas dalam proses tersebut.

Pada 1989, pembatasan perjalanan menjadi lebih lunak di Jerman Timur, menyebabkan ribuan orang tidak sabar memanjat tembok dan memukul tembok dengan pahat dan palu.

Tembok Berlin terkelupas sedikit demi sedikit dan akhirnya runtuh pada tanggal 9 November 1989. Satu tahun kemudian, Jerman kembali menjadi satu wilayah.

Meskipun Hari Kebebasan Sedunia secara khusus mewakili satu peristiwa dalam sejarah, penting untuk mengetahui arti sebenarnya dari kebebasan dan hak-hak diri sendiri. Banyak orang tidak menyadari kebebasan dan hak-hak mereka dalam sistem hukum, sehingga penting untuk mengetahui hal ini.

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya