Liputan6.com, Washington, DC - Pesan-pesan bernada rasis dilaporkan dikirim kepada warga kulit hitam Amerika Serikat (AS) di beberapa negara bagian, termasuk Alabama, North Carolina, Virginia, dan Pennsylvania.
The National Association for the Advancement of Colored People (NAACP) pada Kamis (7/11/2024) mengecam beredarnya pesan teks rasis yang merujuk pada perbudakan, yang dikirim secara anonim kepada warga kulit hitam AS pekan ini, seiring berakhirnya Pilpres AS 2024. Demikian seperti dilansir VOA Indonesia, Minggu (10/11).
Advertisement
NAACP adalah organisasi hak-hak sipil AS yang dibentuk pada 1909 sebagai upaya antarras untuk memajukan keadilan, menjamin kesetaraan hak politik, pendidikan, sosial dan ekonomi bagi semua orang, dan menghapus diskriminasi berdasarkan ras.
Dalam pernyataannya, NAACP menyebut bahwa pesan-pesan itu menyerukan kepada penerimanya melapor ke perkebunan untuk memetik kapas.
"Tindakan-tindakan ini tidak normal. Dan kami menolak upaya untuk menormalisasi tindakan-tindakan tersebut," ungkap Presiden NAACP Derrick Johnson.
Lebih jauh Johnson mengatakan, "Pesan-pesan ini mewakili peningkatan yang mengkhawatirkan atas retorika keji dan menjijikkan dari kelompok-kelompok rasis di seluruh negeri, yang sekarang merasa berani untuk menyebarkan kebencian dan menyulut api ketakutan yang dirasakan oleh banyak dari kita setelah hasil pemilu pada Selasa (5/11)."
Kantor berita Reuters melaporkan Biro Penyidik Federal (FBI) pada Kamis mengatakan telah menghubungi Kementerian Kehakiman AS dan otoritas federal lainnya mengenai pesan-pesan yang menyinggung dan rasis.
Banyak warga kulit hitam AS khawatir akan kemunduran hak-hak sipil setelah janji Donald Trump untuk mengakhiri program keberagaman dan inklusi federal.
Presiden terpilih itu menyangkal bahwa dirinya rasis dan mengatakan bahwa agenda ekonominya akan menguntungkan semua orang AS, termasuk warga kulit hitam.
Menjelang pemilu AS, terjadi peningkatan terbesar dalam kekerasan politik AS sejak tahun 1970-an, yang mencakup beberapa serangan rasis terhadap pendukung Wakil Presiden Kamala Harris, perempuan kulit berwarna pertama yang menjadi kandidat utama partai besar.