Puluhan Ribu Orang Demo di Valencia, Protes Kelambanan Pemerintah Spanyol Atasi Banjir

Demonstran di Spanyol menilai bahwa pemerintah setempat terlambat memberikan peringatan banjir.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 10 Nov 2024, 16:00 WIB
Pihak berwenang setempat mengatakan, banjir di Valencia merupakan bencana paling mematikan di Eropa selama beberapa dekade terakhir. (JOSE JORDAN/AFP)

Liputan6.com, Madrid - Puluhan ribu orang di salah satu kota Spanyol melakukan unjuk rasa terhadap pihak berwenang atas kegagalannya menangani banjir mematikan yang terjadi baru-baru ini. Para demonstran menuntut kepala daerah Carlos Mazon untuk mengundurkan diri.

Dalam unjuk rasa pada Sabtu (9/11/2024) malam, demonstran di Valencia meneriakkan: "kami berlumuran lumpur, kalian berlumuran darah."

Dilansir BBC, Minggu (10/11), lebih dari 200 orang tewas akibat banjir yang disebabkan oleh hujan deras yang melanda Valencia dan provinsi-provinsi tetangga pada bulan Oktober. Delapan puluh orang masih hilang.

Ribuan orang kehilangan rumah dan jalan-jalan di banyak daerah masih tertutup lumpur dan puing-puing.

Para pengunjuk rasa juga menuduh pihak berwenang setempat terlambat mengeluarkan peringatan banjir. Beberapa bentrok dengan polisi menjelang akhir demonstrasi.

Gambar-gambar menunjukkan Balai Kota Valencia berlumuran lumpur, sementara kantor berita Reuters melaporkan para pengunjuk rasa melemparkan kursi dan benda-benda lainnya.

Wali kota María José Catalá mengunggah gambar yang menunjukkan jendela pecah dan kebakaran sambil mengatakan, "Vandalisme bukanlah solusinya."

Anna Oliver, salah satu penyelenggara protes, mengatakan kepada kantor berita Reuters: "Kami ingin menunjukkan kemarahan dan kekesalan kami atas buruknya penanganan bencana ini yang telah mempengaruhi banyak orang."


Tak Dapat Info dari Pemerintah PusatPu

Wajah Raja Felipe VI tampak ternoda lumpur yang dilemparkan korban banjir bandang di Kota Paiporta, Valencia, Spanyol, pada Minggu (3/11/2024). Warga marah atas kelambanan penanganan musibah banjir oleh pihak berwenang. (Dok. AP/David Melero)

Pekan lalu, sekelompok masyarakat melempari lumpur dan benda lainnya ke pada raja dan ratu Spanyol saat berkunjung ke kota Paiporta, salah satu kota yang paling parah terkena dampak.

Sementara itu, Mazón, dari Partai Rakyat yang konservatif, telah membela tindakannya. Ia mengatakan bahwa pejabatnya tidak menerima cukup peringatan dari pemerintah pusat dan skala bencana itu tidak dapat diperkirakan sebelumnya.

Di Spanyol, pemerintah daerah bertanggung jawab untuk menangani tanggap bencana dan dapat meminta sumber daya tambahan dari pemerintah pusat di Madrid.


Terlambat Beri Peringatan

Tim penyelamat dari dinas pemadam kebakaran mencari korban di antara puing-puing, Valencia, Spanyol pada tanggal 2 November 2024. (Manaure QUINTERO/AFP)

Badan cuaca Spanyol mengeluarkan peringatan badai untuk wilayah tersebut sejak 25 Oktober, tetapi otoritas Valencia tidak mengeluarkan peringatan ke telepon seluler masyarakat setempat hingga beberapa jam setelah banjir mulai.

Anggota dewan setempat yang bertanggung jawab atas keadaan darurat sejak saat itu mengakui bahwa ia tidak tahu ada sistem untuk mengirim peringatan melalui telepon.

Media lokal melaporkan bahwa, saat banjir mulai terjadi, Mazón bertemu untuk makan siang dengan seorang jurnalis dan tidak datang ke rapat koordinasi darurat hingga pukul 19:00 waktu setempat.

Sumber pemerintah mengatakan kepada surat kabar El País bahwa hal ini "tidak relevan" dan bahwa Mazón terus-menerus diberi tahu tentang kejadian tersebut.

Banjir di Valencia disebabkan oleh fenomena Dana - ketika udara hangat dan lembap bertemu dengan udara dingin, sehingga menciptakan sistem cuaca yang tidak stabil.

Para ilmuwan mengatakan bahwa pemanasan iklim memperburuk banjir.

Infografis Journal Dunia Kepanasan, Akibat Perubahan Iklim Ekstrem?. (Liputan6.com/Tri Yasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya