Rp 10,23 Triliun Modal Asing Cabut dari Indonesia, Ada Apa?

Aliran Modal Asing Keluar Indonesia Capai Rp 10,23 Triliun Pada Pekan Kedua November 2024

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 10 Nov 2024, 16:30 WIB
Ilustrasi uang dolar Amerika Serikat. (Liputan6.com/Tanti Yulianingsih)

Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia (BI) mencatat modal asing mengalir keluar pada pekan kedua November 2024. Dihitung sejak awal 2024, tercatat masih banyak modal asing yang masuk ke Indonesia.

Asisten Gubernur Bank Indonesia Erwin Haryono menjelaskan, berdasarkan data transaksi 4–7 November 2024, nonresiden tercatat jual neto sebesar Rp 10,23 triliun.

“Nonresiden tercatat jual neto sebesar Rp 10,23 triliun, terdiri dari jual neto sebesar Rp 2,29 triliun di pasar saham, Rp 4,66 triliun di pasar SBN, dan Rp 3,28 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).  kata Erwin dikutip dari situs resmi Bank Indonesia, Minggu (10/11/2024).

Erwin menambahkan, selama tahun 2024, berdasarkan data setelmen sampai dengan 4 November 2024, nonresiden tercatat beli neto sebesar Rp 38,51 triliun di pasar saham, Rp 38,86 triliun di pasar SBN dan Rp 192,99 triliun di SRBI.

“Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia,” jelas Erwin.

Adapun Premi CDS Indonesia 5 tahun per 7 November 2024 sebesar 67,59 bps, turun dibanding dengan 1 November 2024 sebesar 71,58 bps.

Sedangkan Rupiah dibuka pada level (bid) 15.605 per USD dan Yield SBN 10 tahun turun ke 6,66 persen. 


Bos BI Jelaskan Dampak Ekonomi Indonesia Terkait Kemenangan Donald Trump

Karyawan menunjukkan uang rupiah dan dolar AS di Jakarta, Rabu (30/12/2020). Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 80 poin atau 0,57 persen ke level Rp 14.050 per dolar AS. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengungkapkan hasil sementara pemilu di Amerika Serikat (AS) akan berdampak terhadap negara berkembang termasuk Indonesia. Apa sajakah itu?

Dalam penghitungan suara elektoral yang berlangsung pada Selasa malam, 5 November 2024, Donald Trump dari Partai Republik sementara memimpin dengan perolehan 188 suara, sedangkan Kamala Harris dari Partai Demokrat memperoleh 99 suara. Data ini menunjukkan tren awal yang dapat memengaruhi pasar global.

Perry menuturkan, dinamika ini akan berdampak signifikan pada negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Terdapat tiga aspek utama yang perlu diperhatikan. Pertama, tekanan terhadap nilai tukar. Kedua, arus modal. Ketiga, pengaruh terhadap ketidakpastian di pasar keuangan.

“Kami harus merespons situasi ini dengan hati-hati. Bank Indonesia berkomitmen untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, serta bekerja sama erat dengan Pemerintah dan KSSK,” ujar dia.

Selain itu, ia menuturkan, kemenangan Donald Trump berpotensi mendorong penguatan nilai dolar AS. Hal ini diungkapkan dalam laporan yang dirilis pada Rabu, 6 November 2024.

"Kami memantau perkembangan pemilu di AS, dan saat ini Trump unggul. Prediksi pasar menunjukkan bahwa dolar AS kemungkinan besar akan menguat, suku bunga di AS akan tetap tinggi, dan ketegangan dalam perang dagang akan berlanjut." Pernyataan ini disampaikan dalam Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR RI di Jakarta.

Jika Donald Trump berhasil memenangkan pemilihan presiden, diperkirakan nilai dolar AS terus menguat. Selain itu, suku bunga di AS diprediksi tetap tinggi dan ketegangan dalam hubungan dagang internasional akan terus berlanjut.

Perry juga menyoroti ketidakpastian geopolitik, termasuk konflik di Timur Tengah, akan mempengaruhi keputusan mengenai suku bunga. "Kepastian mengenai penurunan suku bunga akan sangat dipengaruhi oleh ketegangan ini," ia menambahkann.

 


Pergerakan Rupiah pada 6 November 2024

Petugas menunjukkan mata uang dolar dan mata uang rupiah di penukaran uang di Jakarta, Rabu (9/11). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada saat jeda siang ini kian terpuruk di zona merah. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pada Rabu, 6 November 2024, nilai tukar rupiah mengalami penurunan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di awal sesi perdagangan. Analis memperkirakan bahwa momentum pemilihan presiden AS akan memberikan dampak signifikan terhadap nilai tukar rupiah.

Menurut laporan dari Antara, rupiah mengalami penurunan sebesar 66 poin atau 0,42 persen, yang membuatnya diperdagangkan pada level Rp15.715 per dolar AS, turun dari posisi sebelumnya di Rp15.749 per dolar AS. Lukman Leong, seorang analis mata uang, menyatakan bahwa penurunan ini diprediksi akan berlanjut setelah hasil pemilihan presiden AS 2024.

Lukman menjelaskan, penguatan dolar AS terjadi sebagai respons terhadap hasil exit poll yang menunjukkan keunggulan Donald Trump dalam pemilihan presiden. Meskipun demikian, dia juga mengingatkan bahwa volatilitas dolar AS kemungkinan akan terus berlanjut sepanjang hari, mengingat hasil voting yang masih terlalu awal untuk dianalisis secara mendalam.

Dalam analisisnya, Lukman memprediksi bahwa nilai tukar rupiah akan bergerak dalam kisaran Rp15.700 hingga Rp15.900 per dolar AS pada perdagangan hari itu. Penurunan nilai tukar rupiah ini terlihat jelas di awal perdagangan, di mana rupiah melemah 66 poin menjadi Rp15.815 per dolar AS.

Sebelumnya, pada penutupan perdagangan Selasa, 5 November 2024, rupiah menunjukkan penguatan. Josua Pardede, Kepala Ekonom Bank Permata, menyatakan bahwa penguatan tersebut didorong oleh meningkatnya optimisme terhadap perekonomian Tiongkok, yang memberikan dampak positif terhadap pasar.

Secara keseluruhan, pergerakan nilai tukar rupiah sangat dipengaruhi oleh situasi politik dan ekonomi global, terutama menjelang momen penting seperti pemilihan presiden di AS. Investor dan pelaku pasar diharapkan untuk terus memantau perkembangan ini agar dapat mengambil keputusan yang tepat.

Infografis Rupiah dan Bursa Saham Bergulat Melawan Corona (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya