Liputan6.com, Jakarta Peringkat Indonesia masih jauh dari sejumlah negara Asia Tenggara lain dalam Index Perdagangan Keberlanjutan 2024 (Hinrich-IMD Sustainable Trade Index/STI). Tahun ini, peringkat Indonesia naik satu peringkat ke posisi 18 dunia dari total 30 negara yang diukur dalam penelitian Hinrich-IMD STI 2024.
Di Asia Tenggara, total skor Indonesia (45,3), hanya ada di posisi keenam dari sepuluh negara Asia Tenggara yang masuk dalam penelitian tersebut. Kelima negara dengan Indeks Perdagangan Keberlanjutan terbaik di kawasan Asia Tenggara adalah:
Advertisement
Singapura di peringkat 4 dunia (skor 85,7) turun satu peringkat, Thailand peringkat 12 dunia (skor 55,4) naik lima peringkat, Filipina peringkat 13 (skor 54,8) turun satu peringkat, Vietnam peringkat 14 (skor 54,1) turun satu peringkat, dan Malaysia peringkat 15 (skor 52,7) turun satu peringkat.
Sementara lima negara dengan indeks perdagangan berkelanjutan terbaik dunia adalah Selandia Baru (peringkat 1, skor 100), Inggris (peringkat 2, skor 97,7), Australia (peringkat 3, skor 87,4), Singapura (peringkat 4, skor 85, 7), dan Jepang (peringkat 5, skor 81,5).
Chief Economist of the IMD World Competitiveness Center, yang memimpin penelitian ini untuk IMD, Christos Cabolis mengatakan Pertumbuhan perdagangan global diperkirakan akan kembali melesat di 2024.
“Untuk itu pengukuran indeks perdagangan ini kami lakukan, sebab perdagangan merupakan salah satu faktor penting pendorong daya saing ekonomi yang berkelanjutan di suatu negara.” kata Christos, dalam keterangan resmi, dikutip Minggu (10/11/2024).
STI merupakan penelitian yang mengukur apakah perdagangan ekonomi suatu negara sudah mampu menyeimbangkan tiga pilar keberlanjutan: pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan pengelolaan lingkungan.
Indeks menunjukkan beberapa negara telah berhasil melakukan perdagangan berkelanjutan; mendorong nilai perdagangan, tapi sambil tetap membangun ketahanan lingkungan mereka.
Rapor merah Indonesia
Christos menjelaskan skor yang menjadi penentu peringkat pada Hinrich-IMD STI 2024 diukur berdasarkan 72 poin data yang dibagi menjadi tiga kategori utama; ekonomi, sosial, dan lingkungan.
“Laporan ini pun memberikan paparan sejumlah perbaikan yang perlu dilakukan Indonesia di sejumlah sektor tersebut untuk memperbaiki skor perdagangan berkelanjutan,” jelasnya.
Indikator ekonomi menunjukkan seberapa efektif strategi suatu negara bisa untuk memanfaatkan kesempatan perdagangan global.
Dari sektor ekonomi, tiga hal yang harus mendapat perhatian adalah soal inovasi teknologi yang menempati skor terendah (5,27) diikuti oleh nilai ekspor barang dan jasa (skor 7,02) dan kredit domestik untuk sektor swasta (berdasarkan persentase Produk Domestik Bruto/ PDB) dengan skor 10,19.
Negara dengan infrastruktur teknologi yang kuat, kebijakan perdagangan yang efisien, termasuk kebijakan tarif yang kompetitif cenderung meningkatkan daya saing perdagangan dan menarik investasi asing. Hong Kong, Amerika Serikat, Korea Selatan, China, dan Inggris unggul di sektor ini.
Christos menuturkan, faktor sosial mengukur dukungan pengembangan sumber daya manusia untuk mendorong daya saing berkelanjutan.
Advertisement
Rapor Merah Indonesia
Di sektor sosial, rapor merah Indonesia ada pada angka harapan hidup saat lahir yang ada di skor 12,15 dengan umur rata-rata 68,3 tahun. Faktor lain yang perlu mendapat perhatian adalah soal stabilitas politik (skor 28) dan pencapaian pendidikan (skor 26,27).
Pendidikan menjadi salah satu poin penting di sektor sosial, karena menjadi bekal keahlian dan fleksibilitas tenaga kerja untuk menghadapi tantangan ekonomi dan sigap mengambil kesempatan.
Negara-negara seperti Selandia Baru, Kanada, Australia, Taiwan, dan Singapura menjadi contoh terbaik pengembangan infrastruktur sosial yang tangguh guna mendukung daya saing perdagangan jangka panjang.
Faktor lingkungan mengevaluasi apakah suatu negara sudah mengelola sumber daya alam dan mengurangi dampak lingkungan dari kegiatan ekonominya, khususnya terkait perdagangan global.
Untuk sektor ini, Indonesia perlu melakukan perbaikan pengelolaan air limbah (skor 23,27), pengembangan energi terbarukan (skor 26,4), dan perbaikan deforestasi (28,54).
Selandia Baru, Inggris, Filipina, Meksiko, dan Australia berhasil menjadi negara dengan skor tinggi di sektor ini. Mereka memiliki kebijakan dan komitmen lingkungan yang lebih tegas dibanding negara lain.