Menghormati Pahlawan Literasi di Perbatasan

Para pejuang literasi di perbatasan Indonesia terus bergerak.

oleh Ajang NurdinEdhie Prayitno Ige diperbarui 12 Nov 2024, 00:00 WIB
Komunitas Lingkar Pena Batam saat menggelar Lapak Baca di Dataran Engku Putri. Foto: liputan6.com/ajang nurdin 

Liputan6.com, Batam - Modernisasi dan derasnya teknologi digital, perjuangan untuk menghidupkan literasi tetap bergema di kawasan perbatasan Indonesia. 

Salah satu komunitas yang gigih merawat semangat literasi saat ini di Provinsi Kepri, Batam yakni Forum Lingkar Pena (FLP) Batam. Sejak berdiri pada 1999, FLP Batam yang saat itu provinsi Riau telah menjadi bagian penting dari gerakan literasi nasional, dengan tujuan mengajak masyarakat untuk mencintai buku dan kegiatan menulis di tengah tantangan era digital terutama di daerah Perbatasan, Indonesia-Singapura-Malaysia.

Asri Wiji, Ketua FLP Batam, menuturkan bahwa FLP di Kota Batam tidak sebesar cabang-cabang di kota besar lainnya. Asri mengingatkan betapa pentingnya mewarisi semangat juang para pahlawan melalui literasi.

“Kemerdekaan yang kita nikmati saat ini adalah buah perjuangan mereka. Sekarang, tugas kita adalah mempertahankan kemerdekaan itu melalui perjuangan di bidang literasi,” kata Asri kepada Sabtu (9/11/2024).

Kota Batam, sebagai kota industri, memang dipenuhi oleh pendatang yang fokus pada pekerjaan. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi FLP untuk menghidupkan semangat membaca dan menulis di tengah masyarakat khususnya di wilayah hinterland atau pesisir.

Menurut Asri, kegiatan literasi seperti "Read Aloud Batam" yang fokus pada membacakan cerita kepada anak-anak, sangat penting untuk mengembangkan minat baca sejak dini.

Sementara itu, Mang Anto, seorang aktivis literasi yang juga memiliki toko buku bekas di Batam, berbagi kisah. Menurut Mang Anto, menjaga minat baca di wilayah perbatasan seperti Kepri tidaklah mudah.

“Batam adalah kota perbatasan dengan akses yang terbatas ke beberapa pulau terpencil. Itu menjadi tantangan besar bagi penggiat literasi," kata Mang Anto. 

Selain akses, keberlanjutan kegiatan literasi di Batam kerap terhambat oleh minimnya sumber daya manusia. Banyak relawan literasi adalah mahasiswa yang aktif hanya selama masa kuliah, lalu kembali ke daerah asal mereka setelah lulus atau mendapat pekerjaan.

Meski menghadapi banyak tantangan, Asri maupun Mang Anto tidak pernah menganggap perjuangan mereka sebagai beban. Justru, bagi mereka, kegiatan ini penuh dengan kebahagiaan.

“Bagi saya, tak ada duka. Semua ini adalah pengalaman indah yang dipenuhi dengan suka cita,” kata Asri.

Bagi FLP Batam, literasi adalah wujud nyata dari pengabdian dan upaya untuk memajukan masyarakat.

"Dengan literasi, kita hidupkan kembali perjuangan para pahlawan, dan kami akan terus berupaya menjaga api literasi di Batam dan Kepri tetap menyala," kata Asri penuh optimisme.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya