Kisah Tragis Muhallam bin Jazamah yang Jenazahnya Ditolak Bumi Tiga Kali, Ini Penyebabnya Ungkap Gus Baha

us Baha menceritakan kisah seorang di zaman Rasulullah yang dikenal dengan nama Muhallam bin Jassamah. Orang ini terlibat dalam peristiwa yang kemudian menjadi pelajaran bagi umat Islam tentang pentingnya memahami hakikat iman dan hati seseorang.

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Nov 2024, 12:30 WIB
KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) (SS TikTok)

Liputan6.com, Jakarta - Peristiwa tentang jenazah yang ditolak bumi hingga tiga kali memang terdengar mengejutkan, terutama bagi umat Islam yang mengimani pentingnya pengampunan dan kasih sayang. Cerita ini, yang diuraikan oleh KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau yang dikenal dengan Gus Baha, mengandung pesan moral yang sangat mendalam tentang hati dan keikhlasan dalam beragama.

Dalam video yang diunggah di kanal YouTube @channelmadrasah4429, Gus Baha menceritakan kisah seseorang yang merupakan salah satu sahabat Nabi SAW, yang dikenal dengan nama Muhallam bin Jassamah. Orang ini terlibat dalam peristiwa yang kemudian menjadi pelajaran bagi umat Islam tentang pentingnya memahami hakikat iman dan hati seseorang.

Gus Baha mengawali kisah ini dengan menceritakan bahwa Muhallam bin Jasamah, dalam suatu peperangan, membunuh seorang pria bernama Amir bin Abad. Saat itu, Amir bin Abad yang terdesak akhirnya melafalkan kalimat , “La ilaha illallah Muhammadur Rasulullah,” sebagai tanda keimanannya. Namun, Muhallam tetap melanjutkan serangannya dan mengakhiri nyawa Amir meskipun kalimat syahadat sudah diucapkan.

Ketika tindakan Muhallam sampai ke telinga Rasulullah, Rasulullah memanggilnya untuk meminta penjelasan. Dengan penuh rasa ingin tahu, Rasulullah bertanya mengapa Muhallam tetap membunuh Amir padahal ia telah mengucapkan kalimat itu. Muhallam menjawab bahwa Amir hanya melafalkannya karena ingin berlindung dari serangan, bukan sebagai tanda keimanan yang tulus.

Mendengar jawaban ini, Rasulullah memberikan respons yang tegas namun bijaksana. Rasulullah tidak menunjukkan amarah, namun ia bertanya kepada Muhallam, "Bagaimana kamu bisa tahu isi hatinya? Apakah kamu bisa membedah hati seseorang dan melihat apa yang sebenarnya ia rasakan?"

 

Simak Video Pilihan Ini:


Tak Bisa Andalkan Prasangka, Ini Akibatnya

Suasana Pameran Artefak Rasulullah dan Sahabat Nabi di Padepokan Welas Asih, Parung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Minggu (26/7/2020). Pameran ini bertujuan sebagai syiar untuk lebih menumbuhkan kecintaan kepada Rasulullah SAW yang menjadi suri teladan kaum muslim di dunia. (merdeka.com/Arie Basuki)

Muhallam kemudian berargumen, "Bagaimana mungkin saya tahu isi hati seseorang meskipun saya membedahnya?" Pernyataan ini menunjukkan bahwa Muhallam tidak benar-benar memahami pesan Rasulullah tentang prasangka baik.

Rasulullah menjawab dengan nada lembut namun penuh makna, mengatakan bahwa jika seseorang tidak mampu melihat isi hati orang lain, maka seyogyanya ia hanya menilai dari apa yang terlihat di luar. Kata-kata ini menekankan pentingnya menghormati ucapan seseorang, terutama ketika berhubungan dengan keimanan dan ketulusan dalam beragama.

Namun, tindakan Muhallam tetap dianggap sebagai pelanggaran serius karena ia tidak mengindahkan pesan Rasulullah dan tetap berpegang pada prasangkanya sendiri. Sebagai akibat dari tindakannya, ketika Muhallam wafat, tubuhnya tidak diterima oleh bumi.

Setiap kali ia dimakamkan, bumi menolaknya dan memuntahkannya kembali hingga tiga kali.

Gus Baha menjelaskan bahwa bumi sebenarnya sering menampung orang-orang yang lebih buruk dari Muhallam. Bumi menerima para penguasa tiran seperti Namrud, serta tokoh-tokoh seperti Abu Jahal dan Abu Lahab yang dikenal memusuhi Islam. Namun, dalam kasus Muhallam, bumi menolak untuk menampungnya sebagai tanda peringatan dari Allah.

Menurut Gus Baha, kisah ini menunjukkan betapa pentingnya menghormati keimanan dan perasaan orang lain. Allah ingin menunjukkan bahwa tindakan menghakimi orang berdasarkan prasangka tanpa melihat hatinya adalah kesalahan besar, dan bumi menolak Muhallam sebagai pengingat untuk tidak mengulangi kesalahan serupa.


Pelajaran Dari Kisah Ini

ilustrasi kondisi zaman kenabian (Sumber: Instagram/lyodraofficial)

Gus Baha juga menekankan bahwa kisah ini mengajarkan umat Islam untuk selalu introspeksi dan berhati-hati dalam menilai orang lain. Meski seseorang terlihat tidak tulus dalam keimanannya, tetap bukan hak manusia untuk menghakimi, karena hanya Allah yang Maha Mengetahui isi hati setiap hamba-Nya.

Cerita ini memberikan pelajaran berharga tentang bagaimana seharusnya seorang Muslim bersikap terhadap sesama. Rasulullah selalu menekankan pentingnya menjaga prasangka baik dan memberikan kesempatan bagi setiap orang untuk bertobat dan berbuat baik, tanpa perlu mempertanyakan ketulusan hati mereka.

Pada akhirnya, Gus Baha mengingatkan bahwa manusia tidak memiliki kemampuan untuk menilai ketulusan orang lain sepenuhnya. Apa yang tampak di luar hanyalah sebagian kecil dari keseluruhan jiwa seseorang, dan prasangka yang terburu-buru bisa membawa pada kesalahan besar.

Menurut Gus Baha, perilaku seperti yang ditunjukkan oleh Muhallam dalam kisah ini merupakan contoh nyata bahwa kesombongan dalam menilai orang lain bisa menjadi penghalang bagi seseorang untuk diterima di sisi Allah. Rasulullah memberikan nasihat agar setiap Muslim menghormati orang lain dengan tulus, menghindari prasangka buruk, dan tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan berdasarkan apa yang terlihat.

Dalam penutup kisahnya, Gus Baha mengajak umat Islam untuk mengambil hikmah dari peristiwa ini. Kisah Muhallam bin Jassamah adalah pengingat abadi tentang pentingnya berprasangka baik, berhati-hati dalam menilai keimanan orang lain, dan selalu memohon bimbingan Allah dalam menjaga hati dan niat.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya