Kepemilikan Bitcoin MicroStrategy Sentuh Rp 321,4 Triliun

Bitcoin milik MicroStrategy kini bernilai USD 20,54 miliar atau setara Rp 321,4 triliun.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 11 Nov 2024, 10:36 WIB
Dana simpanan Bitcoin (BTC) milik firma intelijen bisnis, MicroStrategy baru saja melampaui USD 20 miliar(Foto By AI)

Liputan6.com, Jakarta - Dana simpanan Bitcoin (BTC) milik firma intelijen bisnis, MicroStrategy baru saja melampaui USD 20 miliar (Rp.312,9 triliun).

Kenaikan ini didorong oleh lonjakan harga Bitcoin yang melebihi USD 80.000 (Rp 1,2 miliar). Mengutip Cointelegraph, Senin (11/11/2024) data Saylor Tracker, yang dinamai menurut ketua eksekutif MicroStrategy Michael Saylor menunjukkan Bitcoin milik MicroStrategy kini bernilai USD 20,54 miliar atau setara Rp.321,4 triliun, menjadikan perusahaan tersebut di posisi lebih dari 104% dalam strategi investasi Bitcoin-nya.

Perusahaan penyimpanan Bitcoin tersebut telah membeli Bitcoin sebanyak 42 kali dengan biaya rata-rata dolar sebesar USD 39.292 (Rp.615 juta), menurut data dari Bitcoin Treasuries.

MicroStrategy juga menjadi pemegang Bitcoin korporat terbesar sejauh ini, diikuti oleh penambang Bitcoin Marathon Digital dan Riot Platforms, yang masing-masing memegang Bitcoin senilai USD 2,1 miliar (Rp 32,8 triliun) dan USD 840 juta (Rp 13,1 triliun).

MicroStrategy juga berupaya untuk mengumpulkan dana sebesar USD 42 miliar selama tiga tahun ke depan untuk menyimpan lebih banyak Bitcoin di bawah rencana 21/21, yang terdiri dari ekuitas senilai USD 21 miliar (Rp 328,6 triliun) dan sekuritas pendapatan tetap senilai USD 21 miliar.

Adapun harga Bitcoin saat ini di kisaran USD 81.617, tertinggi sepanjang masa, menurut CoinGecko. Peningkatan ini juga menguntungkan pemegang Bitcoin utama lainnya.

Kepemilikan Bitcoin di Bhutan kini telah mencapai lebih dari USD 1 miliar (Rp.15,6 triliun), menurut firma analitik blockchain Arkham Intelligence.

Bhutan telah membangun operasi penambangan Bitcoin skala besar dan tampaknya menggunakan aset kripto tersebut sebagai cadangan mata uang strategis. Kepemilikan Bitcoin di negara tersebut mencapai 32% dari produk domestik brutonya yang mencapai USD 3,15 miliar, menurut Dana Moneter Internasional, dalam data per Oktober 2024.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

 


El Salvador Kantongi Bitcoin Senilai Rp 7,5 Triliun

Ilustrasi bitcoin dan ethereum (Foto: Unsplash/Thought Catalog)

Sementara itu, El Salvador juga menuai hasil dari strategi investasi Bitcoinnya, dengan simpanan 5.930 BTC yang sekarang bernilai lebih dari USD 482 juta atau sekitar Rp.7,5 triliun, data Drop Stab menunjukkan.

Negara tersebut naik 80% dari investasi Bitcoinnya dengan hampir USD 214 juta dalam laba yang belum direalisasi.

Namun, hal itu tidak selalu berjalan mulus.

El Salvador memulai strategi investasi Bitcoinnya dua bulan sebelum harga Bitcoin mencapai puncaknya pada siklus 2020-2021, dengan kritik yang meluas setelah pasar yang lebih luas anjlok pada tahun 2022.

Negara itu terus menggunakan biaya rata-rata dolar untuk membeli Bitcoin dengan tepat 1 Bitcoin per hari. El Salvador juga menumpuk Bitcoin melalui program paspornya dan pendapatan dari usaha penambangan Bitcoin yang sangat besar.


Pajak Keuntungan Bitcoin di Italia Bakal Naik 42%

Ilustrasi aset kripto Bitcoin. (Foto By AI)

Sebelumnya, Menteri ekonomi Italia, Giancarlo Giorgetti mengatakan siap untuk meninjau proposal untuk menaikkan pajak atas keuntungan modal mata uang kripto, setelah mendapat tekanan dari beberapa anggota parlemen di partainya sendiri untuk membatalkan rencana tersebut.

Berdasarkan anggaran 2025, yang akan disetujui oleh parlemen pada akhir Desember, Departemen Keuangan bermaksud untuk menaikkan pajak atas keuntungan modal dari mata uang kripto seperti bitcoin menjadi 42 persen dari 26 persen.

"Saya bersedia mempertimbangkan berbagai bentuk perpajakan bagi orang-orang yang menyimpan investasi dalam portofolio mereka," kata Giorgetti, dikutip dari Yahoo Finance, Sabtu (9/11/2024). 

Langkah tersebut diharapkan dapat menghasilkan tambahan USD 18,03 juta atau setara Rp 280,3 miliar (asumsi kurs Rp 15.574 per dolar AS per tahun. 

Meskipun tingkat pendapatan yang akan dihasilkan oleh langkah tersebut relatif kecil di negara dengan total pengeluaran anggaran yang mencapai lebih dari 800 miliar euro, hal itu telah memicu kritik dari dalam partai Liga milik Giorgetti sendiri.

Anggota parlemen Giulio Centemero mengatakan kenaikan pajak seperti itu akan kontraproduktif dan menyerukan dialog mendalam dengan para pelaku pasar mengenai masalah tersebut.


Donald Trump Menang di Pilpres AS 2024, Harga Bitcoin Berpotensi di Level Segini

Ilustrasi Bitcoin (Liputan6.com/Sangaji)

Sebelumnya, penurunan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (the Fed) turut mendongkrak likuditas bitcoin. Dana yang diperdagangkan di bursa bitcoin (ETF) AS mencatat lebih dari USD 1,3 miliar pemasukan bersih pada Kamis, 7 November 2024. 

Catatan itu memecahkan rekor Maret 2024 sebesar USD 1,1 miliar. Dengan latar belakang tersebut, para pedagang sangat gembira tentang prospek bitcoin. Itu diperkirakan akan segera bisa menembus level harga di atas USD 100 ribu.

"Melihat lebih jauh dari itu, kami yakin AS setidaknya bakal menambahkan Bitcoin ke dalam neraca keuangannya. Mengingat hal ini, target kami harga bitcoin berada di kisaran USD 110 ribu, analis Presto Research Investment Min Jung, dikutip dari laman Coindesk.

Sementara senior market analyst FxPro Alex Kuptsikevich mengakui, mata uang kripto memang mengalami reli tajam setelah hasil Pemilu AS. Lonjakan berikutnya diperkirakan bisa terjadi jika bitcoin bisa mempertahankan harga puncaknya saat ini. 

"Secara umum, kami berpegang pada gagasan bahwa titik tertinggi baru telah memicu gelombang pertumbuhan baru yang kuat. Dengan potensi naik ke USD 100-110 ribu dalam 2-3 bulan tanpa guncangan yang signifikan," ungkapnya. 

Di sisi lain, beberapa pedagang memperingatkan adanya kemunduran jangka pendek, meskipun mereka secara umum tetap optimistis terhadap BTC.

"Investor mulai menarik kembali beberapa perdagangan yang terkenal imbas positif Trump. Dolar telah membalikkan sebagian besar keuntungan pasca-pemilu AS, dan imbal hasil Treasury telah kembali ke kisaran baru-baru ini setelah sedikit naik turun," kata QCP Capital. 

"Karena pasar mempertimbangkan tarif 60 persen yang diusulkan Trump terhadap China, dan masalah fiskal seperti meningkatnya utang nasional. Kami memperkirakan BTC akan memiliki premi risiko yang lebih rendah dibandingkan dengan ekuitas, yang berpotensi memposisikannya untuk mengungguli aset berisiko lainnya," tuturnya.

INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya