Cegah Overtourism, Pompeii Italia Batasi Kunjungan Turis Hanya 20 Ribu Orang per Hari

Satu per satu destinasi di dunia menerapkan pembatasan jumlah kunjungan wisatawan untuk mengendalikan overtourism. Itu juga berlaku di Pompeii, Italia.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 11 Nov 2024, 17:30 WIB
(dok. Handout / Parco Archeologico di Pompei press office / AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Taman arkeologi Pompeii membatasi jumlah turis yang dapat mengunjungi situs terkenal di Italia tersebut. Mulai pekan depan, pengelola membatasi jumlah kunjungan ke kota kuno Romawi itu hanya 20 ribu orang per hari untuk mengendalikan overtourism.

Pengaturan juga meliputi pembagian slot waktu berbeda selama puncak musim panas. Pejabat mengatakan bahwa mereka juga bakal memberlakukan tiket personal yang berisi nama lengkap pengunjung mulai 15 November 2024. 

Pembatasan ini dilakukan setelah lebih dari 36.000 orang mengunjungi Pompeii dalam satu hari pada Minggu gratis bulan lalu, seperti dilaporkan Sky News. Direktur taman, Gabriel Zuchtriegel, mengatakan bahwa pengunjung ke situs arkeologi utama sekarang rata-rata melebihi 15.000 hingga 20.000 setiap hari, dan batas harian baru akan mencegah jumlah kunjungan turis meningkat tidak terkendali.

"Kami sedang mengerjakan serangkaian proyek untuk mengurangi tekanan manusia di situs ini, yang dapat menimbulkan risiko baik bagi pengunjung maupun warisan yang sangat unik dan rapuh ini," kata Zuchtriegel, dikutip dari laman news.com.au, Senin (11/11/2024).

Mereka juga menyiapkan skema menarik wisatawan ke situs kuno lainnya yang terhubung dengan Pompeii, seperti Stabiae, Oplontis, dan Boscoreale, dengan layanan bus antar-jemput gratis. Langkah-langkah untuk mengelola arus dan keselamatan serta personalisasi kunjungan adalah bagian dari strategi bertajuk Greater Pompeii.

"Kami menargetkan pariwisata yang lambat, berkelanjutan, menyenangkan, dan tidak massal, dan terutama tersebar luas di seluruh wilayah sekitar situs UNESCO, yang penuh dengan permata budaya untuk ditemukan," kata Zuchtriegel lagi.

 


Temuan Baru yang Mengubah Sejarah

Gambar selebaran yang dirilis pada 8 Desember 2023 oleh taman arkeologi Pompeii ini, menunjukkan area Regio IX di situs tempat ditemukannya "penjara toko roti", demikian diumumkan taman arkeologi pada hari yang sama. (Handout / POMPEII ARCHAEOLOGICAL PARK / AFP)

Pompeii adalah kota Romawi kuno di Italia yang hancur akibat letusan Gunung Vesuvius pada 17 Oktober tahun 79 Masehi, bukan pada 24 Agustus seperti yang diperkirakan sebelumnya menurut sebuah prasasti di tempat itu. Prasasti yang dimaksud berupa tulisan tangan penduduk Pompeii di sebuah bangunan.

Mengutip kanal Global Liputan6.com, tulisan itu terdapat di tembok sebuah rumah yang tampaknya sedang direnovasi, tepat sebelum Gunung Vesuvius di dekatnya meletus, mengubur Pompeii di bawah selimut tebal abu dan batu.

"Tanggal tersebut dituliskan pada 16 hari sebelum hari pertama bulan November (yang berarti 17 Oktober), dengan arang, rapuh dan cepat berlalu dari ingatan karena tidak dapat bertahan lama," kata Massimo Osanna, kepala arkeolog yang meneliti situs tersebut, kepada media Italia, ANSA, dikutip dari The Guardian, Rabu, 17 Oktober 2018.

Pompeii dan Herculaneum sebelumnya diduga telah musnah karena letusan Gunung Vesuvius pada 24 Agustus 79 Masehi, berdasarkan tulisan-tulisan kontemporer dan temuan arkeologis. Namun, bukti baru seperti buah-buahan musim gugur yang masih menggantung di ranting pohon --yang juga ditemukan di reruntuhan bangunan-- telah menyiratkan bahwa bencana tersebut tidak melanda pada puncak musim panas.

"Hari ini, dengan segala kerendahan hati, mungkin kami akan menulis ulang buku-buku sejarah, karena kami telah menemukan tanggal letusan (Gunung Vesuvius), yaitu paruh kedua bulan Oktober," kata Menteri Kebudayaan Italia, Alberto Bonisoli.


Pompeii Diguncang Gempa Dahsyat

Gambar yang dirilis pada 26 Desember 2020 menunjukkan termopolium, semacam konter "makanan cepat saji" pinggiran jalan (street food) pada era Romawi kuno, di Pompeii. Dikenal sebagai termopolium, bahasa Latin untuk konter makanan dan minuman panas. (Luigi Spina/Parco Archeologico di Pompei via AP)

Pompeii bukan sekali hancur lebur. Pada 5 Februari tahun 62 Masehi, Pompeii yang dikenal sebagai kota makmur dan megah di kaki Gunung Vesuvius, Italia, porak poranda. Bencana alam berupa gempa menghancurkan nyaris semua yang dibangun oleh warga. 

Rumah-rumah rubuh, patung-patung besar dari perunggu retak, bahkan kuil-kuil para dewa tak selamat. Orang-orang tumpah ke jalanan dengan pandangan kosong tak berdaya. Mereka bertanya, "Apa yang sesungguhnya sedang terjadi?" 

Tak diketahui pasti apakah ada korban manusia kala itu. Namun, ratusan domba ditemukan mati secara misterius. Tak ada yang tahu kenapa. Kota dicekam horor dan ketidakpastian. 

Di era modern, ilmu pengetahuan menjelaskan bahwa gempa besar adalah hasil dari aktivitas tektonik. Italia berada di zona subduksi antara lempeng Afrika dan Eurasia. Namun, bagaimana penduduk Romawi kuno memahami bencana itu? 

Seorang filsuf, Seneca menuliskan kesaksian sekaligus telaahnya. "Udara yang terperangkap dalam Bumi adalah penyebab gempa. Saat bergerak di dalam tanah, ia akan menyebabkan tremor dan melepaskan uap beracun. Uap tersebut mungkin membunuh domba-domba itu," demikian kesimpulannya seperti dikutip dari situs University of Houston. 

"Kematian ada di mana-mana," kata Seneca. Ia benar.


Dibangun Kembali yang Bikin Lupa

Kerangka Korban Pompeii (@pompeii_sites/Twitter).

Setelah bencana itu, Pompeii dibangun kembali, lebih megah, indah, dan maju. Warganya yang sudah lupa dengan bencana, sibuk dengan urusan sehari-hari. Rumah-rumah bordil kembali beroperasi. Dunia malam pun semarak. 

Namun, semua itu hanya bertahan 17 tahun. "Vesuvius (kemudian) mengangkat tangannya, berucap, 'Kita akan bertemu," demikian lirik lagu The Earthquake 62 A.D yang dinyayikan band rock progresif asal Jerman, Triumvirat. 

Pada akhirnya, cahaya Pompeii lenyap selamanya. Kota itu mati. Para ilmuwan berpendapat, gempa yang terjadi di tahun 62 Masehi adalah pendahuluan untuk malapetaka yang jauh lebih buruk: letusan gunung berapi.

Pada 24 Agustus 79 -- tanggal menurut versi awal --Gunung Vesuvius meletus dahsyat. Awan panas, hujan batu, dan abu yang membara mengubur Pompeii, dan tragisnya, mengabadikan saat-saat terakhir orang-orang yang ada di dalamnya.

Baru 1.600 kemudian, secara tak sengaja, Pompeii ditemukan. Penggalian arkeologis menemukan jasad-jasad manusia yang diawetkan oleh abu, dengan segala pose. Menguak jalanan beku, tempat pelacuran yang dipenuhi fresko erotis, dan patung-patung dengan pose mesum -- menggambarkan gaya hidup bebas para penghuninya yang membuat Pompeii dijuluki 'kota maksiat'.

 


House of Lovers Terkenal di Pompeii Kembali Dibuka

Pemandangan Via di Nola yang berbatu, Pompeii, Italia, Senin (25/11/2019). Saat ditemukan, abu letusan Gunung Vesuvius yang membungkus Kota Pompeii mencapai ketebalan 4-6 meter sehingga menjadikannya kota kedap udara. (Filippo MONTEFORTE/AFP)

Salah satu objek favorit pengunjung di Pompeii adalah House of Lovers. Tempat tersebut kembali dibuka pada 2020 setelah direstorasi selama 40 tahun. House of Lovers" ditutup untuk pengunjung pada tahun 1980 setelah mengalami kerusakan akibat gempa bumi.

Melansir dari CNN, Rabu, 19 Februari 2020, nama “House of Lovers” berasal dari sebuah prasasti di bangunan yang bertuliskan, "Amantes, ut apes, vitam melitam exigunt (Pecinta memimpin, seperti lebah, kehidupan semanis madu)."

Bangunan tersebut saat ini telah dibuka kembali sebagai bagian dari proyek restorasi Great Pompeii yang diluncurkan pada 2014 dengan tujuan menjaga kota kuno. Melalui unggahan di akun Twitter Kementerian Kebudayaan Italia, dikatakan bahwa sekitar Rp 1,5 triliun sejauh ini telah digelontorkan untuk dana bangunan, juga Rp 739 juta telah dialokasikan untuk pekerjaan lanjutan jika memungkinkan.

Menteri Italia untuk warisan budaya dan kegiatan pariwisata Dario Franceschini mengatakan, "Pompeii adalah kisah kelahiran kembali dan pembebasan, sebuah model bagi seluruh Eropa dalam pengelolaan dana masyarakat.”

"Tempat di mana penelitian dan penggalian arkeologis baru kembali, semua berkat karya panjang dan sunyi dari banyak ahli warisan budaya yang telah berkontribusi pada hasil luar biasa yang bisa dilihat oleh semua orang dan yang merupakan sumber kebanggaan bagi Italia."

Infografis Destinasi wisata berkelanjutan di Indonesia dan dunia (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya