Meninggal Selasa Kliwon Menurut Primbon, Dianggap Baik atau Buruk?

Mengungkap misteri di balik kepercayaan meninggal di hari Selasa Kliwon menurut primbon Jawa. Simak mitos, fakta, dan penjelasan ilmiahnya di sini.

oleh Liputan6 diperbarui 12 Nov 2024, 10:43 WIB
meninggal selasa kliwon menurut primbon ©Ilustrasi dibuat AI

Liputan6.com, Jakarta Dalam budaya Jawa, hari Selasa Kliwon kerap dianggap sebagai hari yang sakral dan penuh misteri. Salah satu kepercayaan yang masih berkembang hingga kini adalah mitos seputar kematian di hari Selasa Kliwon. Banyak orang Jawa yang meyakini bahwa meninggal di hari tersebut memiliki makna khusus dan bisa membawa dampak tertentu. Namun, benarkah demikian? Mari kita telusuri lebih dalam mengenai fenomena meninggal Selasa Kliwon menurut primbon Jawa.


Pengertian Selasa Kliwon dalam Penanggalan Jawa

Sebelum membahas lebih jauh tentang mitos kematian di hari Selasa Kliwon, penting untuk memahami terlebih dahulu konsep penanggalan Jawa. Dalam sistem kalender Jawa, terdapat dua siklus yang berjalan bersamaan, yaitu siklus 7 hari (Senin-Minggu) dan siklus 5 hari pasaran (Legi, Pahing, Pon, Wage, Kliwon).

Selasa Kliwon terjadi ketika hari Selasa dalam siklus 7 hari bertemu dengan pasaran Kliwon dalam siklus 5 hari. Pertemuan ini hanya terjadi sekali setiap 35 hari. Dalam kepercayaan Jawa, Selasa Kliwon dianggap memiliki energi spiritual yang kuat dan sering dikaitkan dengan hal-hal mistis.

Beberapa karakteristik Selasa Kliwon menurut primbon Jawa:

  • Dianggap sebagai hari keramat dan penuh misteri
  • Memiliki neptu (nilai numerologi) yang tinggi: Selasa (3) + Kliwon (8) = 11
  • Sering dikaitkan dengan aktivitas spiritual dan ritual mistis
  • Dipercaya sebagai waktu yang tepat untuk melakukan semedi atau tirakat
  • Ada yang meyakini bahwa makhluk halus lebih aktif pada hari ini

Dengan karakteristik tersebut, tidak mengherankan jika banyak mitos dan kepercayaan yang berkembang seputar peristiwa-peristiwa yang terjadi di hari Selasa Kliwon, termasuk kematian.


Mitos Seputar Kematian di Hari Selasa Kliwon

Berbagai mitos dan kepercayaan telah berkembang di masyarakat Jawa terkait orang yang meninggal pada hari Selasa Kliwon. Beberapa di antaranya adalah:

  1. Membawa sial bagi keluarga yang ditinggalkan

    Ada anggapan bahwa kematian di hari Selasa Kliwon bisa mendatangkan kesialan atau musibah bagi keluarga yang ditinggalkan. Beberapa orang percaya bahwa hal ini bisa berlangsung hingga beberapa generasi.

  2. Arwah gentayangan dan sulit mencapai alam baka

    Mitos lain menyebutkan bahwa arwah orang yang meninggal di hari Selasa Kliwon akan sulit mencapai alam baka dan cenderung gentayangan di dunia. Hal ini dipercaya bisa mengganggu orang-orang yang masih hidup.

  3. Menjadi tumbal dan "mengajak" orang lain

    Kepercayaan yang cukup mengerikan adalah anggapan bahwa orang yang meninggal di Selasa Kliwon akan menjadi semacam tumbal dan bisa "mengajak" orang lain untuk ikut meninggal dalam waktu dekat.

  4. Jenazah menjadi incaran pelaku ilmu hitam

    Ada pula mitos bahwa jenazah orang yang meninggal di hari Selasa Kliwon sangat diincar oleh para dukun atau pelaku ilmu hitam untuk dijadikan jimat atau media ritual tertentu.

  5. Kematian penuh misteri

    Beberapa orang percaya bahwa kematian yang terjadi di hari Selasa Kliwon selalu diselimuti misteri dan tidak terjadi secara alami, melainkan karena faktor supernatural.

Meski terdengar menakutkan, penting untuk diingat bahwa semua ini hanyalah mitos yang belum terbukti kebenarannya secara ilmiah. Namun, kepercayaan-kepercayaan ini telah mempengaruhi cara sebagian masyarakat Jawa dalam menyikapi kematian yang terjadi di hari Selasa Kliwon.


Tradisi dan Ritual Terkait Kematian di Hari Selasa Kliwon

Sebagai respons terhadap mitos-mitos tersebut, beberapa tradisi dan ritual khusus sering dilakukan oleh masyarakat Jawa ketika ada orang yang meninggal di hari Selasa Kliwon. Beberapa di antaranya adalah:

  1. Penjagaan makam

    Salah satu tradisi yang paling umum adalah menjaga makam orang yang meninggal di hari Selasa Kliwon selama beberapa hari, biasanya 7 hingga 40 hari. Hal ini dilakukan untuk melindungi jenazah dari pencurian atau penyalahgunaan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

  2. Ritual khusus pemakaman

    Beberapa daerah memiliki ritual khusus dalam proses pemakaman jenazah yang meninggal di hari Selasa Kliwon. Misalnya, dengan membacakan doa-doa tertentu atau menaburkan bunga-bunga khusus di atas makam.

  3. Penyediaan sesajen

    Sebagian masyarakat masih mempraktikkan tradisi menyediakan sesajen di sekitar rumah atau makam orang yang meninggal di hari Selasa Kliwon. Sesajen ini dipercaya bisa menenangkan arwah dan mencegah hal-hal buruk terjadi.

  4. Tahlilan dan pengajian

    Bagi keluarga Muslim, seringkali diadakan tahlilan atau pengajian khusus yang lebih intensif untuk mendoakan arwah orang yang meninggal di hari Selasa Kliwon.

  5. Penundaan acara-acara besar

    Beberapa keluarga memilih untuk menunda acara-acara besar seperti pernikahan atau khitanan selama beberapa waktu setelah ada anggota keluarga yang meninggal di hari Selasa Kliwon.

Meski tradisi-tradisi ini masih dipraktikkan di beberapa daerah, banyak juga masyarakat Jawa modern yang sudah tidak lagi mengikutinya. Mereka lebih memilih untuk fokus pada ajaran agama dalam menyikapi kematian, terlepas dari hari terjadinya.


Pandangan Ilmiah dan Agama Terhadap Mitos Kematian Selasa Kliwon

Meski mitos seputar kematian di hari Selasa Kliwon masih dipercaya oleh sebagian masyarakat, penting untuk melihatnya dari sudut pandang ilmiah dan agama. Berikut beberapa perspektif yang perlu dipertimbangkan:

  1. Pandangan ilmiah

    Secara ilmiah, tidak ada bukti yang menunjukkan adanya korelasi antara hari kematian seseorang dengan nasib atau kejadian-kejadian supernatural. Kematian adalah proses biologis yang terjadi karena berbagai faktor medis, dan tidak ada hubungannya dengan penanggalan tertentu.

  2. Perspektif agama Islam

    Dalam ajaran Islam, kematian dipandang sebagai takdir Allah SWT yang telah ditentukan waktunya. Tidak ada hari tertentu yang dianggap membawa nasib buruk atau baik terkait kematian. Yang terpenting adalah bagaimana seseorang menjalani hidupnya dan mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian.

  3. Pandangan psikologi

    Dari sudut pandang psikologi, kepercayaan terhadap mitos semacam ini bisa dilihat sebagai bentuk coping mechanism atau cara manusia untuk memahami dan menghadapi peristiwa yang sulit dijelaskan, seperti kematian.

  4. Aspek sosiologis

    Secara sosiologis, mitos dan tradisi seputar kematian di hari tertentu bisa dipahami sebagai bagian dari kearifan lokal yang memiliki fungsi sosial, seperti memperkuat ikatan komunitas dan memberikan rasa kebersamaan dalam menghadapi duka.

  5. Tinjauan antropologi

    Dari perspektif antropologi, kepercayaan semacam ini merupakan bagian dari sistem budaya yang kompleks dan memiliki akar sejarah yang panjang. Meski demikian, budaya juga bersifat dinamis dan terus berubah seiring perkembangan zaman.

Dengan mempertimbangkan berbagai sudut pandang ini, kita bisa melihat mitos kematian di hari Selasa Kliwon secara lebih objektif dan bijaksana. Penting untuk menghormati kepercayaan lokal, namun juga perlu bersikap kritis dan tidak membiarkan mitos menimbulkan ketakutan yang berlebihan.


Dampak Psikologis Mitos Kematian Selasa Kliwon

Kepercayaan terhadap mitos kematian di hari Selasa Kliwon bisa membawa dampak psikologis yang cukup signifikan, baik bagi individu maupun masyarakat. Beberapa dampak tersebut antara lain:

  1. Kecemasan berlebihan

    Mitos ini bisa menimbulkan kecemasan yang tidak perlu, terutama bagi mereka yang memiliki anggota keluarga yang sedang sakit parah. Ketakutan akan kematian di hari Selasa Kliwon bisa menambah beban pikiran dan stress.

  2. Perasaan bersalah

    Keluarga yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal di hari Selasa Kliwon mungkin merasa bersalah atau menyalahkan diri sendiri, seolah-olah mereka tidak cukup berusaha untuk mencegah kematian di hari tersebut.

  3. Stigma sosial

    Dalam beberapa kasus, keluarga yang mengalami kematian anggotanya di hari Selasa Kliwon bisa menghadapi stigma sosial dari lingkungan sekitar yang masih kuat mempercayai mitos tersebut.

  4. Konflik internal

    Bagi individu yang berada di antara kepercayaan tradisional dan pemahaman modern, mitos ini bisa menimbulkan konflik internal antara keinginan untuk menghormati tradisi dan dorongan untuk berpikir rasional.

  5. Pengaruh terhadap proses berduka

    Kepercayaan terhadap mitos ini bisa mempengaruhi proses berduka keluarga yang ditinggalkan. Alih-alih fokus pada mengenang kebaikan almarhum dan menerima kepergiannya, mereka mungkin terjebak dalam ketakutan akan dampak buruk dari kematian di hari tersebut.

Mengingat dampak-dampak psikologis ini, penting bagi masyarakat untuk memiliki pemahaman yang lebih seimbang tentang kematian, terlepas dari hari terjadinya. Dukungan sosial dan konseling bisa sangat membantu bagi mereka yang mengalami kecemasan terkait mitos ini.


Cara Menyikapi Mitos Kematian Selasa Kliwon

Menghadapi mitos kematian di hari Selasa Kliwon membutuhkan sikap yang bijaksana dan seimbang. Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menyikapi kepercayaan ini:

  1. Edukasi dan pemahaman

    Penting untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang proses kematian dari sudut pandang ilmiah dan agama. Edukasi ini bisa dilakukan melalui diskusi terbuka, seminar, atau penyebaran informasi melalui media.

  2. Menghormati tradisi tanpa terjebak takhayul

    Kita bisa tetap menghormati tradisi dan kearifan lokal tanpa harus mempercayai mitos-mitos yang tidak berdasar. Misalnya, ritual penjagaan makam bisa dilihat sebagai bentuk penghormatan terhadap almarhum, bukan karena takut akan hal-hal mistis.

  3. Fokus pada nilai-nilai positif

    Alih-alih terpaku pada mitos negatif, lebih baik fokus pada nilai-nilai positif dalam menghadapi kematian, seperti keikhlasan, kesabaran, dan solidaritas antar anggota keluarga dan masyarakat.

  4. Pendekatan rasional dan spiritual

    Mengkombinasikan pendekatan rasional dengan nilai-nilai spiritual bisa membantu menyikapi kematian dengan lebih bijak. Misalnya, memahami proses biologis kematian sambil tetap meyakini bahwa semua adalah kehendak Tuhan.

  5. Dukungan psikologis

    Bagi mereka yang masih merasa cemas atau terbebani oleh mitos ini, dukungan psikologis dari profesional atau kelompok support bisa sangat membantu dalam mengatasi ketakutan dan kecemasan.

Dengan pendekatan yang seimbang, kita bisa menghargai warisan budaya leluhur sambil tetap berpikir kritis dan rasional dalam menghadapi fenomena kematian.


Perkembangan Pandangan Masyarakat Modern Terhadap Mitos Kematian Selasa Kliwon

Seiring perkembangan zaman dan meningkatnya akses terhadap pendidikan dan informasi, pandangan masyarakat terhadap mitos kematian di hari Selasa Kliwon juga mengalami perubahan. Beberapa perkembangan yang dapat diamati antara lain:

  1. Penurunan tingkat kepercayaan

    Generasi muda, terutama di daerah perkotaan, cenderung lebih skeptis terhadap mitos-mitos semacam ini. Mereka lebih mengandalkan penjelasan ilmiah dan rasional dalam memahami fenomena kematian.

  2. Reinterpretasi tradisi

    Beberapa kelompok masyarakat mencoba mereinterpretasi tradisi-tradisi terkait kematian di hari Selasa Kliwon dengan cara yang lebih modern dan rasional, misalnya melihat ritual penjagaan makam sebagai bentuk penghormatan dan bukan karena takut hal-hal mistis.

  3. Dialog antara tradisi dan modernitas

    Terjadi dialog yang lebih terbuka antara pemahaman tradisional dan modern mengenai kematian. Banyak forum diskusi dan seminar yang membahas topik ini dari berbagai sudut pandang.

  4. Peran media sosial

    Media sosial berperan dalam menyebarkan informasi dan membuka diskusi seputar mitos ini. Hal ini memungkinkan pertukaran ide dan pandangan yang lebih luas di masyarakat.

  5. Pendekatan lebih inklusif

    Muncul pendekatan yang lebih inklusif dalam memahami tradisi dan kepercayaan lokal, di mana mitos tidak serta merta ditolak, tapi dipelajari sebagai bagian dari kekayaan budaya dengan tetap bersikap kritis.

Meski demikian, perubahan pandangan ini tidak terjadi secara merata. Di beberapa daerah, terutama di pedesaan, kepercayaan terhadap mitos kematian Selasa Kliwon masih cukup kuat. Hal ini menunjukkan bahwa proses perubahan budaya adalah proses yang kompleks dan membutuhkan waktu.


Perbandingan dengan Kepercayaan Serupa di Budaya Lain

Mitos seputar hari-hari tertentu yang dianggap membawa nasib baik atau buruk, termasuk dalam hal kematian, sebenarnya bukan hal yang unik dalam budaya Jawa. Banyak budaya lain di dunia juga memiliki kepercayaan serupa. Berikut beberapa perbandingan:

  1. Budaya Cina

    Dalam budaya Cina, angka 4 dianggap membawa sial karena pelafalannya mirip dengan kata 'kematian'. Banyak gedung di Cina dan negara-negara dengan populasi Tionghoa yang besar tidak memiliki lantai 4 atau kamar bernomor 4.

  2. Budaya Barat

    Di banyak negara Barat, hari Jumat tanggal 13 dianggap sebagai hari sial. Beberapa orang bahkan mengalami fobia terhadap tanggal ini (triskaidekaphobia).

  3. Budaya Mesir Kuno

    Orang Mesir kuno percaya bahwa kematian pada hari-hari tertentu bisa mempengaruhi perjalanan arwah di alam baka. Mereka memiliki ritual dan persiapan khusus untuk menghadapi hal ini.

  4. Budaya India

    Dalam astrologi Hindu, ada konsep 'Kaal Sarp Yoga' di mana posisi planet tertentu dianggap bisa membawa nasib buruk, termasuk dalam hal kematian.

  5. Budaya Nordik

    Dalam mitologi Norse, cara seseorang meninggal dianggap mempengaruhi nasib mereka di alam baka. Misalnya, prajurit yang mati dalam pertempuran dipercaya akan masuk Valhalla.

Perbandingan ini menunjukkan bahwa kecenderungan manusia untuk mencari makna dan pola dalam peristiwa-peristiwa penting seperti kematian adalah hal yang universal. Namun, cara mengekspresikan dan menyikapinya bisa sangat bervariasi antar budaya.


Fakta-fakta Menarik Seputar Selasa Kliwon dalam Budaya Jawa

Selain mitos tentang kematian, hari Selasa Kliwon memiliki berbagai aspek menarik dalam budaya Jawa. Berikut beberapa fakta yang mungkin belum banyak diketahui:

  1. Hari baik untuk ritual

    Meski sering dikaitkan dengan hal-hal mistis, Selasa Kliwon juga dianggap sebagai hari yang baik untuk melakukan ritual spiritual atau memohon petunjuk dalam tradisi Kejawen.

  2. Kaitannya dengan Nyi Roro Kidul

    Dalam kepercayaan Jawa, Selasa Kliwon sering dikaitkan dengan sosok Nyi Roro Kidul, ratu penguasa Laut Selatan. Beberapa ritual dan sesaji khusus dilakukan di pantai selatan Jawa pada hari ini.

  3. Pengaruh dalam kesenian

    Banyak karya seni dan sastra Jawa yang terinspirasi dari mitos dan kepercayaan seputar Selasa Kliwon, mulai dari cerita rakyat hingga pertunjukan wayang.

  4. Variasi antar daerah

    Meski secara umum dianggap hari keramat, interpretasi dan tradisi terkait Selasa Kliwon bisa bervariasi antar daerah di Jawa. Beberapa tempat bahkan memiliki ritual khusus pada hari ini.

  5. Pengaruh dalam pengobatan tradisional

    Beberapa praktisi pengobatan tradisional Jawa percaya bahwa ramuan-ramuan tertentu akan lebih manjur jika diramu atau diminum pada hari Selasa Kliwon.

Fakta-fakta ini menunjukkan bahwa Selasa Kliwon memiliki posisi yang kompleks dan multifaset dalam budaya Jawa, tidak hanya terkait dengan mitos kematian semata.


Pertanyaan Umum Seputar Mitos Kematian Selasa Kliwon

Berikut beberapa pertanyaan yang sering muncul terkait mitos kematian di hari Selasa Kliwon beserta penjelasannya:

  1. Apakah ada bukti ilmiah yang mendukung mitos ini?

    Tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan adanya korelasi antara hari kematian seseorang dengan kejadian-kejadian supernatural atau nasib keluarga yang ditinggalkan.

  2. Bagaimana pandangan agama Islam terhadap mitos ini?

    Dalam ajaran Islam, kematian adalah takdir Allah SWT dan tidak ada hari tertentu yang dianggap membawa nasib buruk. Yang terpenting adalah bagaimana seseorang menjalani hidupnya dan mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian.

  3. Apakah menjaga makam selama 40 hari itu wajib?

    Tidak ada kewajiban dalam agama untuk menjaga makam selama periode tertentu. Tradisi ini lebih merupakan praktik budaya yang tidak memiliki dasar dalam ajaran agama.

  4. Bagaimana cara mengatasi ketakutan terhadap mitos ini?

    Edukasi, pemahaman yang lebih mendalam tentang proses kematian dari sudut pandang ilmiah dan agama, serta dukungan psikologis bisa membantu mengatasi ketakutan terhadap mitos ini.

  5. Apakah mitos ini hanya ada di Jawa?

    Meski detailnya berbeda, banyak budaya di dunia memiliki kepercayaan serupa tentang hari-hari tertentu yang dianggap membawa nasib baik atau buruk, termasuk dalam hal kematian.

Penting untuk memahami bahwa mitos dan kepercayaan tradisional seringkali memiliki fungsi sosial dan budaya yang kompleks. Namun, kita juga perlu bersikap kritis dan rasional dalam menyikapinya, terutama jika mitos tersebut menimbulkan ketakutan atau kecemasan yang tidak perlu.


Kesimpulan

Mitos meninggal Selasa Kliwon menurut primbon Jawa merupakan salah satu warisan budaya yang masih hidup di tengah masyarakat. Meski banyak yang masih mempercayainya, penting untuk melihat fenomena ini secara lebih kritis dan seimbang. Beberapa poin penting yang bisa kita simpulkan:

  • Mitos ini adalah bagian dari sistem kepercayaan tradisional Jawa yang kompleks dan memiliki akar sejarah panjang.
  • Secara ilmiah, tidak ada bukti yang mendukung adanya hubungan antara hari kematian dengan nasib atau kejadian supernatural.
  • Dari sudut pandang agama, khususnya Islam, kematian adalah takdir Tuhan dan tidak ada hari yang dianggap membawa nasib buruk.
  • Mitos ini bisa berdampak psikologis pada masyarakat, baik positif maupun negatif.
  • Perkembangan zaman dan pendidikan telah mengubah cara pandang sebagian masyarakat terhadap mitos ini.
  • Penting untuk menyikapi mitos ini secara bijaksana, menghormati tradisi tanpa terjebak dalam ketakutan yang tidak beralasan.

Pada akhirnya, yang terpenting adalah bagaimana kita menjalani hidup dan mempersiapkan diri menghadapi kematian, bukan pada hari apa kematian itu terjadi. Dengan pemahaman yang lebih mendalam dan sikap yang bijaksana, kita bisa menghargai kearifan lokal sambil tetap berpikir kritis dan rasional dalam menghadapi berbagai fenomena kehidupan, termasuk kematian.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya