Kuba Gempa M 6,8 dan Picu Tanah Longsor, Sejumlah Negara Tetangga Keluarkan Peringatan Tsunami

Gempa bumi mengguncang Kuba saat penduduknya berjuang untuk pulih dari terjangan badai baru-baru ini.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 11 Nov 2024, 13:17 WIB
Ilustrasi gempa bumi (Photo: AFP/Frederick Florin)

Liputan6.com, Santiago de Cuba - Gempa bumi dahsyat telah melanda Kuba timur, menambah lebih banyak masalah bagi negara yang masih terguncang oleh serangkaian badai dan pemadaman listrik baru-baru ini.

United States Geological Survey (USGS)/Survei Geologi Amerika Serikat melaporkan pada hari Minggu (10/11) bahwa gempa bumi berkekuatan magnitudo 6,8 melanda sekitar 40 km (25 mil) selatan Kota Bartolome Maso. Tidak ada kematian atau cedera yang dilaporkan sejauh ini.

"Telah terjadi tanah longsor, kerusakan pada rumah dan kabel listrik," kata Presiden Kuba Miguel Diaz-Canel dalam sebuah unggahan media sosial, seraya menambahkan bahwa wilayah Santiago de Cuba dan Granma terkena dampak seperti dikutip dari Al Jazeera, Senin (11/11/2024). 

"Kami mulai menilai kerusakan untuk memulai pemulihan. Hal pertama dan terpenting adalah menyelamatkan nyawa," imbuh Presiden Kuba Miguel Diaz-Canel.

Orang-orang di provinsi yang terkena dampak mengatakan gempa bumi Kuba itu adalah salah satu yang paling kuat yang pernah mereka rasakan dalam hidup mereka - bukan prestasi kecil di wilayah yang menurut USGS telah mengalami 23 gempa bumi berkekuatan 5 dan lebih dalam 50 tahun terakhir.

"Kami pernah merasakan gempa bumi di masa lalu, tetapi tidak seperti ini," kata penduduk Santiago Griselda Fernandez kepada kantor berita Reuters.

Penduduk lain di Santiago, kota terbesar kedua di Kuba, melaporkan bahwa gempa tersebut menyebabkan bangunan berguncang dan banyak orang masih berdiri dengan gelisah di pintu masuk rumah mereka.

"Anda harus melihat bagaimana semuanya bergerak, dinding, semuanya," kata Yolanda Tabio, seorang warga kota berusia 76 tahun, kepada The Associated Press.

Banyak rumah dan bangunan di wilayah tersebut yang sudah tua dan rentan terhadap kerusakan akibat gempa bumi.

Media pemerintah kemudian menerbitkan gambar atap terakota dan fasad rumah blok beton yang runtuh akibat guncangan gempa Kuba terkini itu. Banyak gambar menunjukkan kerusakan struktural pada langit-langit, dinding, jendela, kolom, serta infrastruktur publik.


Gempa Juga Dirasakan Negara Tetangga Jamaika

Bendera Kuba. (Freepik)

USGS mengatakan bahwa negara-negara tetangga seperti Jamaika juga merasakan beberapa dampaknya.

Gempa tersebut merupakan yang terbaru dari serangkaian bencana alam yang telah memperparah masalah infrastruktur yang ada di Kuba, di mana sebagian besar penduduk juga menghadapi ketidakamanan ekonomi.

Sebelumnya pada bulan Oktober, Badai Oscar membawa hujan lebat dan pemadaman listrik yang meluas ke pulau tersebut, dan menewaskan sedikitnya enam orang setelah menerjang daratan di Kuba bagian timur.

Badai lainnya, Badai Rafael, memutus aliran listrik bagi sedikitnya 10 juta orang setelah menghantam bagian timur pulau tersebut minggu lalu. Badai tersebut menumbangkan pepohonan dan merobohkan tiang-tiang telepon. Ratusan bangunan hancur dan ratusan ribu orang mengungsi.


Peringatan Tsunami

Ilustrasi tsunami (unsplash/ Holger Link)

Fox Weather melaporkan, warga di Florida melaporkan merasakan tanah bergerak setelah dua gempa bumi dahsyat melanda lepas pantai Kuba Minggu (10/11) pagi, yang memicu kekhawatiran singkat bahwa tsunami dapat memengaruhi area yang paling dekat dengan episentrum di Karibia.

Tak lama setelah gempa kedua dilaporkan, Pusat Peringatan Tsunami Pasifik (PTWC) Badan Cuaca Nasional di Honolulu mengeluarkan peringatan yang menyatakan bahwa meskipun tidak ada ancaman tsunami yang signifikan, "ada kemungkinan sangat kecil terjadinya gelombang tsunami di sepanjang pantai yang paling dekat dengan episentrum."

Pusat Peringatan Tsunami Nasional NWS di Palmer, Alaska, mengatakan tidak ada bahaya tsunami di Pantai Timur AS, Teluk Meksiko, atau pantai timur Kanada.

PTWC mengatakan bahwa itu akan menjadi satu-satunya pemberitahuannya, dan otoritas nasional akan menentukan tingkat peringatan yang tepat untuk setiap negara dan mungkin mengeluarkan informasi tambahan atau lebih lengkap.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya