Indonesia Fibreboard Industry Bakal Tebar Dividen, Catat Tanggalnya

PT Indonesia Fibreboard Industry Tbk (IFII) bakal membagikan dividen interim kepada pemegang sahamnya untuk tahun buku 2024

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 12 Nov 2024, 07:00 WIB
Suasana kantor Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (10/11). Dari 538 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia, 181 saham menguat, 39 saham melemah, 63 saham stagnan, dan sisanya belum diperdagangkan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta PT Indonesia Fibreboard Industry Tbk (IFII) bakal membagikan dividen interim kepada pemegang sahamnya untuk tahun buku 2024 sebesar Rp 47,06 miliar. Adapun para pemegang saham akan menerima Rp 5 per lembar saham. Per September 2024, IFII mencatatkan laba periode berjalan sebesar Rp 119,18 miliar. 

Melansir keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (12/11/2024), Keputusan pembagian dividen interim sesuai dengan keputusan direksi yang telah disetujui oleh dewan komisaris pada Jumat 8 November 2024.

Dividen Interim akan dibagikan kepada Pemegang Saham yang namanya tercatat dalam Daftar Pemegang Saham Perseroan (DPS) atau recording date pada Kamis, 21 November 2024 dan/atau Pemegang Saham Perseroan pada sub rekening efek di PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) pada penutupan perdagangan pada Kamis, 21 November 2024.

Adapun jadwal pembagian dividen yaitu Cum Dividen di Pasar Reguler dan Negosiasi pada 19 November 2024. Ex Dividen di Pasar Reguler dan Negosiasi pada 20 November 2024.

Cum Dividen di Pasar Tunai pada 21 November 2024. Ex Dividen di Pasar Tunai pada 22 November 2024. Kemudian, pembayaran Dividen pada 3 Desember 2024.

Kinerja Saham

Berdasarkan data RTI, pada perdagangan Senin, 11 November 2024, saham IFII menguat 1,00 persen ke posisi Rp 202 per saham.

Total frekuensi perdagangan 49 kali dengan volume perdagangan 126,30 ribu saham. Adapun saham Indonesia Fibreboard Industry diperdagangkan di rentang harga Rp 200-218.


IHSG Masih Berpotensi Koreksi Pekan Ini

Layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (4/3/2020). IHSG kembali ditutup Melesat ke 5.650, IHSG menutup perdagangan menguat signifikan dalam dua hari ini setelah diterpa badai corona di hari pertama pengumuman positifnya wabah corona di Indonesia. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di level 7.287 atau melemah 2,91 persen dalam sepekan, pada akhir perdagangan pekan lalu, Jumat, 8 November 2024. Saat ini IHSG berada dalam fase downtrend untuk jangka pendek dengan momentum penurunan yang kuat.

Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Dimas Krisna Ramadhani mengatakan melihat dari data foreign flow, IHSG berpotensi untuk terus melanjutkan penurunan hingga level 6.800-6.900 yang tidak harus langsung menuju ke level tersebut tentunya.

"Data foreign flow juga harus diperhatikan misal ketika IHSG mengalami kenaikan, apakah terjadi akumulasi dari investor asing atau justru melanjutkan distribusi sehingga hanya berupa mark up, seperti yang sering terjadi salah satunya pada Jumat kemarin," kata Dimas dalam keterangan resmi, dikutip Senin (11/11/2024). 

Sentimen Sepekan

Mengulas tentang potensi market pada 11-15 November 2024, Dimas mengimbau para trader benar-benar mencermati sejumlah sentimen yang kemungkinan mempengaruhi pasar selama satu pekan ke depan.

Pertama, inflasi tahunan AS Oktober. Pada Rabu ini pekan ini inflasi tahunan AS Oktober diprediksi akan mengalami kenaikan sebesar 2,6 persen. Capaian ini lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang mencatatkan inflasi sebesar 2,4 persen namun masih berada di dalam rentang yang sama dalam 3 bulan terakhir.

Kedua, PPI bulanan AS (Oktober). Sehari setelahnya inflasi AS juga rilis dari sisi produsen. PPI bulanan AS Oktober diprediksi mengalami kenaikan level 0,2 persen. Capaian bulan ini lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang tidak mengalami kenaikan sama sekali dibanding Agustus.

Seperti yang diketahui indikator ini sempat menimbulkan kekhawatiran bagi pelaku pasar dan pemangku kebijakan, karena mengalami penurunan yang konsisten dalam beberapa bulan terakhir sehingga kekhawatiran akan kemungkinan perlambatan ekonomi AS bahkan resesi sempat ramai dibicarakan.

"Akan tetapi, setelah kemenangan Donald Trump dalam Pilpres kemarin, yang salah satu kebijakan ekonominya dalam menurunkan tarif pajak penghasilan dan usaha serta akan memperkuat posisi keuangan perusahaan di AS maka kekhawatiran terhadap terjadinya pelemahan atau resesi ekonomi AS sudah mulai surut,” jelas Dimas. 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya