Liputan6.com, Jakarta - Alih-alih dibangun sebagai solusi kemacetan dikawasan yang menjadi salah satu ikon wisata belanja di Kota Bandung, Jawa Barat kini kondisi Teras Cihampelas terbengkalai bahkan tidak terawat.
Pembangunan Teras Cihampelas merupakan megaproyek yang digulirkan pada tahun 2017 oleh Ridwan Kamil saat menjabat sebagai Wali Kota Bandung. Proyek tersebut dibangun dengan konsep skywalk sepanjang 700 meter membentang diatas Jalan Cihampelas dan memindahkan pedagang kaki lima ke atas pedestrian skywalk tersebut.
Advertisement
Bahkan, tidak hanya menjadi solusi kemacetan, Teras Cihampelas juga disebut Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada masa itu sebagai model penataan pedagang kaki lima atau PKL yang baik dan menjadi contoh penataan kota baik pula.
Sayangnya, pembangunan Teras Cihampelas tidak sesuai ekspektasi awal dan menjadi salah satu proyek pembangunan Kota Bandung yang mangkrak hingga tahun 2024 ini.
Pakar sekaligus Pemerhati Tata Kota Frans Ari Prasetyo menilai, Teras Cihampelas akan ramai dengan sendirinya jika memang ada fungsinya.
"Sepinya pengunjung, mengindikasikan Teras Cihampelas tidak berfungsi sebagaimana Skywalk pada umumnya dibangun. Dan menurut saya secara konsep ada sesat logika," ujar Frans melalui keterangan tertulis, Senin (11/11/2024).
Ia juga menilai, Pemerintah Kota Bandung yang melakukan relokasi PKL ke atas Skywalk. Menurutnya, kalau pun PKL akan diatur seharusnya direvitalisasi bukan direlokasi.
"Yang harus dipahami, pembangunan Teras Cihampelas tidak termaktub pada rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung 2011-2031," ucap Frans.
Harusnya Miliki Planning Galery
Oleh karena itu, Frans menilai seharusnya Kota Bandung memiliki Planning Galery yang merupakan tempat di mana semua proyek pembangunan di wilayah itu disajikan, ditampilkan, lalu kemudian diuji publik sebelum di eksekusi.
"Namun, pada pembangunan Skywalk ini tidak pernah terjadi," terang dia.
Frans memaparkan, pada peresmian tahap dua, Teras Cihampelas dibagi menjadi beberapa zona seperti Zona Kuliner, Zona Suvenir, Zona Fashion Show, Zona Sirkuit Remote Control, Zona Galeri Sejah, dan Zona Outdoor Class lengkap dengan fasilitas seperti toilet, musala, hingga lift terbengkalai begitu saja.
"Kini, Kios-kios kosong yang ada malah menjadi sasaran vandalisme, toilet tak ada yang berfungsi, lantai yang keropos, sampah yang berserakan, hingga bau pesing yang tak dapat dihindarkan. Tempat ini seolah hidup segan, mati tak mau," ucap dia.
Frans menyebut, salah satu faktor penyebab mati surinya Teras Cihampelas Bandung tentu saja pandemi Covid-19. Pandemi membuat banyak kios tutup hingga akhirnya pandemi berlalu, berkali-kali reaktivasi dan renovasi tak membuat Teras Cihampelas ramai dan tetap mati suri saat seperti pandemi.
"Akhirnya, banyak pedagang kembali berjualan di trotoar Jalan Cihampelas. Hanya sedikit yang bertahan di atas Teras Cihampelas Bandung," kata dia.
"Teras Cihampelas yang sejak awal diprediksi akan meningkatkan khazanah perekonomian Cihampelas malah berubah menjadi bumerang bagi para pedagang. Banyak pedagang yang bilang bahwa kondisi dagangan mereka yang lebih ramai sebelum adanya Teras Cihampelas," sambung Frans.
Advertisement
Faktor Lainnya
Selain itu, lanjut Frans, salah satu faktor penyebab yaitu karena tiang skywalk ini menghambat bus pariwisata untuk parkir. Skywalk ini pun membuat Cihampelas semakin macet dan terkesan kumuh karena minimnya sinar matahari.
"Pengunjung jadi banyak yang memilih untuk berbelanja di tempat lain seperti Pasar Baru maupun Kawasan Cibaduyut," ucap dia.
"Lalu sampai kapan kejelasan proyek Teras Cihampelas ini akan diperjelas? Puluhan Milyar pun sudah habis digunakan, namun nasih para pedagang masih belum jelas," jelas Frans.
Seperti diketahui kurang lebih 200 PKL direlokasi ke Teras Cihampelas, namuan banyak pedagang yang memutuskan untuk meninggalkan kiosnya karena sepi pengunjung.
Kemudian, beberapa fasilitas yang dibangun sudah rusak dan tak terurus, hingga akhirnya semua PKL yang berjualan diatas Teras Cihampelas telah sepakat turun dan berjualan kembali dipinggir jalan Cihampelas.
Padahal, anggaran yang digunakan cukup besar, tahap pertama pembangunan dengan anggaran Rp 48 Milyar dan tahap kedua Rp 28 Milyar dengan total kontruksi baja dua proyek itu mencapai 700 meter.
Setelah mangkrak selama empat tahun, akhirnya tahap 2 diresmikan pada September 2023 oleh Ema Sumarna yang saat itu menjabat sebagai Plh Wali Kota Bandung.