Keris Adalah Warisan Budaya Nusantara: Sejarah, Makna dan Perkembangannya

Keris adalah senjata tradisional dan pusaka budaya Nusantara yang sarat makna filosofis. Pelajari sejarah, fungsi dan perkembangan keris dari masa ke masa.

oleh Liputan6 diperbarui 13 Nov 2024, 14:21 WIB
keris adalah ©Ilustrasi dibuat Stable Diffusion

Liputan6.com, Jakarta Keris adalah salah satu warisan budaya Indonesia yang paling ikonik. Senjata tradisional ini memiliki sejarah panjang dan makna filosofis yang mendalam bagi masyarakat Nusantara, khususnya di Jawa. Lebih dari sekadar senjata, keris merupakan simbol status, identitas budaya, dan benda pusaka yang dihormati.

Mari kita telusuri lebih dalam mengenai asal-usul, fungsi, dan perkembangan keris dari masa ke masa.


Sejarah dan Asal-usul Keris

Asal-usul keris masih menjadi perdebatan di kalangan para ahli sejarah dan budaya. Beberapa teori mencoba menjelaskan kemunculan senjata khas Nusantara ini:

  • Teori perkembangan dari senjata tikam prasejarah, seperti yang dikemukakan oleh G.B. Gardner dalam bukunya "Keris and Other Malay Weapon".
  • Teori pengaruh kebudayaan India dan Tiongkok, yang masuk ke Nusantara melalui perdagangan dan penyebaran agama.
  • Teori perkembangan dari senjata tikam zaman perunggu Dongson di Vietnam sekitar abad ke-3 Masehi.

Meski asal-usulnya masih diperdebatkan, bukti arkeologis menunjukkan bahwa keris telah dikenal di Nusantara setidaknya sejak abad ke-9 Masehi. Beberapa temuan penting yang mendukung hal ini antara lain:

  • Relief di Candi Borobudur (abad ke-9) yang menggambarkan senjata menyerupai keris.
  • Prasasti Karangtengah di Temanggung (824 M) yang menyebut istilah "keris" dalam daftar peralatan.
  • Prasasti Poh (904 M) yang mencantumkan keris sebagai bagian dari sesaji.

Perkembangan keris mencapai puncaknya pada masa Kerajaan Majapahit (abad ke-14 hingga 15). Pada periode ini, teknik pembuatan keris semakin maju dan rumit. Keris tidak hanya berfungsi sebagai senjata, tetapi juga menjadi simbol status dan pusaka yang dihormati. Setelah runtuhnya Majapahit, tradisi pembuatan dan penggunaan keris terus berlanjut di berbagai kerajaan Islam di Jawa, seperti Demak, Pajang, dan Mataram.


Fungsi dan Peran Keris dalam Masyarakat

Keris memiliki berbagai fungsi dan peran penting dalam kehidupan masyarakat Nusantara, khususnya di Jawa. Beberapa di antaranya adalah:

  1. Senjata: Fungsi awal keris adalah sebagai senjata tikam jarak dekat. Meski demikian, keris jarang digunakan dalam pertempuran besar dan lebih sering dipakai untuk pertahanan diri atau duel.
  2. Simbol status dan kekuasaan: Keris menjadi penanda kedudukan sosial seseorang. Para bangsawan dan pejabat kerajaan memiliki keris dengan kualitas dan nilai yang lebih tinggi.
  3. Pusaka keluarga: Banyak keluarga Jawa mewariskan keris secara turun-temurun sebagai benda pusaka. Keris pusaka dianggap memiliki kekuatan spiritual dan menjadi pengikat ikatan keluarga.
  4. Pelengkap busana adat: Dalam berbagai upacara adat Jawa, keris menjadi bagian tak terpisahkan dari pakaian tradisional pria.
  5. Benda spiritual: Sebagian masyarakat meyakini keris memiliki kekuatan gaib yang dapat memberi perlindungan, keberuntungan, atau kewibawaan pada pemiliknya.
  6. Karya seni: Keindahan bentuk, pamor, dan ukiran pada keris menjadikannya objek seni yang bernilai tinggi.
  7. Alat diplomasi: Keris sering dihadiahkan dalam hubungan diplomatik antar kerajaan sebagai simbol persahabatan.

Seiring perkembangan zaman, fungsi keris sebagai senjata mulai berkurang. Namun, perannya sebagai simbol budaya, benda pusaka, dan karya seni justru semakin menguat. Bahkan di era modern, keris masih dihargai sebagai warisan budaya yang penting dan menjadi objek koleksi yang bernilai tinggi.


Anatomi dan Bagian-bagian Keris

Untuk memahami keris dengan lebih baik, penting untuk mengenal anatomi dan bagian-bagiannya. Secara umum, keris terdiri dari tiga komponen utama:

  1. Bilah (wilah): Bagian utama keris yang berbentuk pisau. Bilah keris memiliki beberapa elemen penting:
    • Pesi: Tangkai keris yang masuk ke dalam pegangan
    • Ganja: Bagian melintang di pangkal bilah
    • Luk: Lekukan pada bilah keris (ada yang lurus, ada yang berlekuk)
    • Pamor: Corak atau motif pada permukaan bilah
  2. Hulu (ukiran/deder): Pegangan keris yang biasanya terbuat dari kayu, tanduk, atau gading. Bentuk dan ukiran hulu keris bervariasi tergantung daerah asalnya.
  3. Warangka (sarung): Pelindung bilah keris yang umumnya terbuat dari kayu. Ada dua jenis utama warangka:
    • Ladrang: Bentuk warangka yang lebih formal, digunakan untuk acara resmi
    • Gayaman: Bentuk warangka yang lebih sederhana untuk penggunaan sehari-hari

Selain tiga komponen utama tersebut, ada beberapa bagian tambahan yang sering ditemui pada keris:

  • Mendak: Cincin logam yang menghubungkan bilah dengan hulu
  • Selut: Hiasan logam di bagian atas hulu
  • Pendok: Lapisan logam yang menutupi bagian atas warangka

Setiap bagian keris memiliki fungsi dan makna tersendiri. Bentuk, ukiran, dan hiasan pada masing-masing bagian juga dapat menunjukkan asal-usul, status pemilik, atau tujuan pembuatan keris tersebut. Memahami anatomi keris dengan baik akan membantu kita mengapresiasi nilai sejarah, budaya, dan estetika dari senjata tradisional ini.


Proses Pembuatan Keris

Pembuatan keris merupakan proses yang rumit dan membutuhkan keahlian tinggi. Para pembuat keris, yang disebut empu, tidak hanya mengandalkan keterampilan teknis tetapi juga aspek spiritual dalam karyanya. Berikut adalah tahapan umum dalam pembuatan keris:

  1. Persiapan bahan: Empu memilih bahan-bahan berkualitas tinggi, termasuk besi, baja, dan bahan pamor (biasanya nikel atau meteorit).
  2. Peleburan dan penempaan: Bahan-bahan dilebur dan ditempa berulang kali untuk menciptakan lapisan-lapisan logam yang akan membentuk pamor.
  3. Pembentukan bilah: Logam yang telah ditempa dibentuk menjadi bilah keris sesuai dengan desain yang diinginkan.
  4. Pembuatan luk: Jika keris akan dibuat berlekuk, proses ini dilakukan dengan hati-hati menggunakan teknik pemanasan dan penempaan khusus.
  5. Pengerjaan detail: Empu mengukir dan menghaluskan berbagai detail pada bilah, termasuk ricikan (ornamen) dan bentuk ganja.
  6. Penyepuhan: Bilah keris dicelupkan dalam larutan khusus untuk mengeraskan logam dan memunculkan pamor.
  7. Pembuatan hulu dan warangka: Bagian pegangan dan sarung keris dibuat secara terpisah, biasanya oleh pengrajin khusus.
  8. Perakitan: Semua komponen disatukan menjadi keris yang utuh.

Selama proses pembuatan, empu sering melakukan ritual dan puasa khusus. Mereka percaya bahwa kondisi spiritual sang pembuat akan memengaruhi kualitas dan "tuah" keris yang dihasilkan. Proses pembuatan keris bisa memakan waktu berminggu-minggu hingga berbulan-bulan, tergantung pada kerumitan desain dan kualitas yang diinginkan.

Penting untuk dicatat bahwa teknik pembuatan keris telah berkembang seiring waktu. Keris-keris kuno umumnya memiliki lapisan pamor yang lebih banyak dan rumit dibandingkan keris modern. Hal ini disebabkan oleh perubahan dalam ketersediaan bahan baku dan efisiensi produksi.

Meski demikian, prinsip dasar pembuatan keris tetap dipertahankan hingga saat ini. Para empu kontemporer berusaha melestarikan teknik tradisional sambil mengadopsi teknologi modern untuk meningkatkan kualitas dan konsistensi hasil kerja mereka.


Jenis-jenis Keris dan Karakteristiknya

Keris memiliki beragam jenis dan variasi, yang dapat dibedakan berdasarkan bentuk, asal daerah, atau fungsinya. Berikut adalah beberapa klasifikasi umum keris:

Berdasarkan Bentuk Bilah:

  1. Keris Lurus: Bilahnya tidak memiliki lekukan, disebut juga keris "Jalak".
  2. Keris Luk: Memiliki lekukan pada bilahnya, jumlah luk selalu ganjil (3, 5, 7, dst). Semakin banyak luk, umumnya semakin tinggi nilai keris tersebut.

Berdasarkan Dhapur (Bentuk dan Ricikan):

Ada ratusan jenis dhapur keris, beberapa yang terkenal antara lain:

  • Dhapur Sengkelat: Keris luk 13 yang dianggap membawa keberuntungan.
  • Dhapur Naga Sasra: Keris luk 13 dengan hiasan naga pada bilahnya.
  • Dhapur Sabuk Inten: Keris lurus dengan pamor khusus yang menyerupai sabuk berlian.
  • Dhapur Tilam Upih: Keris lurus yang melambangkan ketenteraman rumah tangga.

Berdasarkan Asal Daerah (Tangguh):

Keris dari berbagai daerah memiliki ciri khas tersendiri, misalnya:

  • Tangguh Majapahit: Keris dari era Kerajaan Majapahit, umumnya memiliki bentuk yang sederhana namun elegan.
  • Tangguh Mataram: Keris dari era Kesultanan Mataram, sering memiliki ukiran yang lebih rumit.
  • Tangguh Bugis: Keris dari Sulawesi Selatan, biasanya memiliki bilah yang lebih lebar dan pendek.
  • Tangguh Sumenep: Keris dari Madura, terkenal dengan kualitas pamornya yang indah.

Berdasarkan Fungsi:

  1. Keris Pusaka: Keris yang dianggap memiliki kekuatan spiritual dan diwariskan turun-temurun.
  2. Keris Ageman: Keris yang digunakan sebagai pelengkap busana adat.
  3. Keris Sesaji: Keris khusus yang dibuat untuk keperluan ritual atau persembahan.

Setiap jenis keris memiliki karakteristik dan makna filosofis tersendiri. Pemilihan jenis keris sering kali disesuaikan dengan tujuan penggunaan, status sosial pemilik, atau tradisi lokal. Memahami berbagai jenis keris ini penting untuk mengapresiasi kekayaan budaya dan keragaman seni tempa logam di Nusantara.


Makna Filosofis dan Simbolisme Keris

Keris bukan sekadar senjata atau benda pusaka, tetapi juga mengandung makna filosofis dan simbolisme yang mendalam dalam budaya Nusantara, khususnya Jawa. Berikut beberapa aspek makna dan simbolisme keris:

1. Kesatuan Mikrokosmos dan Makrokosmos

Keris dianggap sebagai representasi kesatuan antara dunia kecil (manusia) dan dunia besar (alam semesta). Bagian-bagian keris melambangkan elemen-elemen alam:

  • Bilah: melambangkan api dan udara
  • Ganja: melambangkan tanah
  • Warangka: melambangkan air

2. Simbol Maskulinitas dan Feminitas

Bentuk keris sering diinterpretasikan sebagai penyatuan unsur maskulin dan feminin:

  • Bilah yang runcing: simbol maskulin (lingga)
  • Ganja yang melintang: simbol feminin (yoni)

Penyatuan ini melambangkan keseimbangan dan harmoni dalam kehidupan.

3. Pesan Moral dan Panduan Hidup

Berbagai bentuk dan nama keris sering mengandung pesan moral atau panduan hidup, misalnya:

  • Dhapur Jalak: Mengajarkan kesederhanaan dan fokus
  • Dhapur Sengkelat: Melambangkan keberanian dan keteguhan
  • Dhapur Naga Sasra: Simbol kewibawaan dan kepemimpinan

4. Simbol Status dan Identitas

Jenis keris yang digunakan seseorang dapat menunjukkan status sosial, jabatan, atau asal-usulnya. Misalnya, keris dengan pamor tertentu hanya boleh digunakan oleh kalangan bangsawan.

5. Hubungan Manusia dengan Alam

Proses pembuatan keris yang menggunakan berbagai unsur alam (besi dari bumi, meteorit dari langit) dianggap sebagai simbol hubungan manusia dengan alam semesta.

6. Simbol Perlindungan Spiritual

Banyak orang meyakini keris memiliki kekuatan untuk melindungi pemiliknya dari bahaya fisik maupun spiritual. Keris pusaka sering dianggap memiliki "isi" atau kekuatan gaib.

7. Warisan Leluhur

Keris yang diwariskan turun-temurun menjadi simbol ikatan antara generasi dan penghormatan terhadap leluhur.

8. Simbol Persatuan

Dalam konteks yang lebih luas, keris yang tersebar di berbagai daerah Nusantara menjadi simbol persatuan budaya Indonesia.

Memahami makna filosofis dan simbolisme keris membantu kita mengapresiasi nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya. Keris bukan hanya benda fisik, tetapi juga cerminan pandangan hidup, nilai-nilai, dan kearifan lokal masyarakat penciptanya.


Perawatan dan Pelestarian Keris

Melestarikan keris sebagai warisan budaya memerlukan perawatan yang tepat. Berikut adalah beberapa panduan untuk merawat dan melestarikan keris:

1. Pembersihan Rutin

  • Bersihkan keris secara berkala dengan kain lembut untuk menghilangkan debu.
  • Hindari penggunaan air atau cairan pembersih yang dapat menyebabkan korosi.

2. Perawatan Tradisional (Jamasan)

  • Lakukan ritual "memandikan" keris (jamasan) secara berkala, biasanya setahun sekali.
  • Gunakan bahan-bahan alami seperti jeruk nipis, air kelapa, atau warangan (arsenikum) sesuai tradisi setempat.
  • Setelah dibersihkan, lapisi bilah keris dengan minyak khusus untuk mencegah karat.

3. Penyimpanan yang Tepat

  • Simpan keris di tempat yang kering dan tidak lembab untuk mencegah korosi.
  • Gunakan warangka (sarung) yang sesuai untuk melindungi bilah keris.
  • Hindari menyimpan keris di tempat yang terkena sinar matahari langsung atau suhu ekstrem.

4. Penanganan yang Hati-hati

  • Pegang keris dengan hati-hati, hindari menyentuh bilah secara langsung untuk mencegah korosi dari minyak alami kulit.
  • Jangan menggunakan keris untuk memotong atau menusuk benda keras yang dapat merusak bilahnya.

5. Restorasi Profesional

  • Untuk keris antik atau bernilai tinggi, pertimbangkan untuk melakukan restorasi oleh ahli keris (empu) yang berpengalaman.
  • Hindari melakukan perbaikan atau modifikasi sendiri yang dapat mengurangi nilai historis keris.

6. Dokumentasi

  • Catat sejarah dan asal-usul keris jika diketahui.
  • Dokumentasikan kondisi keris secara berkala dengan foto atau video.

7. Edukasi dan Transmisi Pengetahuan

  • Pelajari dan bagikan pengetahuan tentang keris kepada generasi muda.
  • Dukung program-program pelestarian budaya keris di masyarakat.

8. Perlindungan Hukum

  • Patuhi peraturan tentang kepemilikan dan perdagangan keris, terutama untuk keris antik atau bernilai sejarah tinggi.
  • Daftarkan keris pusaka ke instansi terkait untuk mendapatkan perlindungan hukum.

Dengan perawatan yang tepat, keris dapat bertahan selama berabad-abad. Pelestarian keris bukan hanya tentang menjaga benda fisiknya, tetapi juga melestarikan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai budaya yang terkait dengannya. Upaya pelestarian ini penting untuk memastikan bahwa generasi mendatang dapat terus mengapresiasi dan belajar dari warisan budaya yang berharga ini.


Perkembangan Keris di Era Modern

Meski keris telah ada selama berabad-abad, eksistensinya terus berkembang di era modern. Berikut beberapa aspek perkembangan keris di masa kini:

1. Revitalisasi Seni Pembuatan Keris

Setelah mengalami kemunduran pada pertengahan abad ke-20, seni pembuatan keris mulai bangkit kembali. Beberapa faktor pendorongnya:

  • Dukungan pemerintah melalui program pelestarian budaya
  • Munculnya sekolah-sekolah khusus yang mengajarkan seni tempa keris
  • Meningkatnya apresiasi masyarakat terhadap keris sebagai warisan budaya

2. Keris sebagai Objek Koleksi dan Investasi

Keris kini tidak hanya dilihat sebagai pusaka, tetapi juga sebagai benda seni yang bernilai tinggi:

  • Munculnya pasar kolektor keris, baik di dalam maupun luar negeri
  • Keris-keris langka atau bersejarah dapat mencapai harga fantastis di lelang
  • Berkembangnya asuransi khusus untuk keris bernilai tinggi

3. Inovasi dalam Pembuatan Keris

Para empu modern mengadopsi teknologi baru sambil mempertahankan esensi tradisional:

  • Penggunaan alat-alat modern untuk meningkatkan presisi dan efisiensi
  • Eksperimen dengan bahan-bahan baru untuk pamor, seperti titanium atau logam langka
  • Pengembangan desain kontemporer yang tetap menghormati filosofi keris

4. Keris dalam Dunia Akademis

Studi tentang keris semakin mendapat tempat di dunia akademis:

  • Munculnya program studi khusus tentang keris di beberapa perguruan tinggi
  • Peningkatan penelitian ilmiah tentang aspek metalurgi, sejarah, dan budaya keris
  • Publikasi buku-buku dan jurnal ilmiah tentang keris

5. Keris dalam Budaya Populer

Keris mulai muncul kembali dalam berbagai bentuk media dan hiburan:

  • Film dan serial TV yang mengangkat tema keris
  • Penggunaan motif keris dalam desain fashion dan produk konsumen
  • Keris sebagai inspirasi dalam seni kontemporer

6. Diplomasi Budaya

Keris menjadi salah satu ikon budaya Indonesia di kancah internasional:

  • Penggunaan keris sebagai cinderamata diplomatik
  • Pameran keris di museum-museum internasional
  • Pengakuan UNESCO terhadap keris sebagai Warisan Budaya Takbenda pada tahun 2005

7. Tantangan dan Kontroversi

Perkembangan keris di era modern juga menghadapi beberapa tantangan:

  • Perdebatan tentang autentisitas keris baru vs keris kuno
  • Isu pemalsuan dan penipuan dalam pasar keris antik
  • Kekhawatiran akan hilangnya aspek spiritual dalam produksi keris massal

Perkembangan keris di era modern menunjukkan bahwa warisan budaya ini masih relevan dan mampu beradaptasi dengan zaman. Meski menghadapi berbagai tantangan, keris terus menjadi bagian penting dari identitas budaya Indonesia yang dihargai baik di dalam negeri maupun di kancah internasional.


Kesimpulan

Keris adalah warisan budaya Nusantara yang memiliki nilai sejarah, seni, dan filosofis yang mendalam. Dari asal-usulnya yang masih diperdebatkan hingga perkembangannya di era modern, keris telah melalui perjalanan panjang sebagai bagian integral dari kebudayaan Indonesia, khususnya Jawa. Lebih dari sekadar senjata, keris menjadi simbol status, identitas budaya, dan benda pusaka yang dihormati.

Melalui pembahasan tentang sejarah, fungsi, proses pembuatan, jenis-jenis, makna filosofis, dan perkembangan kontemporer keris, kita dapat melihat betapa kompleks dan kayanya warisan budaya ini. Keris tidak hanya mencerminkan keahlian dalam seni tempa logam, tetapi juga mewakili pandangan hidup, nilai-nilai, dan kearifan lokal masyarakat penciptanya.

Di era modern, keris terus berkembang dan beradaptasi. Dari revitalisasi seni pembuatannya, munculnya pasar kolektor, hingga pengakuan internasional sebagai warisan budaya dunia, keris membuktikan relevansinya yang berkelanjutan. Namun, tantangan tetap ada dalam melestarikan autentisitas dan nilai spiritualnya di tengah tuntutan modernisasi.

Memahami dan menghargai keris sebagai warisan budaya adalah langkah penting dalam melestarikan identitas dan kekayaan budaya Indonesia. Bagi generasi mendatang, keris bukan hanya artefak dari masa lalu, tetapi juga sumber inspirasi dan kebijaksanaan yang terus relevan dalam menghadapi tantangan masa kini dan masa depan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya