Sejarah Perjanjian Linggarjati dan Latar Belakangnya, Tonggak Penting Diplomasi Indonesia

Perjanjian Linggarjati adalah perundingan krusial antara Indonesia-Belanda yang menghasilkan pengakuan de facto kemerdekaan RI. Simak sejarah lengkapnya.

oleh Liputan6 diperbarui 12 Nov 2024, 15:41 WIB
perjanjian linggarjati adalah ©Ilustrasi dibuat AI

Liputan6.com, Jakarta Perjanjian Linggarjati merupakan salah satu tonggak penting dalam sejarah diplomasi Indonesia pasca kemerdekaan. Perundingan antara Indonesia dan Belanda ini menghasilkan pengakuan de facto atas kemerdekaan Republik Indonesia, meski masih terbatas pada wilayah tertentu. Mari kita telaah lebih dalam mengenai perjanjian bersejarah ini.


Definisi Perjanjian Linggarjati

Perjanjian Linggarjati adalah kesepakatan diplomatik antara pemerintah Republik Indonesia dan Kerajaan Belanda yang ditandatangani pada 15 November 1946 di desa Linggarjati, Kuningan, Jawa Barat. Perjanjian ini merupakan upaya penyelesaian konflik antara kedua negara pasca Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.

Esensi utama dari perjanjian ini adalah pengakuan de facto Belanda atas kedaulatan Republik Indonesia di wilayah Jawa, Madura, dan Sumatra. Selain itu, perjanjian ini juga mengatur rencana pembentukan Negara Indonesia Serikat dan Uni Indonesia-Belanda di masa mendatang.

Perjanjian Linggarjati menjadi langkah awal bagi Indonesia untuk mendapatkan pengakuan internasional atas kemerdekaannya. Meski demikian, perjanjian ini juga menuai kontroversi karena dianggap membatasi wilayah kedaulatan Indonesia dan masih memberikan pengaruh besar kepada Belanda.


Sejarah Perjanjian Linggarjati

Latar belakang terjadinya Perjanjian Linggarjati tidak bisa dilepaskan dari situasi politik pasca Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Meskipun Indonesia telah menyatakan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, Belanda masih berupaya untuk menguasai kembali bekas koloninya ini.

Beberapa peristiwa penting yang mendahului Perjanjian Linggarjati antara lain:

  • Kedatangan pasukan Sekutu (AFNEI) ke Indonesia pada September 1945 yang diboncengi oleh NICA (Netherlands Indies Civil Administration).
  • Terjadinya berbagai pertempuran antara pejuang Indonesia dengan pasukan Sekutu dan NICA di berbagai daerah.
  • Perundingan awal antara Indonesia dan Belanda di Hoge Veluwe, Belanda pada April 1946 yang berakhir tanpa kesepakatan.
  • Pembentukan Komisi Jenderal oleh pemerintah Belanda untuk melakukan negosiasi dengan Indonesia.

Setelah beberapa kali gagal mencapai kesepakatan, akhirnya kedua pihak sepakat untuk mengadakan perundingan di Linggarjati. Pemilihan lokasi ini merupakan usulan dari Maria Ulfah Santoso, Menteri Sosial Indonesia saat itu, dengan pertimbangan berada di wilayah Republik Indonesia namun memiliki suasana yang netral dan nyaman.

Perundingan Linggarjati berlangsung selama tiga hari, dari 11 hingga 13 November 1946. Hasil perundingan kemudian diparaf pada 15 November 1946, namun baru ditandatangani secara resmi pada 25 Maret 1947 di Istana Merdeka, Jakarta setelah melalui proses ratifikasi di parlemen kedua negara.


Isi Perjanjian Linggarjati

Perjanjian Linggarjati terdiri dari 17 pasal yang mengatur berbagai aspek hubungan Indonesia-Belanda. Beberapa poin penting dalam isi Perjanjian Linggarjati adalah:

  1. Belanda mengakui secara de facto kekuasaan Republik Indonesia atas Jawa, Madura, dan Sumatra.
  2. Belanda harus meninggalkan wilayah de facto Republik Indonesia paling lambat 1 Januari 1949.
  3. Republik Indonesia dan Belanda akan bekerjasama membentuk Negara Indonesia Serikat (NIS), dengan Republik Indonesia sebagai salah satu negara bagiannya.
  4. Negara Indonesia Serikat dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia-Belanda dengan Ratu Belanda sebagai ketuanya.
  5. Pembentukan Negara Indonesia Serikat dan Uni Indonesia-Belanda ditargetkan selesai sebelum 1 Januari 1949.
  6. Belanda akan mengupayakan agar Negara Indonesia Serikat diterima sebagai anggota PBB.
  7. Kedua pihak sepakat untuk mengurangi kekuatan militer masing-masing.
  8. Pembentukan badan kerjasama antara pemerintah Belanda dan Republik Indonesia untuk implementasi perjanjian.

Selain itu, perjanjian ini juga mengatur tentang pengembalian hak dan properti warga asing di wilayah Republik Indonesia, serta mekanisme penyelesaian sengketa melalui arbitrase jika terjadi perselisihan dalam implementasi perjanjian.


Tokoh-Tokoh Penting dalam Perjanjian Linggarjati

Beberapa tokoh yang berperan penting dalam proses perundingan dan penandatanganan Perjanjian Linggarjati antara lain:

Dari pihak Indonesia:

  • Sutan Sjahrir (Ketua Delegasi)
  • Mohammad Roem
  • A.K. Gani
  • Susanto Tirtoprodjo
  • Amir Sjarifuddin
  • Ali Budiardjo (Sekretaris)

Dari pihak Belanda:

  • Prof. W. Schermerhorn (Ketua Delegasi)
  • H.J. van Mook
  • F. de Boer
  • Max van Poll

Pihak penengah:

  • Lord Killearn (Inggris)

Selain tokoh-tokoh di atas, beberapa tokoh lain yang juga berperan dalam proses menuju Perjanjian Linggarjati antara lain:

  • Soekarno dan Mohammad Hatta sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI
  • Maria Ulfah Santoso yang mengusulkan lokasi perundingan di Linggarjati
  • Sayuti Melik yang berperan dalam penyuntingan dan pengetikan naskah perjanjian

Dampak Perjanjian Linggarjati

Perjanjian Linggarjati membawa berbagai dampak bagi Indonesia, baik positif maupun negatif. Berikut ini beberapa dampak penting dari perjanjian tersebut:

Dampak Positif:

  • Pengakuan de facto atas kedaulatan Republik Indonesia di wilayah Jawa, Madura, dan Sumatra oleh Belanda.
  • Meningkatkan posisi diplomatik Indonesia di dunia internasional, yang ditandai dengan pengakuan de facto dari beberapa negara seperti Inggris, Amerika Serikat, dan negara-negara Timur Tengah.
  • Memberi kesempatan bagi Indonesia untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi kemungkinan konflik di masa depan.
  • Meredam konflik bersenjata antara Indonesia dan Belanda untuk sementara waktu, sehingga mengurangi jatuhnya korban.

Dampak Negatif:

  • Wilayah kedaulatan Indonesia yang diakui terbatas hanya pada Jawa, Madura, dan Sumatra, tidak mencakup seluruh wilayah bekas Hindia Belanda.
  • Rencana pembentukan Negara Indonesia Serikat dan Uni Indonesia-Belanda dianggap masih memberi pengaruh besar kepada Belanda.
  • Menimbulkan pro-kontra di kalangan masyarakat dan tokoh politik Indonesia.
  • Memberi kesempatan bagi Belanda untuk memperkuat kekuatan militernya di Indonesia.

Meski menuai kontroversi, Perjanjian Linggarjati tetap dianggap sebagai langkah penting dalam perjuangan diplomasi Indonesia. Perjanjian ini membuka jalan bagi pengakuan internasional terhadap kemerdekaan Indonesia dan menjadi pembelajaran berharga dalam negosiasi internasional.


Lokasi Penandatanganan Perjanjian Linggarjati

Perjanjian Linggarjati mendapat namanya dari lokasi di mana perundingan berlangsung, yaitu di desa Linggarjati, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Secara spesifik, lokasi perundingan adalah sebuah bangunan yang saat itu dikenal sebagai Hotel Rusticana.

Rincian lokasi Gedung Perundingan Linggarjati:

  • Alamat: Blok Wage, Dusun Tiga, Kampung Cipaku, Desa Linggarjati
  • Kecamatan: Cilimus
  • Kabupaten: Kuningan
  • Provinsi: Jawa Barat

Pemilihan lokasi ini memiliki beberapa pertimbangan strategis:

  1. Berada di wilayah kekuasaan Republik Indonesia, sehingga memberi rasa aman bagi delegasi Indonesia.
  2. Suasana yang sejuk dan nyaman, cocok untuk perundingan yang membutuhkan waktu beberapa hari.
  3. Relatif netral, tidak berada di pusat kekuasaan baik Indonesia (Yogyakarta) maupun Belanda (Jakarta).
  4. Aksesibilitas yang cukup baik bagi kedua delegasi.

Saat ini, Gedung Perundingan Linggarjati telah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya. Bangunan ini telah direnovasi dan dijadikan museum yang menampilkan berbagai artefak dan informasi terkait peristiwa bersejarah tersebut. Lokasi ini menjadi salah satu destinasi wisata sejarah yang penting di Jawa Barat.


Kronologi Perjanjian Linggarjati

Berikut adalah urutan peristiwa penting terkait Perjanjian Linggarjati:

  1. 17 Agustus 1945: Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
  2. September 1945: Kedatangan pasukan Sekutu (AFNEI) dan NICA ke Indonesia
  3. 23 Oktober 1945: Pertemuan pertama antara perwakilan Indonesia dan NICA di Jakarta, tidak mencapai kesepakatan
  4. 13-17 Maret 1946: Pertemuan kedua yang menghasilkan "Batavia Concept" atau Rumusan Jakarta
  5. 14-25 April 1946: Perundingan di Hoge Veluwe, Belanda, yang berakhir tanpa kesepakatan
  6. 7 Oktober 1946: Pembukaan perundingan di Jakarta dengan Lord Killearn sebagai mediator
  7. 11-13 November 1946: Perundingan di Linggarjati berlangsung
  8. 15 November 1946: Hasil perundingan diparaf oleh kedua delegasi
  9. 20 Desember 1946 - 25 Maret 1947: Proses ratifikasi di parlemen Indonesia (KNIP) dan Belanda
  10. 25 Maret 1947: Penandatanganan resmi Perjanjian Linggarjati di Istana Merdeka, Jakarta
  11. 21 Juli 1947: Belanda melanggar perjanjian dengan melancarkan Agresi Militer I

Kronologi ini menunjukkan bahwa proses menuju Perjanjian Linggarjati membutuhkan waktu yang cukup panjang dan melalui berbagai tahapan negosiasi. Meskipun akhirnya tercapai kesepakatan, implementasi perjanjian ini tidak berjalan mulus dan berujung pada pelanggaran oleh pihak Belanda.


Pro dan Kontra Perjanjian Linggarjati

Perjanjian Linggarjati menimbulkan berbagai reaksi di kalangan masyarakat dan tokoh politik Indonesia. Berikut adalah beberapa pandangan pro dan kontra terhadap perjanjian ini:

Pandangan Pro:

  • Perjanjian ini merupakan langkah diplomasi yang penting untuk mendapatkan pengakuan internasional atas kemerdekaan Indonesia.
  • Memberi kesempatan bagi Indonesia untuk membangun kekuatan dan konsolidasi internal.
  • Mengurangi potensi konflik bersenjata yang dapat memakan banyak korban.
  • Membuka peluang bagi Indonesia untuk terlibat dalam forum internasional.

Pandangan Kontra:

  • Wilayah kedaulatan Indonesia yang diakui terlalu sempit, tidak mencakup seluruh bekas Hindia Belanda.
  • Rencana pembentukan Negara Indonesia Serikat dan Uni Indonesia-Belanda dianggap masih memberi terlalu banyak pengaruh kepada Belanda.
  • Dianggap sebagai bentuk kompromi yang terlalu besar dan merugikan perjuangan kemerdekaan Indonesia.
  • Memberi kesempatan bagi Belanda untuk memperkuat posisinya di Indonesia.

Beberapa partai politik yang menentang Perjanjian Linggarjati antara lain Partai Masyumi, PNI, Partai Rakyat Indonesia, dan Partai Rakyat Jelata. Mereka menganggap perjanjian ini sebagai bukti lemahnya pemerintahan Indonesia dalam mempertahankan kedaulatan negara.

Di sisi lain, tokoh-tokoh seperti Soekarno dan Hatta mendukung perjanjian ini sebagai langkah strategis dalam perjuangan diplomasi Indonesia. Mereka menyadari bahwa kedaulatan penuh tidak mungkin dicapai sekaligus dan diperlukan pendekatan bertahap.


Pelanggaran terhadap Perjanjian Linggarjati

Meskipun telah disepakati dan ditandatangani, Perjanjian Linggarjati tidak bertahan lama. Belanda melakukan pelanggaran terhadap perjanjian ini, yang ditandai dengan beberapa peristiwa penting:

  1. 20 Juli 1947: Gubernur Jenderal HJ Van Mook mengumumkan bahwa Belanda tidak lagi terikat dengan Perjanjian Linggarjati.
  2. 21 Juli 1947: Belanda melancarkan Agresi Militer I, menyerang wilayah Republik Indonesia di Jawa dan Sumatra.

Agresi Militer I merupakan operasi militer besar-besaran yang dilakukan Belanda dengan tujuan menguasai kembali wilayah-wilayah strategis di Indonesia. Beberapa alasan yang dikemukakan Belanda untuk membenarkan tindakan ini antara lain:

  • Tuduhan bahwa Indonesia tidak mematuhi gencatan senjata yang disepakati.
  • Klaim bahwa Indonesia tidak mampu menjaga keamanan dan ketertiban di wilayahnya.
  • Keinginan untuk melindungi kepentingan ekonomi Belanda di Indonesia.

Agresi Militer I berlangsung hingga 5 Agustus 1947, ketika Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi yang memerintahkan gencatan senjata. Pelanggaran terhadap Perjanjian Linggarjati ini menunjukkan bahwa Belanda masih belum sepenuhnya menerima kemerdekaan Indonesia dan masih berupaya untuk mempertahankan kekuasaannya di bekas koloninya.

Peristiwa ini menjadi pelajaran berharga bagi Indonesia dalam berdiplomasi dan bernegosiasi dengan pihak asing. Hal ini juga memperkuat tekad pejuang Indonesia untuk terus mempertahankan kemerdekaan melalui berbagai cara, baik diplomasi maupun perjuangan bersenjata.


Nilai-Nilai Penting dari Perjanjian Linggarjati

Meskipun akhirnya dilanggar oleh Belanda, Perjanjian Linggarjati tetap menyimpan beberapa nilai penting yang dapat dipetik sebagai pembelajaran dalam konteks sejarah dan diplomasi Indonesia:

  1. Semangat Diplomasi: Perjanjian ini menunjukkan kemauan Indonesia untuk menyelesaikan konflik melalui jalur diplomasi dan perundingan, bukan hanya mengandalkan kekuatan militer.
  2. Fleksibilitas Strategis: Para pemimpin Indonesia menunjukkan kemampuan untuk bersikap fleksibel dan pragmatis dalam menghadapi situasi yang kompleks, dengan tetap memegang teguh tujuan akhir kemerdekaan.
  3. Pentingnya Pengakuan Internasional: Perjanjian ini membuka jalan bagi pengakuan de facto terhadap kemerdekaan Indonesia oleh negara-negara lain, yang sangat penting dalam konteks politik internasional.
  4. Pembelajaran Diplomasi: Proses negosiasi dan perundingan menjadi pembelajaran berharga bagi diplomat-diplomat muda Indonesia dalam berhadapan dengan pihak asing.
  5. Konsolidasi Internal: Perdebatan seputar Perjanjian Linggarjati mendorong terjadinya konsolidasi internal di kalangan pejuang dan politisi Indonesia.
  6. Kesadaran akan Kompleksitas Perjuangan: Peristiwa ini menyadarkan bangsa Indonesia bahwa perjuangan kemerdekaan bukan hanya soal mengangkat senjata, tetapi juga melibatkan aspek politik, diplomasi, dan hukum internasional yang kompleks.
  7. Pentingnya Kewaspadaan: Pelanggaran terhadap perjanjian oleh Belanda menjadi pelajaran berharga tentang pentingnya tetap waspada dan siap menghadapi berbagai kemungkinan dalam hubungan internasional.

Nilai-nilai ini menjadi bagian penting dari warisan sejarah diplomasi Indonesia dan terus relevan dalam konteks hubungan internasional Indonesia hingga saat ini.


FAQ Seputar Perjanjian Linggarjati

  1. Apa tujuan utama Perjanjian Linggarjati?

    Tujuan utamanya adalah untuk mendapatkan pengakuan de facto dari Belanda atas kemerdekaan Indonesia, meskipun masih terbatas pada wilayah tertentu.

  2. Mengapa perjanjian ini dinamakan Perjanjian Linggarjati?

    Nama ini diambil dari lokasi perundingan, yaitu desa Linggarjati di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.

  3. Siapa saja tokoh utama dalam perundingan ini?

    Dari pihak Indonesia dipimpin oleh Sutan Sjahrir, sementara dari pihak Belanda dipimpin oleh Prof. Schermerhorn. Lord Killearn dari Inggris bertindak sebagai mediator.

  4. Apa dampak positif dari Perjanjian Linggarjati?

    Dampak positifnya antara lain pengakuan de facto atas kedaulatan RI di Jawa, Madura, dan Sumatra, serta meningkatnya posisi diplomatik Indonesia di dunia internasional.

  5. Mengapa Perjanjian Linggarjati menuai kontroversi?

    Kontroversi muncul karena wilayah kedaulatan yang diakui terbatas dan masih adanya pengaruh besar Belanda dalam rencana pembentukan Negara Indonesia Serikat.

  6. Kapan Perjanjian Linggarjati ditandatangani secara resmi?

    Perjanjian ini ditandatangani secara resmi pada 25 Maret 1947 di Istana Merdeka, Jakarta.

  7. Bagaimana Belanda melanggar Perjanjian Linggarjati?

    Belanda melanggar perjanjian dengan melancarkan Agresi Militer I pada 21 Juli 1947, menyerang wilayah Republik Indonesia di Jawa dan Sumatra.

  8. Apa pembelajaran penting dari Perjanjian Linggarjati?

    Perjanjian ini menjadi pembelajaran tentang pentingnya diplomasi, fleksibilitas strategis, dan kewaspadaan dalam hubungan internasional.


Kesimpulan

Perjanjian Linggarjati merupakan tonggak penting dalam sejarah diplomasi Indonesia. Meskipun menuai kontroversi dan akhirnya dilanggar oleh Belanda, perjanjian ini membuka jalan bagi pengakuan internasional terhadap kemerdekaan Indonesia. Peristiwa ini menjadi pembelajaran berharga tentang kompleksitas perjuangan kemerdekaan yang tidak hanya melibatkan kekuatan militer, tetapi juga kecakapan diplomasi dan negosiasi.

Nilai-nilai yang dapat dipetik dari Perjanjian Linggarjati, seperti semangat diplomasi, fleksibilitas strategis, dan pentingnya kewaspadaan, tetap relevan dalam konteks hubungan internasional Indonesia hingga saat ini. Mempelajari sejarah Perjanjian Linggarjati tidak hanya penting untuk memahami perjalanan bangsa di masa lalu, tetapi juga untuk memetik pelajaran berharga dalam menghadapi tantangan diplomasi di masa kini dan masa depan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya