Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Central Asia Tbk (BCA) terus mempertahankan komitmen untuk mengutamakan tenaga internal dalam memegang kendali nakhoda perusahaan. Bank swasta terbesar di Indonesia ini mengalokasikan lebih dari 90 persen kursi direksi untuk pegawai didikannya.
Direktur PT Bank Central Asia Tbk, Lianawaty Suwono mengatakan, hanya sekitar 2,2 persen dewan direksi BCA yang datang dari luar. Itu pun diklaim sebagai angka terbesar yang pernah dimiliki perseroan.
Advertisement
"Leaders kita 97,8 persen tumbuh dari dalam. Yang kita pro hire sangat sedikit, 2,2 persen. Dan ini sudah angka tertinggi yang pernah kita ada. Dulunya 99,8 persen," jelas dia dalam Indonesia Knowledge Forum (IKF) XIII-2024 di The Ritz Carlton Pacific Place, Jakarta, Rabu (12/11/2024).
Lianawaty menyampaikan, Bank BCA tak menampik tenaga ahli dari luar untuk bisa masuk mengorganisir perusahaan. Dengan catatan mereka adalah sosok-sosok yang punya kemampuan khusus dan tidak dimiliki oleh perseroan.
"Jadi prioritas kita selalu lihat dulu yang internal, kalau tidak ada baru kita cari keluar. Karena bagaimanapun dari luar kan kita enggak terlalu kenal," imbuh dia.
"Apa yang kita lihat sekarang, kita sangat believe in internal growth. Karena yang kita rasakan, bangun suatu culture dengan orang-orang yang sudah ngerti bagaimana bertumbuh, bagaimana menjaga bibit dan sebagainya, benar-benar takes time but it's a continue to start a story," ia menambahkan.
Menurut data hingga September 2024, BCA saat ini total memiliki 26.188 karyawan yang tersebar di seluruh Indonesia. Mayoritas atau sekitar 39,33 persen merupakan Gen Y (kelahiran 1981-1996).
Sementara karyawan Gen X (kelahiran 1965-1980) memakan porsi sekitar 30,95 persen, dan Gen Z (kelahiran 1997-2012) memiliki populasi sekitar 29,68 persen.
BCA sendiri saat ini masih merawat 19 orang baby boomers (kelahiran 1946-1964) atau 0,07 persen sebagai pekerjanya. Terdiri dari pegawai berstatus karyawan tetap, probation employee, hingga trainee alias magang.
Kinerja Kuartal III 2024
Sebelumnya, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA0 dan entitas anak membukukan laba bersih Rp 41,1 triliun atau tumbuh 12,8% YoY hingga kuartal III-2024. Pertumbuhan laba BCA tersebut ditopang ekspansi pembiayaan berkualitas serta peningkatan volume transaksi dan pendanaan.
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk Jahja Setiaatmadja, mengatakan pertumbuhan laba bersih sejalan dengan penyaluran kredit yang mencapai Rp 877 triliun atau tumbuh sebesar 14,5% secara tahunan (YoY).
“Peningkatan kredit hingga September 2024 merefleksikan komitmen BCA dalam mendukung pertumbuhan perekonomian nasional. Kami juga melihat permintaan kredit konsumer yang baik, tercermin dari pelaksanaan BCA Expoversary 2024 dan BCA Expo 2024 yang mampu mengumpulkan total aplikasi KPR dan KKB lebih dari Rp 78 triliun," kata Jahja dalam konferensi pers Kinerja kuartal III-2024 BCA, Rabu (23/10/2024).
Jahja menyampaikan untuk penyaluran pembiayaan per September 2024 ditopang kredit korporasi yang menjadi segmen dengan pertumbuhan tertinggi, naik 15,9% YoY mencapai Rp 395,9 triliun. Kredit komersial naik 11,8% YoY menjadi Rp 135,3 triliun, dan kredit UKM tumbuh 14,2% YoY hingga Rp 120,1 triliun.
Advertisement
Pertumbuhan Kredit
Maka BCA mencatat, total portofolio kredit konsumer naik 13,1% YoY menjadi Rp 216,5 triliun, didorong KPR yang tumbuh 10,7% YoY mencapai Rp 130,4 triliun serta KKB sebesar 17,9% YoY menjadi Rp 64,1 triliun.
Di sisi lain outstanding pinjaman konsumer lainnya (mayoritas kartu kredit) naik 15,0% YoY mencapai Rp 21,9 triliun. Sementara, penyaluran kredit ke sektor-sektor berkelanjutan tumbuh 10,7% YoY menyentuh Rp 214 triliun per September 2024, berkontribusi hingga 24,3% dari total portofolio pembiayaan.
Menurutnya, pertumbuhan kredit yang solid diikuti dengan terjaganya kualitas pembiayaan perseroan. Rasio loan at risk (LAR) mencapai 6,1% per September 2024, membaik dari posisi setahun lalu di angka 7,9% dan rasio kredit bermasalah (NPL) berada di tingkat yang terjaga 2,1%. Pencadangan NPL dan LAR pada tingkat yang memadai, masing-masing 193,9% dan 73,5%.
Dana Pihak Ketiga BCA Tembus Rp 1.125 Triliun pada Kuartal III 2024
Sebelumnya, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) atau disebut BCA mencatat total Dana Pihak Ketiga (DPK) pada kuartal III 2024 mencapai Rp1.125 triliun atau naik 3,4 persen secara tahunan.
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk Jahja Setiaatmadja menuturkan, dana giro dan tabungan (CASA) berkontribusi sekitar 82 persen dari total DPK, tumbuh 5,2 persen mencapai Rp915 triliun.
"Terjaganya pertumbuhan CASA selaras dengan peningkatan total frekuensi transaksi BCA sebesar 21 persen YoY mencapai 26 miliar pada sembilan bulan pertama tahun 2024," kata Jahja dalam konferensi pers Kinerja BCA Kuartal III-2024, Rabu (23/10/2024).
Jahja mencatat, frekuensi transaksi mobile banking dan internet banking mencapai 23 miliar, naik 24 persen YoY. Jumlah nasabah yang menggunakan BCA Mobile mencapai lebih dari 31 juta. Sementara itu, pengguna myBCA tumbuh 8 kali dalam 2 tahun terakhir menjadi lebih dari 6 juta.
"Optimalisasi myBCA terus berjalan secara konsisten melalui perluasan kerja sama serta penambahan berbagai fitur yang sesuai dengan kebutuhan nasabah," ujar dia.
Advertisement
Fitur Baru
Adapun salah satu fitur baru myBCA adalah ‘Proteksi’ yang memungkinkan nasabah membeli asuransi secara mudah dan praktis. BCA juga memperluas kerja sama penjualan e-SIM dari mitra perusahaan jasa telekomunikasi, dan membuka akses bagi nasabah untuk memperbarui profil risiko investasi melalui fitur ‘Welma’ di aplikasi tersebut.
Inovasi lainnya dari Bank Central Asia, yakni diluncurkannya fitur Multi Settlement untuk transaksi QRIS, yang memungkinkan merchant mencairkan dana dari transaksi QRIS statis dan dinamis hingga 4 kali sehari.
Fitur ini berlaku bagi seluruh merchant perseorangan dengan kriteria Usaha Mikro (UMi). Sementara, dari sisi pendapatan bunga bersih (net interest income/NII), BCA mencatat pertumbuhan sebesar 9,5 persen YoY mencapai Rp61,1 triliun pada sembilan bulan pertama tahun 2024.
"Pendapatan selain bunga naik 13,5 persen YoY menjadi Rp19,0 triliun, ditopang kenaikan pendapatan fee dan komisi sebesar 7,0 persen YoY. Total pendapatan operasional mencapai Rp80,1 triliun, naik 10,4 persen YoY," pungkasnya.