Liputan6.com, Seoul - Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol baru-baru ini mulai berlatih golf, untuk pertama kalinya dalam delapan tahun, sebagai persiapan untuk pertemuan mendatang dengan presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Demikian dikonfirmasi kantor Kepresidenan Korea Selatan pada hari Selasa (12/11/2024).
Media Korea Selatan mengabarkan Yoon Suk Yeol mengunjungi lapangan golf pada hari Sabtu (9/11) untuk olahraga, yang menurut kantornya, terakhir kali dimainkannya pada tahun 2016.
Advertisement
"Banyak orang dekat Presiden Trump ... (mengatakan kepada saya) Presiden Yoon dan Trump akan memiliki chemistry yang baik," kata Yoon Suk Yeol dalam konferensi pers pada hari Kamis (7/11), setelah mengucapkan selamat kepada Trump melalui telepon atas kemenangannya, seperti dilansir CNA, Rabu (13/11).
"Mantan pejabat pemerintahan Trump dan tokoh Republik yang berpengaruh telah menawarkan bantuan untuk membangun hubungan dengan presiden yang akan datang."
Analis mengatakan Yoon Suk Yeol mungkin berusaha mencari cara memanfaatkan persahabatan pribadi dengan Trump demi memuluskan kepentingan Korea Selatan saat Trump memimpin AS untuk kedua kalinya dengan kebijakan luar negeri "America First" dan gayanya yang tidak dapat diprediksi.
Perusahaan-perusahaan Korea Selatan sangat bergantung pada perdagangan dengan AS. Selama masa jabatan pertama Trump, kedua negara berselisih mengenai pembagian biaya bagi penempatan sekitar 28.500 tentara AS di Korea Selatan sebagai warisan Perang Korea 1950-1953.
Para pejabat Korea Selatan disebut telah berupaya mempersiapkan perubahan ekonomi yang signifikan dan Yoon Suk Yeol pada hari Minggu (10/11), menyerukan pembicaraan antara pemerintah dan industri untuk mempersiapkan kembalinya Trump.
"Kepribadian yang mirip dan pendekatan outsider dari Trump dan Yoon mungkin membantu mereka untuk saling akur," kata Ramon Pacheco Pardo, seorang spesialis urusan Korea di King's College London.
"Saya juga berpikir bahwa Yoon Suk Yeol secara umum disukai oleh para pembuat kebijakan di Amerika Serikat, yang akan membantunya, siapa pun yang menasihati Trump tentang kebijakan luar negeri."
Bruce Klingner, dari Heritage Foundation di Washington, setuju bahwa keduanya dapat mengembangkan hubungan yang kuat. Namun, dia memperingatkan bahwa hal itu mungkin tidak cukup untuk menghindarkan Korea Selatan dari dampak negatif.
"Meskipun banyak pemimpin akan berusaha meniru persahabatan yang dimiliki Shinzo Abe dengan Trump, tidak ada bukti bahwa hubungan pribadi menghasilkan manfaat nyata dan demonstratif bagi Jepang," ujar mantan analis CIA itu.
Dia menambahkan, "Tokyo diperlakukan sama seperti Seoul dalam perundingan sengit mengenai pembagian biaya militer."