IPO Perusahaan Teknologi Sepi, Begini Kata Bursa

Bursa Efek Indonesia (BEI) buka suara mengenai sepinya IPO perusahaan teknologi. Secara garis besar, Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna, terdapat dua faktor utama perusahaan melakukan penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO).

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 13 Nov 2024, 10:50 WIB
Pekerja melintasi layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (16/5). IHSG ditutup naik 3,34 poin atau 0,05 persen ke 5.841,46. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Bursa Efek Indonesia (BEI) buka suara mengenai sepinya IPO perusahaan teknologi. Secara garis besar, Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna, terdapat dua faktor utama perusahaan melakukan penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO).

Pertama, kesiapan para pengusaha. Kedua, yakni perubahan kondisi pasar serta dinamika bisnis yang mempengaruhi minat investor terhadap sektor teknologi, di mana saat ini belum ada perusahaan teknologi yang terdaftar dalam pipeline IPO BEI.

Nyoman menjelaskan, kondisi ekonomi saat krisis sebelumnya telah menurunkan minat investor pada startup berbasis teknologi. Informasi saja, sampai dengan 1 November 2024 Bursa mengantongi 28 perusahaan di pipeline IPO. Namun, tidak ada yang berasal dari sektor teknologi.

"Sempat pada saat krisis kemarin, perusahaan-perusahaan startup, perusahaan-perusahaan teknologi yang berbasis teknologi itu appetite dari investor berkurang," kata Nyoman, dikutip Rabu (13/11/2024).

Meski begitu, dengan penyesuaian suku bunga saat ini, diharapkan startup memiliki peluang untuk tumbuh kembali dan mempertimbangkan untuk IPO. BEI juga aktif mencari perusahaan teknologi potensial untuk IPO tanpa membedakan ukuran perusahaan dan telah menyediakan papan akselerasi serta program IDX Incubator untuk membina perusahaan yang sedang bersiap-siap untuk IPO.

"Pergerakan tingkat sekubungan relatif sudah di-adjust lagi. Harusnya startup akan muncul lagi. Masalah pengusaha kapan mau masuk, mereka yang lebih tahu kapan masuknya. Tapi dari signaling market, harusnya perusahaan-perusahaan startup akan tumbuh lagi," kata Nyoman.


29 Perusahaan Antre IPO di BEI, Ada 17 Perusahaan Besar

Karyawan melintasi layar yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat acara Penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2022 di Jakarta, Jumat (30/12/2022). PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 59 perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) atau pencatatan saham sepanjang 2022. Pada penutupan perdagangan akhir tahun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup lesu 0,14% atau 9,46 poin menjadi 6.850,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Bursa Efek Indonesia (BEI) mengungkapkan hingga saat ini ada 29 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI. Adapun hingga 8 November 2024 telah tercatat 36 Perusahaan yang mencatatkan saham (IPO) di BEI dengan dana dihimpun Rp 5,42 Triliun.

Melansir pipeline BEI, Selasa (12/11/2024), ada 2 Perusahaan aset skala kecil dengan aset di bawah Rp 50 miliar. Kemudian 10 Perusahaan aset skala menengah dengan aset antara Rp 50 miliar sampai Rp 250 miliar, dan 17 Perusahaan aset skala besar dengan aset di atas Rp 250 miliar.

Perusahaan dari sektor Consumer Non-Cyclicals dan dari sektor Energi jadi perusahaan paling banyak dalam pipeline BEI, yaitu masing-masing  perusahaan. Kemudian sektor Basic Materials, Finansial, Healthcare, Industrial, serta Properties dan Real Estate menjadi sektor kedua terbanyak dalam pipeline yaitu masing-masing 3 perusahaan.

Sedangkan perusahaan dari sektor infrastruktur serta transportasi dan logistik menjadi sektor paling sedikit dalam pipeline BEI yaitu masing-masing 1 perusahaan. 

Perusahaan Besar

Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna mengatakan perusahaan berkapitalisasi pasar besar akan melaksanakan penawaran saham perdana, initial public offering (IPO) tahun ini. 

“Jadi lighthouse target kami paling gak di tahun ini itu lebih dari tiga gitu,” kata Nyoman di Main Hall BEI, Senin (11/11/2024). 

 


Daaz Bara Lestari Resmi IPO, Saham Melesat 25%

Layar komputer menunjukkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta, Kamis (9/9/2021). IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore ditutup menguat 42,2 poin atau 0,7 persen ke posisi 6.068,22 dipicu aksi beli oleh investor asing. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

PT Daaz Bara Lestari Tbk (DAAZ) resmi mencatatkan saham perdana atau Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin 11 November 2024 dan menjadi emiten ke-37 yang listing sepanjang 2024.

DAAZ melakukan IPO dengan menawarkan sebanyak 300.000.000 saham dengan harga perdana saham Rp 880 per saham, setara dengan 15,02 persen dari modal yang ditempatkan dan disetor penuh.

Melalui aksi IPO ini, perseroan diharapkan bisa meraih dana segar Rp 264 miliar. Seluruh dana yang diperoleh dari Penawaran Umum Perdana Saham ini setelah dikurangi seluruh biaya-biaya emisi saham terkait, akan dipergunakan perusahaan untuk pembelian bijih nikel.

Pembagian pembelian bijih nikel dari PT Nusajaya Persadatama Mandiri adalah sebesar 70 persen dan sisanya 30 persen bersumber dari PT Tiran Indonesia.

Dana IPO juga akan digunakan perusahaan untuk modal kerja yang akan digunakan antara lain untuk biaya tenaga kerja serta biaya logistik. Selain itu, dana akan digunakan untuk pinjaman kepada perusahaan anak, yaitu PT Bara Makmur Dwitama (BMD) dan PT Indo Lautan Energi (ILE).

Direktur Utama Daa Bara Lestari, Mahar Atanta Sembiring mengatakan IPO ini juga merupakan era baru perjalanan usaha perusahaan untuk bersama-sama dengan investor dan para pemangku kepentingan lain.

“Kita membangun suatu visi yaitu menyediakan solusi yang terintegrasi untuk sektor pertambangan dan pengolahan mineral yang handal dan memberi nilai tambah untuk ekonomi Indonesia,” kata Mahar dalam acara seremoni pencatatan saham perdana DAAZ.

Mahar menambahkan, dengan menjadi perusahaan tercatat, Perseroan dapat meningkatkan fungsi Good Corporate Governance sehingga semakin bertanggung jawab dan transparan dalam mengelola perusahaan.

“Ini sejalan dengan keinginan kami untuk menjadi lebih profesional dan lebih terakselerasi lagi,” pungkasnya.

Melansir data RTI, saham Daaz Bara Lestari mencatatkan harga Rp 1.100 per lembar saham atau naik sekitar 25 persen di pembukaan sesi pertama hari ini dengan volume perdagangan 1,36 juta saham.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya