Liputan6.com, Jakarta - Sekelompok ilmuwan asal Australia berencana untuk menumbuhkan tanaman di bulan pada 2025. Proyek ambisius ini dinamai Australian Lunar Experiment Promoting Horticulture (ALEPH) dan merupakan inisiatif yang digagas oleh perusahaan swasta Lunaria One, yang bekerja sama dengan berbagai lembaga penelitian, organisasi nirlaba, serta mitra industri.
Misi ini bertujuan untuk menciptakan ekosistem pertanian di luar Bumi yang dapat memberikan pasokan makanan bagi para astronaut di bulan dan Mars. Misi ini sekaligus menghasilkan oksigen dan obat-obatan untuk mendukung misi antariksa di masa depan.
Melansir dari laman resmi Badan Antariksa Australia (Australia Space Agency atau ASA) pada Rabu (13/11/2024), ASA telah mengalokasikan dana sebesar 3,6 juta dolar AS untuk mendukung proyek ini. Dana tersebut diharapkan dapat membantu mengatasi berbagai tantangan teknis yang dihadapi dalam eksperimen pertanian luar angkasa yang melibatkan penanaman tanaman di lingkungan ekstrem, seperti suhu Bulan yang sangat ekstrem dan kondisi mikrogravitasi.
Baca Juga
Advertisement
Misi ALEPH akan mengirimkan benih-benih tanaman yang telah dipilih ke Bulan melalui pesawat ruang angkasa milik Intuitive Machines. Perusahaan ini mencatatkan sejarah pada 2024 sebagai perusahaan swasta pertama yang berhasil mendaratkan wahana antariksa di permukaan Bulan.
Benih-benih tanaman akan dibawa menggunakan kapsul yang dirancang khusus untuk perjalanan antariksa dan akan menempuh jarak sekitar 380.000 kilometer menuju bulan. Sesampainya di sana, kapsul akan mendarat di permukaan Bulan, dan benih-benih tanaman tersebut akan disiram dan dipantau untuk melihat apakah ada tanda-tanda perkecambahan atau pertumbuhan, meskipun kondisi lingkungan di sana sangat berbeda dengan Bumi.
Salah satu tantangan terbesar dalam eksperimen ini adalah kondisi suhu di Bulan yang sangat ekstrem. Suhu di permukaan Bulan dapat berkisar antara 120 derajat Celsius pada siang hari, dan turun hingga minus 130 derajat Celsius pada malam hari.
Oleh karena itu, benih-benih tanaman yang dibawa ke bulan harus mampu bertahan dalam kondisi tersebut. Selain suhu yang ekstrem, tanaman juga harus mampu bertahan dalam kondisi mikrogravitasi yang ada di luar angkasa.
Berkecambah
Proyek ini akan dianggap berhasil jika tanaman dapat berkecambah dengan cepat dan tumbuh dengan baik di lingkungan yang sangat berbeda dari bumi. Menurut Profesor Caitlin Byrt, seorang ahli bioteknologi dan ilmuwan tanaman dari Australian National University, salah satu tanaman yang kemungkinan dapat bertahan dan tumbuh di Bulan adalah resurrection plant atau tanaman kebangkitan.
Tanaman ini dikenal dengan kemampuannya untuk "berpura-pura mati" dan kemudian hidup kembali ketika kondisi lingkungan mendukung. Tanaman jenis ini sangat tahan terhadap kondisi ekstrem, termasuk panas yang sangat tinggi, kekeringan, dan suhu dingin yang ekstrem.
Kemampuannya untuk beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan lingkungan membuat tanaman kebangkitan menjadi kandidat yang ideal untuk eksperimen di Bulan. Selain itu, para ilmuwan juga berharap tanaman yang tumbuh di Bulan dapat memberikan kontribusi lebih dari sekadar pasokan pangan.
Mereka berencana agar tanaman tersebut dapat memproduksi oksigen, yang sangat penting untuk mendukung kehidupan para astronaut dalam misi jangka panjang, baik di Bulan maupun di Mars. Oksigen yang dihasilkan oleh tanaman dapat digunakan oleh para astronaut untuk bernapas, sehingga mengurangi ketergantungan mereka pada pasokan oksigen yang dibawa dari bumi.
Eksperimen pertanian luar angkasa ini juga melanjutkan langkah-langkah awal yang telah dilakukan dalam penelitian sebelumnya, termasuk eksperimen yang melibatkan tanah Bulan.
Advertisement
Tanaman yang Dapat Tumbuh di Bulan
Sebelumnya, para ilmuwan berhasil menumbuhkan tanaman dengan menggunakan tanah dari bulan. Penemuan ini menjadi langkah penting untuk memperpanjang masa tinggal manusia di bulan.
Melansir laman NASA pada Rabu (13/11/2024), penelitian ini dilakukan oleh tim dari University of Florida yang menggunakan sampel tanah bulan yang dibawa oleh astronot NASA selama misi Apollo pada 1969-1972. Sampel tanah tersebut kemudian digunakan untuk menumbuhkan benih tanaman.
Hasilnya, benih-benih yang ditanam dalam tanah Bulan mulai berkembang pada hari keenam, meskipun pertumbuhannya melambat setelah hari tersebut. Penurunan kecepatan pertumbuhan benih setelah hari keenam menunjukkan bahwa tanah Bulan memiliki tantangan tersendiri dalam mendukung pertumbuhan tanaman.
Namun, meskipun hasilnya tidak sepenuhnya memuaskan, temuan ini dianggap sebagai kemajuan yang signifikan. Penelitian ini membuka peluang lebih lanjut untuk riset tentang bagaimana tanaman bisa tumbuh dan berkembang di lingkungan yang sangat berbeda dari bumi, seperti bulan dan Mars.
(Tifani)