Liputan6.com, Jakarta PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI berhasil menunjukkan rasio Non Performing Loan (NPL) BRI yang terus membaik. Pasalnya, NPL BRI pada triwulan III-2024 sebesar 2,90% atau tumbuh dibandingkan dengan periode tahun sebelumnya yang tercatat 3,07%.
Di sisi lain, BRI juga berhasil mencatatkan rasio Loan at Risk (LAR) lebih baik, dari semula 13,80% pada akhir Triwulan III-2023 menjadi 11,66% pada akhir Triwulan III-2024.
Advertisement
Direktur Utama BRI, Sunarso mengungkapkan bahwa penurunan rasio NPL dan LAR didukung penerapan strategi pengelolaan manajemen risiko yang disiplin di seluruh lini bisnis.
"BRI secara aktif memantau kualitas kredit dan mengadopsi Early Warning System untuk mendeteksi potensi masalah kredit sedini mungkin, selain itu, perseroan juga memperkuat tim recovery untuk mengelola kredit bermasalah dengan lebih cepat dan efisien," ungkapnya.
Sunarso juga mengatakan, BRI telah mengimplementasikan berbagai langkah mitigasi risiko, mulai dari selective growth, pemantauan kredit secara proaktif, penguatan pencadangan, hingga penyelesaian kredit bermasalah yang dilakukan dengan pendekatan kolaboratif bersama nasabah.
Salurkan Kredit Rp1.353,36 T
Sebelumnya, BRI berhasil mencatat penyaluran kredit Rp1.353,36 triliun hingga akhir Triwulan III-2024 atau tumbuh 8,21% secara tahunan atau year on year (yoy). Selain itu, BRI juga mampu mengelola kualitas asetnya dengan baik.
Direktur Manajemen Risiko BRI, Agus Sudiarto mengatakan, penurunan NPL tersebut didukung oleh beberapa strategi yang dilakukan oleh Perseroan dalam mengelola kredit, dimulai dari front-end, mid-end, hingga back-end.
“Baik di front-end pada saat kita underwrite kredit-kredit yang baru kemudian mensupervisi kredit-kredit yang ada di dalam buku kita, lebih khusus lagi sejak awal triwulan II-2024 memang kami memperketat di front-end-nya,” katanya.
(*)
Advertisement