Tren Furnitur Ramah Lingkungan Tahun 2025: Geliat Produk Berbasis Kearifan Lokal

Kolaborasi jadi kata kunci dalam mewujudkan tren furnitur ramah lingkungan tahun 2025, yang salah satunya bisa ditemui di PITA Alam.

oleh Asnida Riani diperbarui 14 Nov 2024, 11:30 WIB
Produk olahan limbah kopi oleh Bell Living Lab di showroom furnitur PITA Alam di kawasan Senayan, Jakarta. (Liputan6.com/Asnida Riani)

Liputan6.com, Jakarta - Akhir tahun makin menjelang, membuat publik mulai terpapar berbagai prediksi tren 2025, tidak terkecuali di lini furnitur ramah lingkungan. President Commissioner LFLO, yang membawahi PITA, distributor furnitur mewah, Alwi Sjaaf, mengatakan bahwa ini saatnya "merespons."

"Saya selalu mengatakan bahwa kami adalah perusahaan furnitur yang melampaui semata furnitur. Kami tidak terlalu melihat bagaimana dunia merespons, tapi lebih pada bagaimana seharusnya kita merespons," ucapnya saat ditemui di sela acara peresmian showroom PITA Alam di kawasan Senayan, Jakarta, Senin, 11 November 2024.

"Kita bisa merespons dengan mengusung seluruh tradisi, budaya, dan kearifan lokal yang mau kita bawa ke dunia (lini furnitur ramah lingkungan)," ia menyambung. "Orang Indonesia punya kekuatan, hanya terkadang kita tidak sadar diri. Ke depan, kita harus punya kekuatan lebih besar untuk mengatakan bahwa inilah kita."

Pada kuartal pertama tahun 2025, Alwi mengatakan, pihaknya akan meluncurkan produk bernama "PITA" untuk mendukung rangkaian furnitur ramah lingkungan mereka. "Tapi kalau dikatakan apakah ini sudah cukup sustainable maupun sangat Indonesia, saya akan menggunakan istilah 'already, but not yet,'" ungkapnya.

Artinya, ia menjelaskan, pihaknya sudah mulai menerapkan prinsip keberlanjutan, namun belum "tiba" di lingkaran yang sepenuhnya ramah lingkungan. "Bagaimana kami tiba di sana itu adalah bagaimana kita berjalan bersama," menurut dia. "Jadi ini tentang (aksi saling mendukung) dalam mengangkat kearifan lokal Indonesia."


Sustainability Corner

Showroom furnitur PITA Alam di kawasan Senayan, Jakarta. (Liputan6.com/Asnida Riani)

 

Sebagai salah satu langkah awal, pihaknya telah memejeng "Sustainability Corner" di showroom furnitur mereka. Alwi berkata, "Ini (adalah karya) tugas akhir mahasiswa-mahasiswa ITB yang kaya sekali akan research terhadap produk material lokal dan kearifan lokal."

Ia menilai, inovasi semacam ini seharusnya disosialisasikan pada masyarakat luas, dan dalam konteks ini, PITA Alam mengambil peran sebagai "ruang pamer." "Ini juga supaya mereka punya kebanggaan tersendiri," imbuhnya.

Menegaskan bahwa produk-produk diklaim ramah lingkungan itu belum bisa dipasarkan, ia menyebut, "Sekali lagi, tidak mudah (mengomersialkan barang tersebut). Kita perlu dana, perlu media, perlu dukungan, perlu exposure bersama-sama. Maka itu, kolaborasi berperan penting," bebernya.

Beberapa jenama di sudut ini adalah MYCL yang menginisiasi kulit berbahan jamur. Kemudian, Bell Living Lab yang memanfaatkan limbah produksi kopi jadi barang-barang, seperti dompet, card holder, lanyard, dan yang terbaru: lampu berbalut kulit bermaterial ampas biji kopi dalam visual estetis.


PITA Alam

Showroom furnitur PITA Alam di kawasan Senayan, Jakarta. (Liputan6.com/Asnida Riani)

Kini, PITA Alam memamerkan lima merek furnitur, baik dari dalam maupun luar negeri. Dari luar Indonesia ada Grado, Camerich, dan HC28. Sementara itu, wakil jenama furnitur lokalnya adalah TLily Koo dari Semarang, serta Otazen, produsen furnitur luar ruangan bersertifikasi FSC asal Klaten yang menjamin penggunaan material dengan prinsip keberlanjutan.

"Kami berharap, jumlahnya (brand furnitur yang bergabung di showroom) akan bertambah tahun depan," ungkapnya.

Terkait kurasi merek furnitur yang masuk ke PITA Alam, Alwi mengatakan, "Biasanya kami melihat dari kacamata visi, apakah nyambung atau tidak dengan kami. Visinya tidak bisa untuk cari materi saja. Mencari materi sebenarnya tidak salah, supaya bisnis bisa tetap hidup, tapi visi utamanya harus tentang melestarikan kebudayaan."

"Kami mencari brand furnitur yang mau bersama-sama melestarikan alam. Dengan itu, kami bisa menjalankannya dengan baik," ujar dia. "Saya percaya, materi secara keuntungan akan mengalir setelahnya setelah misi utama itu sukses diusung."


Perpaduan Merek Furnitur Lokal dan Internasional

Showroom furnitur PITA Alam di kawasan Senayan, Jakarta. (Liputan6.com/Asnida Riani)

Terkait penggabungan merek furnitur lokal dan internasional, Alwi menjabarkan, "(Merek furnitur) internasional ini benchmark untuk melihat bahwa pencapaian mereka sudah sejauh itu. Jadi, kita juga tidak boleh lupa, lantaran mau serba Indonesia, tapi ternyata di dunia lain sudah sampai sana."

"Ini penting untuk kita melihat bahwa kita belum sampai ke sana dan kita harus sampai ke sana. Apakah Indonesia bisa? Indonesia pasti bisa. Sekali lagi saya bilang, ini cuma bisa dilakukan bila kita berjuang bersama-sama," ucapnya.

Di hari peresmian showroom, PITA mengumumkan kolaborasi dengan Singapore Airlines melalui program rewards yang memungkinkan para klien dan desainer interior mendapatkan satu KrisFlyer mile untuk setiap pembelian senilai Rp40 ribu yang berlaku di semua produk PITA.

Melalui PITA Alam, pihaknya berharap dapat menginspirasi masyarakat memilih produk yang tidak hanya berkualitas, tapi juga memiliki dampak positif terhadap lingkungan. Alwi berbagi, "Di showroom, kami sedang menata pemakaian lampu dan AC untuk mengurangi dampak pada Bumi."

"Kami juga mulai menghitung produksi karbon dari furnitur yang kami pamerkan. Jadi, kami hitung (jejak karbon furnitur) satu per satu, supaya kami bisa melangkah semakin jauh dalam komitmen keberlanjutan ini," tandasnya.

Infografis Serba-serbi Rumah Ramah Lingkungan. (Liputan6.com/Triyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya